Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Rabu, 25 Mei 2011

PENGETAHUAN SEJATI BERKEMBANG DARI SIFAT KEBAIKAN


Mengapa dikatakan bahwa seseorang harus memiliki kualifikasi Brahmana untuk mengerti Veda dengan sebenarnya? Jawabannya adalah bahwa Brahmana berada dalam sifat kebaikan.
 Seperti dinyatakan di dalam Bhagavad-gita (14.17):

Bhagavad-gītā Sloka 14.17

sattvāt sañjāyate jñānam
rajaso lobha eva ca
pramāda-mohau tamaso
bhavato 'jñānam eva ca

"Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan; loba berkembang dari sifat nafsu; dan kegiatan yang bukan-bukan, sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan."

Penjelasan Srila Prabhupada: Oleh karena peradaban sekarang tidak begitu baik bagi para makhluk hidup, maka kesadaran Krishna-lah yang dianjurkan. Melalui kesadaran Krishna masyarakat akan mengembangkan sifat kebaikan. Bila sifat kebaikan dikembangkan, orang akan melihat hal-hal menurut kedudukannya yang sebenarnya. Dalam sifat kebodohan, manusia persis seperti binatang dan tidak dapat melihat dengan jelas. Misalnya, dalam sifat kebodohan, mereka tidak melihat bahwa dengan membunuh seekor binatang, mereka mengambil resiko bahwa mereka akan dibunuh oleh binatang yang sama dalam penjelmaan yang akan datang. Oleh karena orang tidak dididik dengan pengetahuan yang sejati, akhirnya mereka tidak bertanggung jawab. Untuk menghentikan sifat tidak bertanggung jawab tersebut, harus ada pendidikan untuk mengembangkan sifat kebaikan di kalangan rakyat umum. Bila mereka sungguh-sungguh terdidik dalam sifat kebaikan, mereka akan menjadi sopan, dan memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang hal-hal menurut kedudukannya yang sebenarnya. Pada waktu itu rakyat akan bahagia dan makmur. Meskipun kebanyakan orang belum berbahagia dan makmur, kalau beberapa persen  mengembangkan kesadaran Krishna hingga mantap dalam sifat kebaikan, maka ada kemungkinan kedamaian dan kemakmuran dapat dinikmati di seluruh dunia. Kalau tidak demikian, bila dunia menekuni sifat-sifat nafsu dan kebodohan, maka tidak mungkin ada kedamaian maupun kemakmuran.

Dalam sifat nafsu, orang kelobaan dan hasrat mereka untuk menikmati indria-indria tidak terhingga. Orang dapat melihat bahwa walaupun seseorang memiliki uang secukupnya dan fasilitas yang memadai untuk kepuasan indria-indria, tidak ada kebahagiaan maupun ketenangan di dalam pikirannya. Itu tidak mungkin, sebab ia berada dalam sifat nafsu. Kalau seseorang sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan, uangnya tidak dapat membantu dirinya; ia harus mengangkat dirinya sampai sifat kebaikan dengan cara berlatih kesadaran Krishna. Bila seseorang sibuk dalam sifat nafsu, dia tidak hanya sedih dalam hatinya, tetapi pekerjaan dan pencahariannya juga penuh kesulitan. Ia harus membuat begitu banyak rencana dan acara untuk memperoleh uang secukupnya guna memelihara kedudukannya sekarang. Ini semua penuh kesengsaraan. Dalam sifat kebodohan, orang menjadi semakin gila. Mereka dibuat sedih oleh keadaannya, hingga berlindung pada mabuk-mabukan, dan dengan demikian mereka semakin merosot ke dalam kebodohan. Masa depan kehidupan mereka sangat gelap.

Jumat, 20 Mei 2011

FOTO PERAYAAN NARASIMHA CATURDASI, 16-07-2011

 Kelas oleh prabhu Isha Prakash das dari Australia

KEMUNCULAN DEWI TULASI

Bagian 1:
Kemunculan Dewi Tulasi

Narada Muni bertanya kepada Tuhan Narayana, "Wahai Bhagavan Yang Mulia! Bagaimana, Tulasi Devi menjadi istri Anda? Darimana dia lahir? Siapa dia dalam kelahiran sebelumnya? Dari keluarga mana asalnya, dan apa austerities dia melakukan ini untuk mendapatkan Anda sebagai suaminya? Anda, yang melampui alam material ini , sumber dari alam semesta itu sendiri, Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan yang Mahatahu, penyebab dari segala sebab, pelindung dan pemelihara semuanya. Dan bagaimana bisa Tulasi Devi, menjadi pohon untuk Anda? O, Anda yang dapat menyelesaikan semua masalah, berbaik hatilah untuk menghilangkan keraguan dan pertanyaan2 dalam pikiran hamba ini.

Tuhan Narayana kemudian menjelaskanya kepada Rsi Narada Muni sebagai berikut:
Manu Daksa Savarni adalah perwujudan bagian dari Lord Visnu. Beliau sangat baik, setia kepada Tuhan, dan sangat terkenal karena perbuatan baiknya. Putra Daksa Savarni, Dharma Savarni, juga sangat berbudi luhur. Putra dari Dharma Savarni yang saleh dan taat dipanggil Visnu Savarni, yang mana Beliau adalah seorang Vaisnava besar, yang dsebut Raja Savarni. Namun, putra dari Raja Savarni, Vrisadhvaja, adalah penyembah yang sangat fanatik kepada Lord Siva. Lord Siva tinggal di rumah Vrisadhvaja selama tiga yuga surga (tiga jaman) dan mencintainya lebih dari anaknya sendiri. Vrisadhvaja tidak menghormati Tuhan Narayana, Dewi Laksmi dan semua para Dewa. Dia menghapuskan pemujaan kepada Dewi Laksmi di bulan Bhadra (Agustus, September) dan pemujaan Dewi Saraswati di bulan Magha (Januari, Februari). Ia tidak ikut serta dalam kurban suci dan pemujaan yang dilakukan untuk menghormati Tuhan Visnu (Narayana) dan mengkritik mereka dengan keras.

Para Dewa tidak berani mengutuknya karena takut dengan Lord Siva. Namun, Surya, dewa matahari, tidak mampu lagi menahan murka-Nya, dan mengutuk dia: "Hai Raja, hanya karena Anda benar-benar pemuja sepenuhnya untuk Lord Siva dan hanya kepada Lord Siva, dan juga Anda tidak mengakui semua para Dewa , saya nyatakan bahwa mulai sekarang Anda akan kehilangan kekayaan dan kemakmuran!” Ketika Lord Siva mendengar kutukan tsb, Beliau menjadi sangat marah. Secepatnya mengambil trisulaNya, dan berlari mengejar Surya. Karena takut, dewa matahari pergi dengan ayahnya, Kasyapa Muni, menuju Brahmaloka, planet material tertinggi, dan meminta perlindungan dari Lord Brahma. Tapi Tuhan Siva mengejar dia di sana. Lord Brahma, juga takut dengan Lord Siva, lalu Beliau mengajak Surya dan Kasyapa Muni ke planet Vaikuntha, atau dunia spiritual yang kekal. Di sana, dengan tenggorokan kering karena kecemasan, mereka berlindung dari Lord Narayana, Tuhan dari semuaNya. Mereka memberi hormat kepada-Nya dan memuji-Nya berulang-ulang dan akhirnya menjelaskan mengapa mereka begitu khawatir.

Lord Narayana memberikan rahmat-Nya dan memberikan mereka kekuatan untuk tidak takut. Beliau berkata, "Hai orang-orang yang penakut, dengan menghibur. Bagaimana kalian bisa ketakutan seperti itu, sementara Aku berada di sini?. Kalau ada yang mengingat-Ku ketika dia dalam keadaan bahaya, di mana pun itu, Aku akan datang kepadanya dengan Cakra Sudarsan di tangan Saya dan melindunginya. Wahai para Dewa.! Aku adalah pencipta, pemelihara dan perusak alam semesta ini. Dalam bentuk Lord Visnu, Aku sebagai pemelihara; dalam bentuk Lord Brahma sebagai pencipta, dan dalam bentuk Lord Siva,sebagail pelebur. Aku adalah Siva, Aku adalah kamu, dan Aku adalah Surya. Aku yang menjalankan berbagai bentuk dan melestarikan semua alam semesta ini. Maka kembalilah ke tempat masing-masing kalian. Kalian tidak perlu takut. Semua akan baik-baik.

