Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Sabtu, 25 Juni 2011

WAKTU SEPERTI SEBUAH ALIRAN SUNGAI

Suatu hari, seorang wanita terlambat pulang dari tempatnya bekerja, lelah dan jengkel, ia menemukan anak laki-lakinya yang berumur 5 tahun sudah menunggu di depan pintu.
 Anak: " bolehkah aku mengajukan pertanyaan?"
 Ibu: "Ya pasti anakku, apa itu ' jawab wanita tersebut.
 Anak: "berapakah bayaran yang Anda peroleh dalam satu jam?"
Ibu: "Itu bukan urusanmu. Mengapa kamu bertanya seperti itu? " wanita itu berkata dengan nada marah”.

Anak: "Aku hanya ingin tahu. Tolong beritahu, berapakah yang ibu dapatkan dalam satu jam? "
Ibu: '. Jika kamu ingin tahu, aku mendapatkan 50 ribu rupiah/jam'
Anak: 'Oh,' anak kecil itu menjawab, dengan kepala menunduk. Kemudian dia bertanya, kepada ibunya, bolehkah aku meminjam 25 ribu rupiah?
Sang ibu sangat marah dan jengkel, "Jika itu satu-satunya alasan yang kamu minta sehingga kamu dapat meminjam uang untuk membeli mainan bodoh atau omong kosong lainnya, maka kamu harus pergi dari sini, masuk ke kamar dan tidur…! Pikirkan, tentang mengapa kamu begitu egois. Aku bekerja keras setiap hari, tidak  untuk memfasilitasi mainan bodoh kekanak-kanakan seperti itu. "
Anak kecil itu diam-diam pergi masuk ke kamarnya dan menutup pintu ..
Wanita itu kemudian duduk dan mulai mengingat amarahnya, tentang pertanyaan anaknya yang masih kecil itu. Beraninya dia mengajukan pertanyaan seperti itu hanya untuk mendapatkan uang? Setelah sekitar satu jam atau lebih, wanita itu sudah mulai tenang, dan bisa berpikir jernih. Mungkin ada sesuatu yang sangat diperlukannya dengan uang 25 ribu rupiah itu dan ia benar-benar tidak sering meminta uang setiap hari, pikir wanita itu. Dia kemudian pergi ke pintu kamar anak kecil itu dan membuka pintu.

"Apakah kau tidur, Nak?" Dia bertanya.
"Tidak Ibu, aku masih terjaga," jawab anak ini
'Aku sudah berpikir, mungkin aku terlalu keras terhadap kamu barusan "kata wanita itu. "Ini merupakan hari yang panjang dan aku mengeluarkan kejengkelanku kepadamu. Ini ada uang 25 ribu rupiah yang kamu pinta. "Anak kecil itu duduk tegak, dan tersenyum senang. "Oh Ibu, terima kasih!" ia berteriak. Kemudian, dimasukan tangannya yang mungil di bawah bantal dan dikeluarkan beberapa lembar uang yang agak kusut.
Wanita itu melihat, bahwa anaknya sudah mempunyai uang, dan ia mulai marah lagi.
Anak kecil ini perlahan menghitung uangnya, lalu memandang ibunya.
"Mengapa kamu ingin lebih banyak uang jika kamu sudah memiliki beberapa?" ibunya menggerutu.
"Karena aku tidak punya cukup uang, tapi sekarang aku sudah punya," jawab anak kecil ini dengan polos.
'Ibu, sekarang aku mempunyai 50 ribu rupiah. Dapatkah aku membeli satu jam dari waktumu? Aku mohon, ibu pulanglah lebih awal besok. Aku hanya ingin makan malam denganmu. "

Hati ibu itu tersentak dan terharu. Dia memeluk anak kecilnya dengan berlinang air mata, dan ia memohon pengampunan dari anaknya. Ini hanya mengingatkan untuk anda semua yang bekerja keras dalam hidup. Kita tidak harus membiarkan waktu terlewatkan melalui jari-jari kita, tanpa harus menyia-nyiakan dengan orang-orang yang benar-benar penting bagi kita, mereka yang dekat dengan hati kita. Jangan lupa untuk berbagi 50 ribu rupiah, senilai waktu Anda dengan seseorang yang anda cintai.
Jika besok kita meninggal, kantor atau perusahaan tempat  kita bekerja, pasti dapat dengan mudah mencari pengganti buat kita dalam hitungan detik atau jam. Namun keluarga dan teman-teman yang kita tinggalkan, akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.
Waktu adalah seperti aliran sungai ... Anda tidak bisa menyentuh air yang sama dua kali, karena arus air yang  mengalir tidak akan mungkin lewat lagi .. !