"Mulai hari ini, kalian tidak perlu takut dari Lord Siva, Ia adalah tempat berlindung bagi orang yang saleh, murah hati, dan selalu berpikir untuk melayani dan menyembahNya. Lord Siva dan Sudarsana cakra Saya cintai lebih dari kehidupan Saya. Dalam keberanian, mereka unggul semuaNya. Lord Siva sangat mudah untuk dapat menciptakan sepuluh juta Surya dan sepuluh juta Brahma. BagiNya, tidak ada yang mustahil. Dia tidak menyadari akan dunia luar.. Selalu bermeditasi kepadaKu siang dan malam, hatinya terpusat. Dari lima wajahNya, Dia mengulangi mantraKu dengan penuh pengabdian. Dan Dia selalu menyanyikan kemuliaan-Ku siang dan malam, Aku juga selalu memikirkan kesejahteraanNya. Apapun tingkat keadaanya untuk memujaKu, pada tingkat itu Aku berkarunia. Sifat Lord Siva adalah keberuntungan (auspiciousness)-. "

Sementara Lord Narayana berbicara, Lord Siva tiba. Matanya merah, dan ia duduk di atas tunggangNya banteng sambil menggenggam trisulaNya. Dia turun dengan cepat dan dengan rendah hati memberikan hormat dengan pengabdian rohani kepada Lord dari dewi Laksmi, Kepribadian yang Agung dengan tenang.
Lord Narayana, Sri Visnu, sedang duduk di atas takhta-Nya bertatahkan permata. Dia dihiasi dengan mahkota, anting-anting, dan kalungan bunga, dan memegang cakra-Nya. Bentuknya sangat indah, dan kulit-Nya seperti awan hujan segar biru. Setiap pembantu-Nya memiliki empat lengan dan mengipasi Nya dengan empat tangan. Tubuhnya diolesi dengan pasta candana dan Ia mengenakan pakaian kuning. Tuhan Visnu, yang menunjukkan kebaikan kepada hamba-Nya, sedang mengunyah sirih yang telah diberikankan oleh istri-Nya, dewi Laksmi. Sambil tersenyum, Beliau sedang menonton dan mendengarkankan tarian dan nyanyian dari para Vidyadharis.

Setelah Lord Siva sembah sujud kepada Lord Narayana, Dia membungkuk kepada Lord Brahma. Surya dan Kasyapa Muni memberi hormat kepada Lord Siva. Lalu Lord Siva memberi pujian kepada Lord Visnu, Tuhan dari semuanya, dan mempersilahkan duduk di singgasanaNya. Para pelayan dari Lord Narayana mulai mengipasi Lord Siva dengan whisks putih untuk meringankan Dia dari kelelahan dalam perjalanan. Lord Siva, karena ada hubungan bathin dengan kemuliaan dari Lord Visnu, kemudian berubah menjadi ceria dan menyembah Kepribadian yang Abadi dengan lima mulutNya.

Lord Narayana sangat senang. Dengan manis, dan kata-kata yang nectarean, Beliau berkata, "O Lord Siva, Anda adalah simbol dari semua kebaikan dan kesejahteraan. Untuk menanyakan kesejahteraan Anda akan sangat bodoh. Saya akan meminta Anda hanya untuk menghormati aturan masyarakat dan metode yang telah ditentukan oleh satu Veda yang menghasilkan buah dari pengabdian dan memberikan kesejahteraan semua, tidak boleh bertanya tentang austerities nya atau kemakmuran material. Karena Anda memimpin pengetahuan, tak ada gunanya untuk menanyakan apakah Anda meningkatkan pengetahuan. Ini akan menjadi sama berguna untuk mengajukan penakluk kematian jika ia bebas dari semua bahaya. Tapi Anda datang ke tempat tinggal Saya karena suatu alasan.. Apakah itu? Apakah Anda menjadi marah karena sesuatu hal? "

"O Lord Visnu,"! Lord Siva berkata. "Raja Vrisadhvaja adalah penyembahKu yang Agung. Dan Lord Surya telah mengutuk dia dan karena itu telah membuat Saya marah. Kasih sayang saya hanya untuk anak saya, raja Vrisadhvaja. Aku akan membunuh Surya tapi Surya mencari perlindungan kepada Lord Brahma, dan sekarang keduanya, telah mencari perlindungan kepada Anda. Mereka yang menderita dan berlindung kepada Anda, hanya dengan berbicara tentang Anda atau dengan mengingat Anda, menjadi benar-benar aman dan bebas dari segala bahaya. Mereka, dapat mengatasi kematian dan usia tua. Apa yang harus dikatakan tentang orang yang datang secara pribadi untuk Anda dan berlindung. Ketika orang ingat Anda, bahayanya menghilang. Semua kebaikan datang kepadanya. O Lord penguasa alam semesta. Apa yang akan terjadi dari penyembah saya yang bodoh, oleh kutukan Surya, dia telah kehilangan kekayaan dan kemakmurannya!? "
Tuhan Visnu menjawab, "O Lord Siva! Setengah jam telah berlalu di sini didalam Vaikuntha planet. Pada waktu itu, dua puluh satu yuga surga telah meninggal dunia.. Oleh karena itu, Raja Vrisadhvaja, melalui revolusi waktu tak terhindarkan dan mengerikan, sudah mati. Anaknya , Hamsadhvaja, dalam perjalanan waktu, juga meninggal. Hamsadhvaja melahirkan dua putra yang mulia bernama Dharmadhvaja dan Kusadhvaja. Mereka berdua Vaisnava besar, tetapi, karena kutukan Surya, mereka telah menjadi menderita.. Mereka kehilangan kerajaan, termasuk semua kekayaan dan kemakmuran Tapi mereka sekarang telah melakukan pemujaan kepada Dewi Laksmi, yang Dewi Laksmi sendiri senang dengan pengabdian mereka. Oleh karena itu, Dia telah setuju untuk turun ke bumi dan berekspansi Dirinya sendiri dengan mengambil kelahiran dari istri kedua raja tsb. Maka, karena kebaikan hati Dewi Laksmi , Dharmadhvaja dan Kusadhvaja akan menjadi makmur, dan akan menjadi raja yang sangat berkuasa. O Lord Siva! penyembah Anda, Vrisadhvaja telah mati, jadi kembalilah ke tempat tinggal Anda. Lord Brahma, Surya dan Kasyapa Muni kalian juga harus kembali ke alam Anda. " Bhagavan Visnu kemudian pergi dengan istri-Nya ke dalam istanaNya. Para dewa yang bahagia kembali ke tempat tinggal mereka sendiri, Lord Siva melanjutkan praktek dari kesederhanaanNya.

Dharmadhvaja dan Kusadhvaja melakukan pertapaan yang keras dalam memuja Dewi Laksmi. Setelah itu, mereka secara terpisah memperoleh berkat yang mereka inginkan. Dengan bantuan Dewi Laksmi, mereka kembali menjadi penguasa bumi. Mereka mendapat keberuntungan yang besar, kerohanian, menikah, dan melahirkan anak. Raja Dharmadhvaja menikah dengan Madhavi. Setelah beberapa waktu, ia menjadi hamil dengan bagian dari inkarnasi Dewi Laksmi. Namun, bayi masih dalam rahim Madhavi selama seratus tahun surga. Hari demi hari cahaya dalam kandungan dewi Madhavi meningkat. Kemudian, pada saat hari baik, ketika ada bulan purnama, pada bulan Kartika, pada hari Jumat, ia melahirkan.

Kasih karunia Dewi keberuntungan, Laksmi, diwujudkan melalui bayi. Ada tanda dari bunga padma di kakiNya. Wajahnya tampak seperti bulan dimusim gugur, matanya mirip bunga padma yang mekar, dan bibirnya terlihat seperti buah bimba yang masak. Telapak tangannya dan telapak kakinya kemerahan, pusar nya dalam, dan di atasnya ada tiga lipatan. pantat gadis itu bulat, dan tubuhnya menyenangkan hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas - sangat menyenangkan untuk disentuh. Dadanya tegas dan pinggangNya tipis, dan cahaya bersinar dari tubuhnya dikelilingi bagaikan sebuah lingkaran. Kulitnya putih, seperti bunga Champaka, dan rambutnya tampak cantik. Karena kecantikannya itu tak tertandingi, para bijak/rsi memanggilnya Dewi Tulasi.

Sumber : Catatan facebook Svarup Siddhi das

10 CIRI-CIRI DARI YANG TIDAK IRI HATI


1) Orang yang tidak iri hati, tidak pernah mengkritik para sadhu.
2) Dia tidak menganggap para dewa menjadi penguasa-penguasa terpisah, sebab kecerdasannya hanya terserap di dalam Sri Krishna. Namun dia tidak mengabaikan para dewa.
3) Dia memiliki keyakinan di dalam Sri guru dan semua penyembah yang lebih tinggi lainnya sebagaimana mestinya kepada masing-masing dari mereka..
4) Dia memberikan penghormatan kepada kitab-kitab bhakti
5) Meninggalkan argumentasi tak bermakna, dia menyatakan bahwa nama suci adalah pencapaian yang paling berarti. Pemahamannya berakar dalam keyakinan yang sempurna bahwa nama suci (nama) dan pemiliknya (nami) adalah satu dan sama.
6) Dia tidak pernah terlibat dalam kejahatan ketika bergantung pada perlindungan nama suci.
7) Dia tidak menganggap keuntungan dari kesalehan biasa - Seperti sosial dharma, sumpah keagamaan, atau pengekangan diri - dapat dibandingkan dalam cara apapun dengan keuntungan dari mengucapkan nama suci.
8) Dia berusaha menanamkan keyakinan kepada orang yang tidak beriman, tetapi dia tidak pernah memberikan nama suci sampai keyakinan itu telah dibangunkan.
9) Dia sepenuhnya percaya pada keagungan nama suci seperti yang dijelaskan di dalam sastra.
10) Dia menghindari pemikiran apapun tentang 'aku dan milikku'.

Oh para pembaca! ketidakirihatian sendiri dapat menyebabkan pembebasan bagi makhluk hidup, dan iri hati adalah satu-satunya penghalang baginya.

Di dalam Sri Caitanya-caritamrta (madhya 9.361) Untuk itu telah dinyatakan :

caitanya-carita çuna çraddhä-bhakti kari’
mätsarya chäòiyä mukhe bala ‘hari’ ‘hari’
 

"Mohon dengar kegiatan transendental dari Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu dengan keyakinan dan cinta bhakti! Melepaskan rasa iri kepada Tuhan, setiap orang mengucapkan nama suci Tuhan, 'Hari' 'Hari' !
 
— Attributed to Bhaktivinode Thakur, from Çré Gauòéya Patrikä, Year 5, Issue 5.

Sumber : Kathamrta bindu issue no 250 28 April 2011

Kamis, 19 Mei 2011

RASA RINDU DAN CINTA KEPADA TUHAN BERGANTUNG PADA KARUNIA TUHAN


Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura:

"Jangan berusaha melihat Krishna, tapi lakukanlah sedemikian rupa sehingga Krishna ingin melihatmu."


Kutipan penjelasan Srila Prabhupada pada Srimad Bhagavatam 1.7.6:

"Pelayanan bhakti adalah ilmu pengetahuan rohani yang luar biasa yang dimulai dengan proses mendengar, memuji nama, kemashyuran, keagungan Personalitas Tuhan Yang Mahatinggi dan sebagainya. Menghidupkan kembali rasa rindu atau cinta kepada Tuhan bukanlah bergantung pada mekanisme sistem mendengar dan memuji itu, melainkan hal itu semata-mata dan sepenuhnya bergantung kepada karunia Tuhan yang diberikan tanpa sebab. Apa bila Tuhan puas sepenuhnya atas usaha-usaha tulus yang dilakukan oleh seorang pecinta-Nya, maka mungkin Tuhan akan menganugerahi dia pelayanan bhakti dalam cinta kasih rohani. Namun demikian, walau hanya dengan mengikuti proses mendengar dan memuji yang telah ditentukan tersebut, kepuasan hati akan langsung datang dan menghilangkan berbagai penderitaan kehidupan material yang tidak diperlukan maupun yang tidak diinginkan. Berkurangnya rasa rindu material seperti itu tidak menunggu perkembangan pengetahuan rohani. Melainkan, pengetahuan itu bergantung pada pelayanan bhakti untuk keinsafan tertinggi terhadap Kebenaran Tertinggi."

SANKIRTANA BOOK DI PURA REMPOA, 17-05-2011

Pada hari selasa malam, 17 Mei 2011 prabhu Arya dan prabhu Made Pusarkaya melakukan Sankirtan book di Pura Rempoa, Jakarta Barat. Dengan guyuran hujan para penyembah terus bertahan, berusaha. 1 buku Bhagavatam dan 1 set Krishna book berhasil mereka jual. Jay ...Harinam Sankirtana ki...jay

Made Pusarkaya

Photo by:  Bhakta Arya

Selasa, 17 Mei 2011

JAGANATHA DAN PENYEMBAHNYA, SALABEGA


Salabega muncul, pada abad ke-17, sekitar tahun 1607-1608 Masehi. Salabega terlahir dari ayahnya muslim dan ibunya hindu, ia adalah putra dari pejuang terkemuka Mugual, Lalbeg, yang suatu hari Lalbeg melihat seorang janda muda Brahmana yang datang dari mandi di Dandamukundapur di daerah Puri. Ia diculik paksa dan dinikahinya. Salabega kemudian lahir dari janda Brahmana ini yang kemudian ibunya ini di kenal sebagai Fatima Biwi. Dari sejak kecil Salabega telah di ajarkan oleh ibunya tentang Tuhan Jagannatha

Setelah ibunya meninggal, Salabega yang masih kecil itu mengalami suatu penyakit parah dan semua dokter menyampaikan bahwa Salabega tidak dapat bertahan hidup. Suatu hari, ketika ia berada di tempat tidur dia mendengar dan berpikir Bhajan Tuhan Jagannatha yang bermata besar (Sri Cakadola) yang adalah Tuhan dari alam semesta yang akan dapat menyembuhkan dirinya. Lalu ia mulai berdoa pada Tuhan Jagannatha dan akhirnya sembuh.

Setelah itu ia menjadi penyair dan pemuja besar Tuhan Jagannatha. Tapi karena alasan tersebut dia dibuang dari rumahnya sendiri. Lalu dia mulai pergi ke Vrindavan sambil mengucapkan nama Tuhan Jagannatha setiap saat. Akhirnya setelah kembali ia pergi ke Puri. Dan saat itu adalah festival kereta Ratha Yatra. Salabega tidak diizinkan untuk melihat kereta Tuhan Jagannatha karena ia adalah putra dari seorang Muslim. Jadi dia tinggal di sebuah rumah yang sangat dekat dari Sri Mandira. Ketika kereta Tuhan Jagannatha melewati tempat tinggalnya, ia mulai menangis dan berdoa. Tiba-tiba kereta tidak bergerak dan berhenti tepat di mana Salabega tinggal. Dan Salabega melihat Tuhan Jagannatha tersenyum gembira dan setelah itu kereta mulai bergerak. Lalu ia mendapat penghormatan sebagai seorang penyair dan penyembah yang agung, dan mendapatkan karunia dari Tuhan Jagannatha.

Sumber: Dari catatan facebook Svarupa Siddhi das .

MIRABAI DAN RUPA GOSWAMI

Cerita pendek Srila Prabhupada


Baik laki-laki atau wanita, setiap orang adalah prakrti. Purusa yang sejati adalah Krishna. Terdapat contoh cerita yang menarik. Ketika Rupa Goswami sedang berada di Vrndavana dalam bhajananya, Mirabhai pergi untuk menemuinya. Dan Rupa Goswami berpesan bahwa dia tidak akan menemui wanita manapun. Mereka sangat strik. Pada akhirnya Mira memberikan tantangan “Aku akan datang ke Vrndavana. Aku tahu hanya Krishna sebagai purusa di sini, dan setiap orang adalah wanita. Jadi bagaimana mengartikan bahwa Rupa Goswami menolak untuk bertemu wanita lainnya?” Lalu Rupa Goswami setuju, “Ya, aku salah. Ya, Krishna adalah satu-satunya Purusa.”

Jadi purusa berarti sang penikmat, dan prakrti berarti instrumen yang dinikmati, prakrti, energi. Seperti halnya di sini kita dapat melihat seorang manusia yang sangat kaya, orang kaya, tetapi dia menikmati dengan menggunakan energinya, tenaganya. Begitu juga, seluruh keadaan kosmik, seluruh ciptaan ini, Sang Penikmat Tertinggi adalah Tuhan.

Minggu, 15 Mei 2011

MELIHAT KRISHNA DI MANA-MANA

Prahlada Maharaja melihat Tuhan ada di dalam sebuah pilar, sedangkan ayahnya, Hiranyakasipu tidak dapat melihat Tuhan….

Bhagavad-gītā Sloka 6.30

yo mām paśyati sarvatra
sarvam ca mayi paśyati
tasyāham na pranaśyāmi
sa ca me na pranaśyati

“Aku tidak pernah hilang bagi orang yang melihat Aku di mana-mana dan melihat segala sesuatu berada di dalam Diri-Ku, dan diapun tidak pernah hilang bagi-Ku.”