Sumber: Catatan facebook Svarupa Siddhi dasa pada 29 April 2011

Kamis, 23 Juni 2011

PERTEMUAN LINTAS AGAMA DI GEDUNG JUANG 45, JAKARTA, 12 MEI 2011


Acara di gedung joeang dalam rangka pertemuan dengan tokoh lintas agama dengan tujuan merangkai kembali kesatuan dalam perbedaan atau bhineka tunggal ika.
Diawali dengan kirtan maha mantra dan pidato dari ketua dan sekjen dari pelindung gedung tersebut, doa dari semua agama untuk keselamatan bangsa, lalu prasadam sambil mendengarkan mahamantra Hare Krishna.

Dari Sri Nilacala Ksetra Dhama, Jaganatha Jakarta Temple diwakili oleh prabhu Tattva-darsi dasa, Isha Prakash dasa, Sadhu Jivana dasa, Kripa Nidhi dasa dan prabhu Ianz Dvaita.




Selasa, 21 Juni 2011

BAGIAN 5: PENGANGKATAN BUSUR

Setelah Rama bertarung dengan raksasa Marica dan Dusana, Visvamitra tidak kembali ke Ayodhya, melainkan ia memberitahukan mereka, “Akan ada sebuah korban suci api besar di Mithila.” Raja Janaka sedang berkuasa. Lalu Visvamitra berkata, “Sebuah korban suci yang besar dan semua resi dan pandit akan datang ke sana. Aku akan membawa kalian ke sana sehingga kalian dapat melihatnya.” Dalam perjalanan begitu banyak kejadian terjadi, ini adalah kejadian yang sudah terkenal. Ahalya, istri dari Resi Gautama yang telah dikutuk menjadi batu, dan ia tidak akan terbebas sampai Ramacandra menyentuhnya dengan kaki padmaNya. Maka ia akan kembali hidup. Jadi kejadian itu terjadi dalam perjalanan dari Ashrama Visvamitra ke Mithila, Mithila negeri Janaka dikenal sebagai Mithila karena jauh sebelum Janaka ada seorang raja dalam dinasti Iksvaku. Vasistha adalah guru untuk begitu banyak generasi, dan raja pada saat itu ingin melaksanakan sebuah yajna. Vasistha sebelumnya telah setuju untuk melaksanakan sebuah yajna untuk Indra di planet-planet surga, jadi ia memberitahukannya, “Aku akan menyelesaikan yajna ini, kemudian aku akan kembali dan melaksanakan yajna untukmu.” Sang raja tidak mengatakan apapun. Ia tidak ingin mengecewakan Vasistha, ia adalah seorang penyembah yang agung.