Penjelasan Srila Prabhupada:  Orang yang sadar akan Krishna pasti melihat Sri Krishna di mana-mana, dan dia melihat segala sesuatu berada di dalam Krishna. Barangkali kelihatannya orang seperti itu melihat segala manifestasi yang terpisahkan di alam material, tetapi dalam segala keadaan dia sadar akan Krishna. Tiada sesuatupun yang dapat hidup tanpa Krishna, dan Krishna adalah penguasa segala sesuatu – Inilah prinsip dasar kesadaran Krishna. Kesadaran Krishna adalah perkembangan cinta bhakti rohani kepada Krishna -  Suatu kedudukan yang melampaui bahkan pembebasan material sekalipun. Pada tingkat kesadaran Krishna yang melampaui keinsafan diri tersebut, seorang penyembah bersatu dengan Krishna dalam arti Krishna menjadi segala sesuatu bagi penyembah itu, dan penyembah itu mencintai Krishna sepenuhnya. Pada waktu itu, ada hubungan dekat antara Tuhan dan penyembah-Nya. Pada tingkat itu, makhluk hidup tidak pernah dapat dibinasakan, dan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah hilang dari pandangan seorang penyembah. Menunggal di dalam Krishna bermakna pemusnahan diri secara rohani. Seorang penyembah tidak pernah mengambil resiko seperti itu. Dalam Brahma-samhita (5.38) dinyatakan :

premāñjana-cchurita-bhakti-vilocanena
santah sadaiva hrdayesu vilokayanti
yam śyāmasundaram acintya-guna-svarūpam
govindam ādi-purusam tam aham bhajāmi

“Hamba menyembah Tuhan Yang Mahaabadi, Govinda, yang selalu dilihat oleh seorang penyembah yang matanya diolesi dengan salep cinta-bhakti. Beliau dilihat dalam bentuk-Nya yang kekal sebagai Syamasundara yang bersemayam di dalam hati penyembah itu.”

Pada Tingkat ini, Sri Krishna tidak pernah hilang dari penglihatan penyembah dan penyembah juga tidak pernah tidak memandang Tuhan. Keadaan yang sama dialami oleh seorang yogi yang melihat Tuhan sebagai Paramatma di dalam hatinya. Seorang yogi seperti itu berubah menjadi seorang penyembah yang murni dan tidak tahan hidup selama sesaatpun tanpa melihat Tuhan di dalam hatinya.

BAGIAN 4: VISVAMITRA



Visvamitra

Visvamitra bukan hanya seorang yogi mistik atau seorang pengajar gurukula atau lainnya. Visvamitra adalah seorang personalitas yang sangat kuat. Dia adalah seorang ksatriya agung. Suatu hari dia sedang pergi pada sebuah tur berburu yang besar, dan ketika ia pergi, tradisinya adalah ketika anda melewati sebuah gurukula atau asrama, sang raja harus berhenti. Mereka harus pergi  ke sana dan menghormati orang suci. Orang suci sebagai balasannya akan memberikan sang raja makan, karena sang raja tidak membawa begitu banyak perbekalan ketika ia pergi ke hutan. Dan ia juga tidak bermaksud untuk hidup dengan buah dan akar-akaran, karena dia adalah raja, bukan orang suci. Dia perlu makan hidangan yang besar, jadi orang suci harus mengatur makan besar itu. Dan untuk mengatur pesta itu sang raja akan selalu mendonasikan begitu banyak benda kepada orang suci tersebut. Dengan cara ini akan ada pengaturan yang baik dalam membuat makanan dan menerima makanan. Lalu pasukan Kaushika, Visvamitra yang besar ini telah datang,dia membawa seratus putranya dan ia berpikir, “Ada asrama kecil di sana.” Dia melihat ke bawah bukit dan asramanya hanya sekitar empat rumah, dan ada sungai mengalir di dekatnya. Visvamitra berpikir, “Tentaraku yang terdiri dari seratus putra-putraku sebaiknya tidak pergi. kalian semua tetap di sini,” dia berkata kepada putra-putranya. “Ini adalah sebuah kebiasaan bahwa aku harus pergi  dan menghormati orang suci ini,  jadi aku akan pergi ke sana dan aku akan kembali. Dan jika ia memintaku untuk makan sesuatu itu tidak apa-apa, tetapi dia tidak dapat memberi makan seluruh pasukanku.” Kemudian Kaushika turun, dan di sana ada dua brahmacari sedang mencuci pakaian di sungai, dia bertanya kepada mereka, “Asrama siapa ini?” Brahmacari itu menjawab, “Ini asrama Vasistha Muni,” “Vasistha?”, Kaushika bertanya. “Dia ada di negeriku dan aku bahkan tidak tahu.” “Dia datang tiga bulan lalu,” brahmacari itu menjawab. Dia akan selalu bepergian seperti itu. Dia tinggal di sebuah tempat untuk kira-kira tiga ratus tahun kemudian dia pindah ke asrama lainnya, karena terlalu banyak murid datang ke sana dan dia tidak terlalu suka jumlah penghuni yang terlalu banyak. Jadi kapanpun ada penghuni yang terlalu banyak dia akan menghilang dengan satu atau dua murid dan pergi untuk membuka perguruan lainnya di tempat lain. “Aku sangat ingin bertemu dengannya,” Visvamitra berkata. Lalu brahmacari itu membawanya ke hadapan Vasistha. Vasistha sedang membuat benang dari kapas. Dia sedang mengenakan sebuah gamsha di sekeliling pinggangnya dan yang lainnya di sekeliling pundaknya. Kaushika telah datang dengan banyak perhiasan dan mahkota emas, lalu dia masuk ke sana dan melepaskan mahkotanya, dan menyentuh kaki Vasistha. Kemudian ia berkata, “aku Kaushika dan aku sedang dalam perjalanan berburu. Aku membawa seratus anak yang aku tinggalkan di jalan besar dan aku datang ke sini hanya untuk bertemu denganmu. Jadi mohon anda memberikan karunia kepada kerajaanku.” Vasistha berkata, “bagaimana mungkin kau datang ke asramaku dan pergi tanpa makan besar?” Visvamitra melihat rumah dengan atap yang terbuat dari ilalang, lantai dengan kotoran sapi dan seluruh asrama yang hanya tiga atau empat rumah. “Anda akan memberikan saya sebuah hidangan besar?” Visvamitra bertanya “Bagaimana saya makan tanpa putra-putra saya?”  “Tidak, tidak, putra-putramu, pasukanmu, istanamu, semuanya bawa mereka ke sini”  “Tetapi di mana mereka akan duduk? Anda hanya memiliki empat pondok.”. “Bawa mereka ke sini,” Vasistha berkata dengan sangat tegas. “Jika aku tidak membawa mereka, maka aku akan dikutuknya,” Visvamitra berpikir, jadi dia kembali kepada putra-putranya.

 “Kalian semua ikutlah denganku ke asrama itu,” dia memberitahukan mereka. “Anda pasti becanda!” putranya menjawab. “Jika kita semua datang ke asrama itu, kita akan hancur. Tidak ada tempat di sana.” Lalu Visvamitra berkata, “resi agung ini telah memintanya, jadi kita harus ke sana.” Mereka berpikir, “bahkan jika kita melewati asrama itu, suara kereta kita ini akan membuat atap rumah itu runtuh.” Kereta mereka sangat besar dengan delapan belas kuda di masing-masing kereta. Kaushika berkata, “Aku tidak mau dikutuk, jadi ayo kita turun ke sana.” Begitu mereka turun ke lembah itu mereka melihat ada sebuah kota di sana. Istana-istana, jalan-jalan, dan kolam renang. Orang-orang keluar dari kota, tiba-tiba ada sebuah kota, dan Kaushika berpikir, “Ini sangat luar biasa. Hanya sesaat saya mengedipkan mata ada sebuah kota besar di sini. Ini lebih besar dari Mahismati, ibukota negeriku! Lihatlah istana-istana ini!” Mereka semua melihatnya dan bertanya-tanya, kemudian Vasistha datang dan berkata, “apa yang kau lakukan ? anda semua harus pergi dan mandi. Pesta hidangan besar telah disiapkan. Itu akan dingin.” Kemudian setelah mereka mandi mereka datang dan ribuan dari mereka duduk pada sebuah halaman rumput yang luas. Mereka tidak melihat ada piring atau apapun di hadapan mereka, dan Vasistha membuat mereka duduk dalam barisan. Visvamitra berkata, “benda apa yang akan anda berikan kepada kami, dan bagaimana anda akan melayani?” Vasistha menjawab, “Anda dapat memikirkan piring apapun yang anda suka, dan anda pikirkan jumlah makanan sebanyak yang kalian suka, dan anda akan mendapatkannya.” Visvamitra berpikir, “piring berlian”. Boom! Dan piring berlian pun ada di sana. Dan apapun yang ia suka pada saat itu juga datang, setumpuk demi setumpuk dan mereka terus makan dan makan, tetapi tetap makanan itu terus datang lagi dan lagi, dan mereka telah memakan semua jenis makanan yang pernah mereka dengar. Seseorang berkata, “apa yang Indra makan di hari ulang tahunnya, aku ingin itu.” Lalu ia mendapatkannya. setiap orang mendapatkan apa yang diinginkannya. Mereka menjadi sangat puas, kemudian mereka ingin melihat sebuah tarian. “Tarian apa yang ingin kalian lihat?” Vasistha bertanya pada mereka. Visvamitra berkata, “Tarian yang dilihat oleh Narayana di Svetadvipa, aku ingin melihat itu.” “Baiklah anda dapat melihatnya,” Vasistha menjawabnya. Dengan segera ada sebuah panggung. Dan sebuah panggung yang sangat indah seperti di angkasa Vaikuntha. Dan Visvamitra menjadi sangat iri hati. Dia berpikir,”Apa ini? Seorang baba (Yogi) , ia memiliki begitu banyak kemewahan, aku seorang raja, dan aku terlihat seperti seorang pengemis di hadapannya.” Lalu ia menghampiri Vasistha dan bertanya, “Tolong katakan padaku, apa sumber dari kemewahan anda? Aku yakin bukan karena janggut ini.” Vasistha menjawab, “Tidak, ini bukan karena janggutku, ini karena sapiku.” Dan kemudian ia menepukan tangannya dan ia berkata, “Kama-dhenu, ke sini.” Dan kemudian seekor kama-dhenu datang. Sapi ini memiliki ekor yang panjang seperti janggut, dan bulu merak di punggungnya. Sapi itu memiliki payudara seorang manusia wanita di dadanya dan badan seekor sapi. Dan di seluruh badannya adalah potensi dari semua dewa. Sapi ini datang ketika lautan susu di aduk untuk nektar, dan diberikan kepada Vasistha oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena ia melakukan korban suci yang luar biasa sehingga ia membutuhkan banyak harta benda, dan meskipun mereka terkadang memilikinya, mereka akan mengatakan bahwa mereka tidak memilikinya. Jadi Tuhan memberikan sapi ini. “Kau bisa mendapatkan apapun dari sapi ini.” Visvamitra berkata, “Aku akan memberikan sejuta sapi biasa. Kau berikan sapi ini padaku.” Vaisistha berkata, “Anda pasti orang bodoh. Sejuta sapi biasa, mengapa aku harus berpikir memberikanmu sapi spesial ini. Jika kau memberikan aku sejuta kama-dhenu maka aku akan berpikir untuk memberimu sapi ini.”  “Tetapi kau tahu,” Visvamitra berkata, “berdasarkan sastra, apapun yang ada di tanah ini adalah milik raja, dan aku adalah raja jadi ini adalah milikku.” Vasistha berkata, “Lihatlah Kama-dhenu lagi, Kaushika.” Visvamitra melihat sapi itu dan menyadari bahwa sapi itu berada satu meter di atas tanah. “Sapi ini bukan milikmu, “ Vasistha berkata. “hanya jika sapi ini menyentuh tanah, sapi ini menjadi milikmu.” Jadi Visvamitra dikalahkan. Dia berkata kepada Vasistha, “lihat, anda mungkin memiliki begitu banyak tapovalam, tetapi aku seorang ksatriya dan aku memiliki begitu banyak kekuatan, seratus orang putra. Aku tidak bermaksud meminta sapi itu padamu, aku hanya ingin mengambilnya.

Jadi ia pergi ke belakang kama-dhenu dan mulai menarik, dan seratus putranya membantunya.  “Apa yang kau lakukan?” Sapi itu berkata kepada Vasistha. “Kau adalah pelindungku, dan kau tidak melakukan apapun. Mleccha ini membawaku pergi.” Kaushika berkata, “Kau menyebutku seorang mleccha?” “Ya kau sedang mengambil harta milik seorang brahmana, jadi kau adalah seorang mleccha paling tidak saat ini, atau di kehidupan selanjutnya kau akan menjadi seperti itu. Mengapa kau melakukan hal ini? Ini adalah hal bodoh, dan bahkan Tuhan tidak bisa toleransi akan hal ini, kau akan habis. Seluruh dinastimu akan berakhir, inilah kutukanku.” Visvamitra berkata, “Kau adalah seekor sapi, jadi jangan berbicara banyak. ikut saja denganku.” Kemudian Vasistha berkata, “Jangan lakukan hal ini. Sapi itu tidak menyukainya. Jika ia menyukainya, maka kau dapat membawanya, tetapi ia tidak menyukainya.” Tetap Vasistha menjaga kemarahannya di dalam, dan tidak menunjukannya. “Kau diamlah,” Kaushika berkata. “Aku akan membawa sapi ini.” Vasistha berkata, “Dimana seratus putramu? Aku akan menunjukan kekuatanku pada mereka karena aku tidak ingin menghabisimu. Jika kau masih hidup kau dapat menghasilkan seratus putra lainya. Tunjukan putra-putramu.” “Ini putra-putraku,” Kaushika berkata, dan kemudian Vasistha melihat mereka dan mereka semua menghilang. Dan kemudian ia berkata, “Kaushika, apakah kau juga ingin menjadi tumpukan debu? Maka sebaiknya kau pergi dari ku.” Kemudian Kaushika, dalam kebencian yang besar pergi meninggalkan asrama. Dia pergi ke Himalaya dan melakukan pertapaan selama tiga ratus tahun untuk memuaskan Mahadeva. Dewa Siva datang, dan bertanya kepada Kaushika, “Karunia apa yang kau inginkan ?” Ada satu hal besar dari karunia dewa Siva. Jika kau mendapatkan karunia darinya, hal itu hanya untuk kehancuranmu. Karunianya hanya akan menghancurkan, itu tak akan memberikan hal baik apapun. Kecuali kau meminta cinta kasih kepada Tuhan, atau cinta bhakti, tetapi jika seseorang mendekati Siva umumnya ia tidak meminta hal ini. Jadi Siva bertanya “Karunia apa yang kau inginkan?” Atau dengan kata lain, bagaimana kau ingin dihancurkan? Kemudian Kaushika berkata, “Aku harus memiliki semua senjata luar biasa. Semua senjata yang dimiliki Indra, Agni, Varuna, semua senjata itu harus ddatang ke dalam pikiranku, dan aku harus dapat mengendalikan mereka semua. Aku harus menjadi seorang rajarishi.” Ya, kaulah Rajarishi,” Siva berkata. “Sekarang berhenti melakukan pertapaan, karena itu membakar tubuhku. Pergi.” Kemudian Vsivamitra segera terbang ke asrama Vasistha. Vasistha sedang mandi minyak, sedang dipijati minyak di tubuhnya. Ketika seseorang sedang diminyaki pada tubuhnya anda seharusnya tidak berbicara dengannya atau bercakap-cakap dengannya. Kasuhika bahkan tidak memberikannya tantangan atau apapun juga, dia dengan segera menyerang dengan semua senjata itu kepada Vasistha. Vasistha masih duduk di sana sedang mendapatkan minyak di tubuhnya, dan hal pertama yang di lempar Visvamitra adalah sebuah brahmastra. “Tiba-tiba begitu banyak panas minyak mustard ini,” Vasistha berkata.”Ini tidak begitu panas!” Kemudian Vasistha melihat melewati pundaknya dan melihat brahmastra. “Oh Tuhan-ku! Apa yang ia lakukan? Siapa yang mengajarkannya menggunakan senjata ini? Dia tidak tahu di mana menempatkan senjata itu! Dia melamparnya ke sini, tetapi aku sedang dipijati minyak di sini. Kaushika hentikan kebodohan ini!” Kemudian datang Agniastra, dan kemudian Vayuastra. Mereka datang satu demi satu. “Ini berlebihan,” Vasistha berkata dan ia melihat di sekitarnya. Dia melihat tongkat berjalannya, yang sudah lapuk, lalu ia mengambil itu dan melemparnya keluar. Kemudian ia melanjutkan pemijatannya. Tongkat itu keluar dan menghadapi brahmastra. Brahmastra itu menyentuh tongkat itu , dan senjata itu menjadi seperti es dan jatuh. Kemudian datang Agniastra, yang menghasilkan begitu banyak api, dan semua pohon menjadi terbakar, tetapi ketika berhadapan dengan tongkat itu, senjata ini juga menjadi dijatuhkan. Kemudian datang Vayu astra, dan semua senjata yang ia pelajari dari dewa Siva semuanya menjadi tidak berguna, dijatuhkan oleh tongkat ini. Kemudian tongkat ini mulai bergerak menuju Visvamitra, lalu Visvamitra pun pergi kabur. Begitu ia melintasi area asrama Vasistha, tongkat itu turun dan Vasistha menenangkannya. Kemudian Visvamitra duduk dan berpikir, “Itu hanya tongkat yang ia gunakan untuk berjalan, apa yang terjadi jika ia menggunakan panahnya? Apa yang kemudian terjadi padaku? Rajarishi ini tidak bagus, aku akan menjadi brahmarishi.”