Vasistha pergi ke planet surga dan sebelum ia kembali sang raja memanggil resi lainnya, Gautama dan saudaranya, dan ia menyertakan mereka sebagai pendeta dan menyelesaikan yajnanya. Dia tidak memberitahukan mereka bahwa Vasistha hanya ada di planet surga. Vasistha kembali. Sangat cepat ia menyelesaikan yajnanya, ia bahkan tidak menunggu untuk menerima bayaran untuk itu. Dia memberitahukan Indra, “Simpan saja dalam kredit dan aku akan mengambilnya belakangan.” Sangat cepat ia kembali, tetapi ketika ia kembali ia melihat brahmana itu keluar dari tempat itu dengan sapi. “Apa yang terjadi di sini?” ia bertanya. “Oh yajna besar.meskipun demikian,  itu semua telah berakhir sekarang. Kami hanya mengambil dakshina dan sekarang kami pergi.” Jadi Vasistha menjadi sangat kecewa. Dia memanggil sang raja dan berkata, “Apa ini? Pertama kau katakan padaku bahwa aku harus melakukan yajna, jadi aku menyelasaikan tugasku di planet surga dengan sangat cepat dan bahkan mengecewakan Indra dan kumpulannya, dan aku telah datang ke sini karena aku adalah Kula-gurumu, guru spiritual keluargamu. Jadi bagaimana ini pantas bahwa kau telah membawa orang lain dan melaksanakan yajna?” Sang raja masih tetap diam, tidak mengatakan apapun. Sebenarnya Vasistha tidak seharusnya pergi ke planet surga untuk melaksanakan yajna sebab ia adalah guru keluarga bagi dinasti Iksvaku. Jadi jika Iksvaku sedang menjalankan sebuah yajna ia sudah seharusnya untuk melaksanakan hal itu sebagai yang pertama, dan jika perlu ia dapat pergi ke planet surga. Jadi itu sebenarnya sebuah kesalahan di pihak Vasistha, sebab ia sedikit serakah dari bayaran yang ia akan dapatkan dari planet surga. Seorang brahmana seharusnya tidak serakah. Dengan melakukan itu, sebuah masalah besar terjadi. Apa masalahnya? Vasistha menjadi begitu marah dan ia mengatakan kepada raja, “ Kau menjadi nirdeha.” Deha berarti “Badan ini” dan nir berarti “tanpa”. Jadi “ kau akan menjadi tanpa badan”. Selama ini sang raja mentolerirnya, tetapi sekarang ia berkata “Apa ini? Aku harus melaksanakan yajnaku tepat waktu, dan kau pergi ke sana karena kau serakah. Sekarang kau sedang mengutukku.” Jadi sang raja menjadi marah kepada Vasistha dan berkata, “Kau juga menjadi nirdeha.” Jadi pada saat yang bersamaan, kedua badan menghilang, dan keduanya menjadi nirdeha. Ketika Vasistha menjadi nirdeha ia pergi ke sana kemari dan kemudian satu kelompok resi yang sedang bermeditasi membawanya dan menempatkannya di dalam sebuah pot untuk waktu yang lama sampai ia mendapatkan badan lainnya. DI dalam pot yang sama roh resi lainnya juga disimpan. Mereka menjadi saudara. Untuk itulah Vasistha dikenal sebagai kumbha-muni, resi yang keluar dari sebuah pot, dan kumbha-muni yang lainnya adalah Agastya. Ia seukuran jempol. Bukan ukuran jempol kita, tetapi jempol para dewa, jadi ia jauh lebih tinggi dari kita. Di Dvapara-yuga orang-orang sepuluh kali lebih tinggi, makan sepuluh kali lebih besar, usia hidup juga sepuluh kali lebih lama, dan di Treta-yuga itu seratus kali.

Jadi sekarang kita hidup seratus tahun, di Dvapara-yuga mereka hidup 1000 tahun, di Treta-yuga 10.000 tahun dan usia hidup di Satya-yuga 100.000 tahun. Jadi itulah mengapa di Satya-yuga prosesnya adalah meditasi, sebab jika anda hidup 100.000 tahun, apa masalahnya menghabiskan 30.000 tahun bermeditasi? Agastya hidup selama semua yuga-yuga. Dia bahkan masih hidup sekarang di wilayah selatan india. Ada sebuah gunung di selatan india yang disebut gunung Kozwalla, dan di gunung Kozwalla ada sebuah gua, dan sastra mengatakan bahwa Agastya masih ada di sana. Resi ini adalah chiran-jiva, berarti sampai pada masa hidup Brahma mereka juga hidup. Jadi Agastya dan Vasistha datang dari pot yang sama. Dengan cara ini Vasistha mendapatkan badannya, dan orang ini yang telah menjadi nirdeha tidak bisa mendapatkan badan disebebkan kutukan resi, tidak ada seorangpun berusaha memberikan sebuah ruangan buatan seperti yang didapatkan Vasistha. Tabung uji ini bukanlah sesuatu yang baru. para resi telah melakukannya berabad-abad. Mereka mengambil sperma dan menempatkannya di dalam sebuah pot, menciptakan suasana buatan dan itu akan tumbuh di dalamnya dan menjadi orang suci. Dua resi ini menjadi bayi tabung uji coba, tetapi orang lainnya tetap menjadi nirdeha dan ia tetap seperti itu untuk waktu yang lama, dan kemudian ia pergi ke planet surga dan dari sana ke dunia rohani. badannya masih ada di sana, jadi semua orang-orang suci di negeri itu akan mengaduk badan itu begitu tidak ada dinasti. Seperti di dalam Srimad-Bhagavatam ada sebuah kisah bagaimana badan dari Vena dikocok dan Prthu Maharaj datang.  Jadi pegadukan ini telah dilakukan, dan pegadukan ini disebut Mithi. Ketika pengadukan tubuh itu anda harus menyimpan telapak kaki dari badan orang itu dan ambil kakinya kemudian aduk itu. Jadi inilah mengapa itu disebut Mithila, dan orang yang telah keluar dari badan itu adalah disebut Mithi Janaka. Ja berarti “lahir” dan janaka berarti “orang yang terlahir melalui pengadukan” Jadi Mithi Janaka berarti “orang yang terlahir dengan pengadukan badan seseorang.” Dan Mithi Janaka ini, ia tidak ingin berada di Ayodhya disebabkan semua martabat yang dimiliki keluarga. Jadi ia meninggalkan Ayodhya dan menciptakan kerajaan yang terpisah, dan kerajaan itu dikenal sebagai Mithila, Karena Mithi Janaka menciptakan kerajaan itu untuk itulah disebut Mithila. Dan semua putranya dikenal dengan nama Janaka. Dia adalah Janaka, kemudian Janaka I, Janaka II, Janaka III dan seterusnya, Janaka memiliki kekayaan yang besar di istananya. Kekayaan ini adalah busur yang telah digunakan oleh Mahadeva, Siva, dalam perang antara dirinya dan Visnu.

Suatu ketika ada sebuah pertempuran antara Siva dan Visnu. Tidak ada penyebab akan hal ini, itu hanya kegembiraan Narada Muni. Dia suatu ketika ada di dalam pertemuan para dewa yang dipimpin Indra, dan Indra memuji Mahadeva. Dia berkata, “Siva memiliki tiga mata, dan api keluar dari mata ketiganya dan semua itu.” Jadi Narada Muni berkata, “Ada begitu banyak Siva, di dalam setiap alam semesta ada sebelas Siva. Tuhanku berbeda. Ia tidak memiliki mata ketiga tetapi Dia mengetahui segalanya.“ Kemudian Indra berkata, “Tidak, tidak, tidak kau tidak tahu. Visnu sudah baik, dia adalah avatara, tetapi Siva orang yang sangat kuat.” “Jika demikian” Narada berkata, “Mengapa tidak kau pergi dan meminta Siva untuk bertempur dengan Visnu? Maka kita akan melihat siapa yang lebih kuat.” Kemudian Indra berpikir, “Itu akan menjadi hal yang baik untuk dilakukan,” jadi ia pergi ke Kailash. Banteng Siva, Nandi bertanya, “Apa yang kau lakukan di Kailash? Tempat ini dimaksudkan untuk orang yang bermeditasi.” Nandi adalah seorang yogi yang agung, dan seorang astrologis juga. Dia melihat Indra dan mengetahui akan ada masalah, jadi ia berkata, “Keluar dari Kailash. Kau adalah penikmat, jadi apa yang kau lakukan di sini?” Indra berkata, “Tidak, tidak aku hanya datang ke sini untuk darshana kepada Siva tanpa motivasi apapun.” Nandi berkata, “Aku adalah seorang astrologis, dan aku dapat melihat di wajahmu bahwa kau telah datang ke sini untuk menciptakan masalah. Jangan memberikan masalah apapun kepada tuanku, ia dengan damai bermeditasi.” Kemudian Indra berkata, “Biarkan saya masuk Nandi.” Jadi ia diizinkan. Ketika ia masuk, Siva sedang dalam meditasi mendalam. Indra datang ke sana dan berdoa kepada Mahadeva begitu banyak, dan akhirnya Siva membuka matanya. “Indra! Mengapa kau ke sini? Tidak ada masalah terjadi. Aku tidak berpikir bahwa kau ke sini untuk memintaku untuk bertarung dengan seseorang.” Indra berkata, “Aku harus katakan bahwa aku hanya mengunjungi Kailash untuk memintamu untuk bertarung dengan seseorang, tetapi kali ini bukanlah seorang raksasa.” “Lalu siapakah dia?” Mahadeva bertanya, “Baik kami memiliki sedikit perdebatan,” Indra berkata. “Diriku dan Narada. Aku berkata bahwa kau adalah yang paling kuat, tetapi Narada berkata bahwa Visnu adalah yang paling kuat.” Siva berkata, “Kau lihat japa-mala yang kupegang ini? apakah kau tahu apa yang aku lakukan dengan ini? Apakah kau tahu apa yang aku ucapkan?” “Aku dengar bahwa kau mengucapkan nama Rama,” Indra menjawab. Siva berkata, “Jadi aku mengucapkan nama Rama. Kemudian kau bertanya siapa yang paling kuat. Jika aku lebih kuat dariNya, maka ia pasti mengucapkan namaku. Tetapi hal itu tidak akan pernah terjadi, aku mengucapkan namaNya.” Indra berkata, “Itu benar, itulah Purana, tetapi aku ingin melihatnya.” Siva berkata, “mengapa kau ingin melihatnya? aku beritahu kau, Dia