Lagi ia pergi ke Himalaya, dan melakukan tapasya untuk waktu yang lama, sehingga Brahma datang padanya. “Apa yang kau inginkan?” Brahma bertanya. “Mengapa anda membuat aku bermasalah seperti ini?” “Aku ingin menjadi seorang brahmarishi,” Visvamitra berkata. Brahma berkata, “Baiklah aku Brahma, dan aku menyebutmu seorang resi, jadi kau adalah seorang brahmarishi. Kau akan menjadi puas.” Visvamitra berkata, “Tidak, Vasistha yang harus berkata seperti itu.” Lalu Brahma membawa Visvamitra kepada Vasistha dan berkata, “Tolong panggil dia brahmarishi.” Vasistha melihatnya dan berkata, “Sebuah tapasya yang hebat telah kau lakukan! Bagaimana pun juga kau adalah seorang ksatriya, kau seharusnya menikmati indria-indriamu. Hanya dengan perlawananku, kau telah menjadi seorang resi agung. Mengapa brahmarishi? Kau adalah seorang Jnanarishi, resi bagi orang-orang suci. Kau seharusnya dipuja olehku. Sekarang Visvamitra, hentikan pertapaanmu.” Lalu Visvamitra menghentikan pertapaannya di sana, dia terkenal sebagai brahmarishi dan pergi berkeliling.

Kisah Tri-shanku

Sekarang Tri-shanku, yang berada di dalam dinasti Iskvaku yang tiba-tiba mengembangkan keinginan untuk pergi ke planet-planet surga dengan badan ini. Lalu ia pergi kepada Vasistha yang telah menjadi gurunya, Vasistha adalah guru bagi begitu banyak generasi.” Mohon guruku, kirim aku ke planet-planet surga.” Vasistha berkata, “Ya aku dapat mengirimmu ke surga. Lakukanlah beberapa kegiatan saleh, di kehidupan selanjutnya kau akan pergi ke sana.” Tri-shanku berkata, “Tidak, bukan di kehidupan selanjutnya, di kehidupan sekarang.” Vasistha berkata, “Kau mati di kehidupan ini, dan kemudian di kehidupan selanjutnya kau dapat pergi ke surga.” Tidak, aku tidak ingin menunggu. Aku ingin pergi dengan tubuh ini.” Vasistha bertanya, “Di mana kau mendapatkan ide gila ini?” Tri-shanku menjawab, “Aku adalah seorang yang sangat saleh. Aku telah melakukan begitu banyak hal-hal yang baik, dan tidak ada keluhan apapun terhadapku. Mengapa anda tidak mengirim diriku?” Vasistha berkata, “Itu bagus, kau adalah seorang yang saleh, seorang raja agung. tetapi planet-planet surga tidak bisa di capai dengan tubuh ini.” Tri-shanku berkata, “Tetapi anda mampu mengatur sesuatu, anda adalah seorang resi yang agung.” Vasistha menjawab, “Tidak, aku tidak bisa mengatur apapun, aku hanya mengikuti aturan Tuhan.” Vasistha berkata, “Jika anda adalah orang yang dapat mengatur, lalu guru macam apa kau ini?” Vasistha berkata, “Baiklah jika kau tidak ingin menjadi muridku aku akan pergi. Aku tidak akan mengajarkan dinasti Iksvaku lagi.” Vasistha mengambil dandanya dan jalan keluar. Kemudian Tri-shanku mengingat bahwa Vasistha juga memiliki seratus putra dan mereka semua sedang melakukan sejenis tapasya di suatu tempat di India Selatan, jadi ia pergi ke India selatan dan bertemu putra-putra ini. Ia bertanya pada mereka, “Tolong kirim aku ke surga dengan tubuh yang sama ini.” “Hal bodoh apa ini? Kamo tidak dapat melakukan hal ini,” Putra-putra itu menjawab. “Ayah anda juga mengatakan hal yang sama.” Putra-putra itu berkata, “Maksudmu ayah kami mengatakan hal itu tidak dapat dilakukan dan sekarang kau datang kepada kami?” Tri-shanku berkata “Ya, karena murid-murid muda senang untuk melakukan hal yang evolusioner ini.” Putra-putra itu berkata, “Ya, kami akan melakukan beberapa evolusi, kau menjadi seorang chandala.” Lalu mereka mengutuknya, dan tiba-tiba seluruh tubuhnya berubah menjadi hitam. Bahkan cadarnya yang keemasan berubah menjadi hitam. Semua perhiasan emasnya berubah menjadi perhiasan besi. dan wajahnya berubah menjadi jahat. Lalu ketika ia kembali ke Ayodhya, orang-orang menertawainya dan menendangnya keluar negeri. Kemudian ia berkelana di hutan dan suatu hari ia melihat seorang resi sedang berdiri dengan satu kaki. Itulah Kaushika, Visvamitra, sedang melakukan pertaaan lainnya sekarang. Dia datang padanya dan berkata, “Anda begitu bersinar, seperti dewa Matahari.” Kaushika berkata, “Katakan apa maumu. Dan kau terlihat sedikit seperti seorang chandala, tetapi di sisi lain kau berbicara seperti seorang keluarga kerajaan.” Sang raja menjawab, “Aku adalah Tri-shanku dari dinasti Iksvaku. Aku telah dikutuk oleh putra-putra Vasistha.” Begitu ia mendengar nama Vasistha, ia menjadi panas. “Mengapa ia mengutukmu? Siapa mereka berani mengutukmu?” Sang raja berkata, “Aku hanya meminta mereka hal kecil.” “Apa yang kau minta?” Visvamitra bertanya. “Aku meminta mereka jika aku dapat pergi ke planet-planet surga dalam tubuh ini, dan kemudian mereka mengutukku.” Visvamitra berkata, “Apa? Kau ingin pergi ke planet-planet surga dalam tubuh ini? Dari mana kau mendapatkan ide ini?” Sang raja menjawab,” Suatu pagi aku bangun, dan aku berpikir seperti itu.” Visvamitra berkata, “Lihat apa yang terjadi padamu dengan memiliki ide seperti itu?” Sang raja berpikir bahwa Visvamitra menjadi tenang, ini tidak baik. Lebih baik aku membuatnya panas lagi. Sang raja berkata, “Vasistha itu berkata bahwa tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya.” Visvamitra berkata, “Apa? Ulangi lagi.” “Dia berkata, tidak ada seorang pun yang dapat melakukannya.” Visvamitra menjawab, “Siapa yang mengatakan tidak ada seorang yang mampu melakukannya?” Aku dapat melakukannya.” Kemudian Visvamitra mengirim pesan kepada semua resi, dengan berkata, “Aku sedang melakukan yajna, jadi kalian datanglah. Aku ingin bertanya meminta kepada para dewa untuk dapat membuatnya seperti itu.” Semua resi datang karena mereka takut kepada Visvamitra, bahwa ia akan mengutuk mereka juga. Jadi mereka datang ke sana, mereka semua sedang melakukan yajna dan mereka begitu takut.

Kemudian para dewa datang. Indra mendekati Visvamitra dan bertanya, “sekarang apa tujuan dari yajna ini? Apa yang kau butuhkan?” Visvamitra menjawab, “Kami ingin orang ini pergi ke surga.” Indra berkata, “Begitu banyak orang datang ke surga, aku tidak keberatan.” “Tidak, tidak”, Visvamitra menjawab, “Seperti ini.” Indra bekata, “Apa? seperti ini?Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak bisa membiarkannya masuk seperti ini. Aku tidak dapat melakukannya.” Visvamitra protes, “Tetapi ini adalah kasus spesial.” Indra berkata, “Tidak, tidak ada kasus spesial. Aku tidak dapat melakukannya.” Visvamitra berkata, “Baiklah, jika aku tidak dapat melakukannya dengan yajna aku akan melakukannya dengan pertapaanku.” Lalu dia mengambil srhuva, sendok yang ia gunakan untuk menyiramkan ghee, dan ia menyentuh Tri-shanku dan berkata, “Baiklah, Tri-shanku terbanglah ke surga dengan kekuatanku.” Kemudian Tri-shanku menghilang dari planet bumi, dan ia terbang, terbang melewati luar angkasa. Indra kembali ke planetnya, dan semua orang berkata, “Indra lihat siapa yang datang. Itu Tri-shanku.” “Tri-shanku?” Indra berkata dengan tidak percaya. Kemudian ia mengambil Vajranya dan memukul punggungnya dan Tri-shanku kembali dengan kecepatan penuh. Visvamitra duduk di sana dengan damai dan Tri-shanku menangis, “Visvamitra, tolong aku!” Visvamitra berkata, “Kau tidak kembali, kau pergi ke surga!” Visvamitra kemudian menggunakan beberapa kekuatannya lagi dan mengirimnya kembali ka atas. Lalu Indra mengirimnya kembali, dan Visvamitra mengirimnya kembali, dan Indra mengirimnya kembali lagi. Ketiga kalinya ia pergi ke surga Tri-shanku berkata, “Aku tidak ingin pergi ke surga! Lebih baik aku pergi ke neraka ! apapun yang lebih baik dari ini. Apa yang aku lakukan di luar angkasa? Kau mengirimku juga, tetapi tolong hentikan ini!” Visvamitra berkata, “Tidak, aku telah berjanji padamu. Janji itu harus terjaga, bahkan jika kau tidak menginginkannya. Kau harus pergi ke surga!” Dan ia mengirimnya kembali. Indra berkata, “Aku tidak menginginkanmu,” Dan ia menendangnya kembali. Pada saat ini Tri-shanku berkata, “Ku mohon Visvamitra, aku tidak menginginkan surga. Aku sadari sekarang sangat buruk berpikir seperti itu. Aku hanya ingin menjadi raja di suatu tempat. Aku mau menjadi pengemis di mana saja. Berhentilah mendorongku seperti ini.” Visvamitra berkata, “Tidak, jika mereka tidak mengijinkanmu masuk ke dalam surga, aku akan menciptakan surga untukmu. Jadi ia menciptakan sebuah surga, ia menciptakan para dewa, ia menciptakan Indra, ia menciptakan Airavata, ia menciptakan segalanya dengan tapovalamnya, dan pertapaannya selesai. Sekarang, planet ini juga harus memiliki orbit. Tidak ada lagi tapovalam, jadi bagaimana kita akan menempatkannya dalam orbit? Kemudian seluruh surga mulai turun ke bumi, karena hal di sanalah surga itu diciptakan. Visvamitra berkata, “Oh Tuhan-ku! Sekarang surga akan turun dan segalanya akan berakhir! Apa yang harus aku lakukan?” Kemudian ia mengangkat tangannya dan berkata, “Hari ! Hari!” Tuhan muncul dan bertanya, “Visvamitra apa masalahnya? Biasanya kau memanggil Brahma, kau tidak pernah memanggil-Ku. Apa yang terjadi denganmu?” Visvamitra berkata, “Lihat, lihat! Tolong lakukanlah sesuatu, itu sedang turun! Tuhan berkata”Apa itu? Apa yang jatuh?” Visvamitra menjawab, “itu ciptaanku.” “ Oh itu ciptaanmu!” Visnu menjawab. “jadi kau peliharalah hal itu, aku pergi” “Tidak, tidak tidak ! jangan pergi, tolong lakukanlah sesuatu. Aku hanya menciptakaannya, aku tidak dapat memeliharanya.” Lalu Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam surga itu. surga ini dikenal sebagai Tri-shanku Svarga, dan masih ada. Tuhan menempatkan Tri-shanku di sana untuk memuaskan Visvamitra. Dan kemudian Visvamitra terselamatkan, kalau tidak planet surga ini akan turun dan akan membakar planet bumi dan segala hal lainya akan juga ikut terbakar. Kemudian Narayana berkata, “Jangan pergi ke wilayah ini. Wilayah-Ku adalah sebuah wilayah yang sulit, menciptakan, memelihara dan menghancurkan. Inilah pekerjaan-Ku. Kau lakukan saja tapasya, dan berikan karunia kepada orang-orang. Jangan mencoba menjadi Hari atau akan ada masalah.” Visvamitra menjawab, “Aku telah menyadarinya sekali dan untuk semua. Aku tidak akan melakukan hal ini lagi.” Kemudian Tuhan menjadi begitu puas dengannya karena penyerahan dirinya yang segera, dan Beliau berkata, “Aku akan menjadi murid anda di Treta-yuga.” Jadi dengan cara ini Ramachandra menjadi murid Visvamitra.

Jumat, 13 Mei 2011

SERIGALA DAN KAMBING



 Kita sering bercerita tentang serigala dan kambing. "Entah bagaimana berikan sebuah nama yang buruk dan bunuh dia"

 Seekor serigala sedang meminum air di sebuah sungai pada saat yang bersamaan dengan seekor kambing. Sang serigala berpikir, "Entah dengan cara bagaimana aku harus menelan kambing itu." Sang serigala berkata, "Hey! Tidakkah kau tahu? Tidakkah kau melihat aku sedang meminum air di sini? Mengapa kau membuat airnya menjadi kotor untukku? Aku harus membunuhmu."

Kambing itu berkata, "Oh tuan, anda meminum air di hulu dan aku meminum air di hilir. Bagaimana aku dapat membuat airnya menjadi kotor untukmu?"

"Mengapa kau memanggilku dengan nama-nama yang buruk setahun yang lalu?"
 "Oh tuan, aku baru berusia tiga bulan. Bagaimana mungkin aku memanggilmu dengan nama-nama buruk setahun yang lalu?"

" Ibumu pasti yang telah melakukannya. Bagaimanapun juga aku akan membunuhmu"

 Ini adalah cerita tentang serigala dan kambing dan bagaimana semua cerita yang dibuat-buat ini sedang terjadi di sekitar kita. Ini menggambarkan bagaimana kebencian, berbicara kotor, dan cerita yang dibuat-buat muncul dari ketidaktoleransian dan iri hati. Anda mungkin berkata, "Penyembah ini tidak berjapa! Dia tidak mengikuti prinsip-prinsip yang mengatur! Dia telah menjadi Vaisnava tetapi sekarang dia berbuat hal-hal yang melanggar hukum dan kegiatan-kegiatan setan ! Aku akan mendukungnya secara tidak langsung, seperti halnya jika aku berkata, 'Ya, lakukan itu!' Jadi untuk berbuat baik padanya aku harus berbicara dengannya."

Sekarang jika seseorang menganalisa hal tersebut dengan lebih mendalam seseorang dapat mengerti bahwa anda hanya mencari kesalahan terhadap penyembah itu. Tetapi apakah anda sudah menyempurnakan diri anda sendiri? Apakah tidak ada keburukan pada dirimu? Perkataan itu ada, sebuah saringan memiliki banyak lubang dan sebuah jarum hanya memiliki sebuah lubang. Saringan berkata, "Oh jarum, ada lubang dibelakangmu." Jarum itu menjawab, "kau memiliki begitu banyak lubang, aku hanya memiliki sebuah lubang." Tetapi saringan mengkritik jarum. Jadi, orang yang mengkritik harus mengerti apakah dirinya sendiri sempurna atau tidak. "Apakah tidak ada hal buruk padaku?" Hanya jika seseorang adalah sempurna ia dapat mencari kesalahan pada yang lainnya.

Sumber : 'The Wolf and the Lamb' oleh Sri Srimad Gour Govinda Swami

Senin, 09 Mei 2011

PIKIRAN YANG BERKEDIP-KEDIP

Bhagavad-gītā Sloka 6.34

cañcalam hi manah krsna
pramāthi balavad drdham
tasyāham nigraham manye
vāyor iva su-duskaram

"Sebab pikiran gelisah, bergelora, keras dan kuat sekali, o Krishna, dan hamba pikir menaklukan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin."

Penjelasan Srila Prabhupada: Pikiran begitu kuat dan keras sehingga kadang-kadang menguasai kecerdasan, walaupun seharusnya pikiran takluk pada kecerdasan. Bagi orang di dunia nyata yang harus bertempur menghadapi begitu banyak unsur-unsur yang melawan, pasti sulit mengendalikan pikiran. Barangkali seseorang dapat menetapkan suatu keseimbangan mental yang tidak wajar terhadap kawan dan musuh, tetapi akhirnya tidak ada orang duniawi yang dapat mengendalikan pikiran, karena untuk mengendalikan pikiran lebih sulit daripada mengendalikan angin yang mengamuk. Dalam kesusastraan Veda (Katha Upanishad 1.3.3-4) dinyatakan :
atmanam rathinam viddhi  sariram ratham eva ca
buddhim tu sarathim viddhi  manah pragraham eva ca
indriyani hayan ahur  visayams tesu go-caran
atmendriya-mano-yuktam  bhoktety ahur manisinah
"Roh yang individual adalah penumpang di dalam kereta badan jasmani, dan kecerdasan adalah kusir. Pikiran adalah alat untuk mengemudikan, dan indria-indria adalah kuda. Seperti itulah, sang roh menikmati atau menderita sehubungan dengan pikiran dan indria-indria. Demikianlah pengertian para pemikir yang mulia." Seharusnya kecerdasan mengarahkan pikiran. Tetapi pikiran begitu kuat dan keras sehingga kadang-kadang pikiran menguasai kecerdasan seseorang, seperti halnya infeksi yang gawat barangkali melampaui kekuatan sejenis obat. Pikiran yang kuat seperti itu seharusnya dikendalikan dengan latihan yoga, tetapi latihan seperti itu tidak pernah praktis bagi orang yang berada di dunia, seperti Arjuna. Jadi, apa yang dapat kita katakan tentang manusia modern? Contoh yang digunakan di sini cocok,; seseorang tidak dapat menangkap angin yang bertiup. Lebih sulit lagi menangkap pikiran yang bergelora. Cara termudah untuk mengendalikan pikiran, sebagaimana oleh Sri Caitanya, ialah dengan mengucapkan mantra "Hare Krishna," mantra agung untuk keselamatan, dengan sikap sangat rendah hati. Cara yang dianjurkan adalah sa vai manah krishna-padaravindayoh: Seseorang harus menjadikan pikiran tekun sepenuhnya di dalam Krishna. Hanya pada waktu itulah tidak akan ada kesibukan lain lagi untuk menggoyahkan pikiran.

UNDANGAN NARASIMHA CATURDASI

Jumat, 06 Mei 2011

SRI NARADA MUNI: SANG ASTRONOT ROHANI


Śrīmad Bhāgavatam 1.6.31: Percakapan antara Narada dan Vyasadeva

antar bahiś ca lokāms trīn
paryemy askandita-vratah
anugrahān mahā-visnor
avighāta-gatih kvacit

"Sejak saat itu, atas karunia Visnu Yang Mahakuasa, aku bepergian ke mana pun tanpa ada batasan, baik di dunia spiritual maupun di tiga bagian dunia material. Ini karena aku mantap dalam bhakti kepada Tuhan."

Penjelasan Srila Prabhupada: Sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita, terdapat tiga bagian alam material, yaitu urdhva-loka (planet-planet tertinggi), madhya-loka (planet-planet pertengahan) dan adho-loka (planet-planet bawah). Di atas planet-planet urdhva-loka, yaitu di atas Brahmaloka, terdapat lapisan-lapisan penutup alam-alam semesta, dan di atas itu terdapat angkasa spiritual yang meluas tanpa batas, berisikan planet-planet Vaikuntha yang bercahaya sendiri dalam jumlah yang tidak terhingga pula. Planet-planet Vaikuntha tersebut dihuni oleh Tuhan Sendiri bersama rekan-rekan-Nya, yang semuanya merupakan entitas-entitas hidup yang terbebas selamanya. Sri Narada Muni mampu memasuki semua planet tersebut, baik dalam ruang lingkup material maupun spiritual tanpa batas, seperti halnya Tuhan bebas bergerak secara pribadi di bagian manapun dalam ciptaan-Nya.

Di dunia material, para makkhluk hidup dipengaruhi oleh tiga sifat alam, yakni kebaikan, nafsu dan kebodohan. Akan tetapi Sri Narada Muni melampaui semua sifat alam material tersebut sehingga beliau bebas bepergian ke mana pun tanpa ada batasan. Sri Narada adalah antariksawan yang telah terbebas. Karunia yang tiada bersebab dari Sri Visnu tiada bandingnya, dan karunia tersebut dirasakan oleh para penyembah hanya atas karunia Tuhan. Karena itu, para penyembah tidak pernah jatuh, tetapi orang materiallistik, yaitu orang yang bekerja dengan tujuan mendapatkan pahala dan filsuf-filsuf yang berspekulasi memang jatuh, karena terseret oleh sifat-sifat alam yng masing-masing mempengaruhi dirinya. Para rsi, sebgaimana disebutkan sebelumnya, tidak dapat memasuki dunia spiritual seperti Narada. Kenyataan ini diungkap dalam Narasimha Purana. Rsi-rsi seperti Marici adalah otoritas dalam hal pekerjan yang berpamrih, sedangkan rsi-rsi seperti Sanaka dan Sanatana adalah otoritas dalam bidang spekulasi filsafat. Tetapi Sri Narada Muni adalah otoritas utama dalam bhakti kepada Tuhan. Semua otoritas agung dalam bidang bhakti kepada Tuhan mengikuti jejak langkah Narada Muni menurut arahan Narada-bhakti-sutra, dan karena itu, tidak diragukan lagi bahwa semua penyembah Tuhan memiliki kualifikasi untuk memasuki kerajaan Tuhan yang bernama Vaikuntha.

Rabu, 04 Mei 2011

TUHAN DI DALAM HATI


Bhagavad-gītā Sloka 18.61

īśvarah sarva-bhūtānām
hrd-deśe 'rjuna tisthati
bhrāmayan sarva-bhūtāni
yantrārūdhāni māyayā

" Tuhan Yang Maha Esa bersemayam di dalam hati semua orang, wahai Arjuna, dan Beliau mengarahkan pengembaraan semua makhluk hidup, yang duduk seolah-olah pada sebuah mesin terbuat dari tenaga material"

Penjelasan Srila Prabhupada: Arjuna bukan yang mahatahu, dan keputusan Arjuna untuk bertempur dan tidak, dibatasi oleh pertimbangannya yang terbatas. Sri Krishna memberi pelajaran bahwa diri pribadi bukanlah segala-galanya. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, atau Krishna Sendiri, sebagai Roh Yang Utama yang berada di tempat-tempat khusus, bersemayam di dalam hati dan memberi pengarahan kepada makhluk hidup. Sesudah makhluk hidup menggantikan badannya, ia lupa perbuatannya yang dahulu, namun Roh Yang Utama, yang mengetahui masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang, tetap sebagai saksi segala kegiatannya. Karena itu, semua kegiatan para makhluk hidup diarahkan oleh Roh Yang Utama tersebut. Makhluk hidup mendapat apa yang patut didapatkannya dan dia di bawa oleh badan jasmani, yang diciptakan di dalam tenaga material atas perintah Roh Yang Utama. Begitu makhluk hidup di tempatkan di dalam jenis badan tertentu, ia harus bekerja di bawah pesona keadaan jasmani itu. Seperti orang yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi akan berjalan lebih cepat dari pada orang yang naik mobil yang lebih lambat, meskipun para makhluk hidup, para pengemudinya, mungkin sama. Seperti itu pula, atas perintah Roh Yang Utama, alam material membentuk jenis badan tertentu untuk makhluk hidup tertentu supaya ia dapat bekerja menurut keinginannya dari dahulu. Makhluk hidup tidak bebas. Hendaknya seseorang janganlah menganggap dirinya bisa bebas dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Roh individual selalu di bawah pengendalian Tuhan. Karena itu, tugas kewajiban orang adalah menyerahkan diri, dan itulah perintah dalam ayat berikut. 

Senin, 02 Mei 2011

MENIRU MAHABHARATA

Cerpen Srila Prabhupada
Ada sebuah cerita menarik, seorang yang bernama Gopal Ban, ia adalah seorang yang cerdik. Di periode Muslim di Bengali. Seorang Nawab muslim bertanya kepadanya, “Gopal Ban, dapatkah kau membuat cerita Mahabharata atas namaku?” “Oh ya!”  “Aku akan melibatkan begitu banyak pandita, dan mereka akan membuat sebuah cerita Mahabharata, kegiatan anda, keagungan anda, segalanya. Berikan hamba seratus ribu rupee, untuk memulai.” Dia mengambil uangnya. “Ya, ceritanya sedang dibuat.” “Lalu kapan cerita itu akan dipublikasikan?” “Ya, hanya beberapa hari lagi. Sekarang tuan, segalanya telah disiapkan. satu hal penting, anda harus memberikan hamba informasi berapa banyak suami yang dimiliki oleh istri anda, huh?” Hal ini sangat menghina. “Apa, anda menanyakan hal yang tidak masuk akal.” “Tidak, itulah keistimewaan utama dari Mahabharata. Drupadi memiliki lima orang suami, lalu berapa banyak suami yang dimiliki oleh istri anda tuan? Tolong katakan padaku.”  Kemudian “Tidak, tidak aku tidak mau itu. Akulah satu-satuya suami.” “Oh Kalau begitu bagaimana anda dapat meniru Mahabharata?” “Aku tidak mau” . “Baiklah. Jika anda menginginkan seperti Mahabharata anda harus memberitahukan pada hamba berapa banyak suami yang istri anda miliki.” Sang Nawab muslim itu tidak dapat mengatakannya. Jadi Mahabharatanya berakhir.

Seperti itu pula para ilmuwan berusaha meniru. Tetapi pada akhirnya, berapa banyak suami yang dimiliki istri anda?

Mahabharata berarti “sejarah India.” Maha berarti agung, atau sejarah agung India. Bharata berarti India. Nama asli India adalah Bharatavarsa. Mungkin anda tahu Bharatavarsa. Ada seorang raja, Maharaja Bharata. Jadi berdasarkan namanya seluruh planet menjadi Bharatavarsa. Seluruh planet ini disebut Bharatavarsa berdasarkan kesusastraan Veda. Tetapi sekarang telah terbagi. Ada sebuah cerita panjang, bagaimana masyarakat manusia terbagi-bagi ke seluruh planet ini. Jadi sejauh mengenai Mahabharata, orang-orang Amerika dan Eropa, juga asal mulanya berasal dari India. Dua anak laki-laki Maharaja Yayati, mereka diberikan kerajaan Turkey dan Yunani, dan dari Turkey dan Yunani peradaban Eropa populasinya meningkat dan dari Eropa, mereka pergi ke Amerika dan menjadi orang-orang Amerika, Tentu ini adalah sebuah poin sejarah.