adalah yang peling kuat dan semua kekuatan berasal dariNya. Aku hanya menghancurkan alam semesta ini, itulah semua kekuatan yang aku punya.” Lalu Indra berkata, “Meskipun kau mengatakan hal ini, aku tidak mempercayainya” “Mengapa kau tidak mempercayainya?” “Karena kau begitu kuat bahwa kau dapat membakar benteng yang sedang terbang di angkasa.” Kemudian Siva berkata, “Aku tahu apa yang kau cari. Kau ingin memiliki suatu pertunjukkan. Jadi kau pergilah ke Visvakarma dan minta kepadanya untuk membuatkan busur kepadaku. Aku seorang babaji, tetapi kau memintaku untuk bertarung. Jadi setidaknya berikan aku senjata.” Jadi Visvakarma menggunakan kekuatan mistiknya dan membuat sebuah busur. Busur ini sangat besar bahwa 300 orang harus membawanya. Sebenarnya itu ada di dalam sebuah kereta. Kereta itu memiliki begitu banyak roda, dan 300 orang harus mendorongnya untuk bergerak satu inci, dan kemudian mereka harus beristirahat untuk setengah jam. Jadi inilah ukuran busur itu. Busur Itu juga tidak bertali, talinya terpisah. Jadi itu dibawa ke hadapan Siva. “Ini adalah sebuah busur yang baik,” Siva berkata dan mengangkatnya. Ketika ia mengangkatnya semua dewa pingsan. Itu adalah sebuah busur yang besar dan Siva mengangkatnya dengan sangat mudah. Kemudian Indra berkata, “Lihat? Aku katakan padamu, ia sangat kuat. Jangan berpikir ia hanya seorang babaji bermeditasi. Ia memiliki begitu banyak kekuatan.” Siva kemudian memasang talinya dan berkata, “Baiklah, aku siap.” Kemudian ia pergi ke Brahma dan bertanya, “Mohon bawa Sri Visnu untuk sebuah pertempuran.” Jadi Brahma pergi ke lautan susu dan bermeditasi. Visnu sedang duduk di sana di Svetadvipa, dan ia berkata kepada Laksmi, “Aku berpikir apa yang menyebabkan Brahma memanggil untuk saat ini?” Laksmi berkata, “Mungkin ada beberapa raksasa di sana.” Bagaimana raksasa dapat datang tanpa sepengetahuanKu? Tidak ada raksasa di sana,” Tuhan berkata. “Maka Kau pasti juga mengetahui mengapa ia memanggil Anda,” Laksmi berkata. “Ya, Aku tahu. Ia ingin memintaKu untuk bertarung melawan Siva.” “Oh”, Laksmi berkata. “Aku ingin melihatnya.” “Maka Aku harus melakukannya,” Tuhan berkata. Kemudian Dia bangun dari tempat dudukNya dan ia datang ke sisi lain dari Lautan susu. Dia berkata, “Baiklah Brahma, Aku siap.” Dan kemudian Indra berkata, “Tetapi ada satu syarat- Anda jangan membawa busur apapun atau apapun dari dunia rohaniMu. Kami akan memberiMu sesuatu dari dunia ini. Kalau tidak Anda akan mengalahkannya dengan mudah, kami tahu itu. Kami ingin pertempuran secara langsung berhadap-hadapan.” Jadi Visvakarma membuat busur lainnya. Busur Siva disebut Mahesh-chappa, dan busur Visnu disebut Visnu-chappa. Keduanya dibuat oleh Visvakarma dan mempunyai kekuatan yang setara. Keduanya persis sama. Keduanya adalah kopian. Jadi Visnu datang dan berkata, “Tidak masalah aku akan membawanya.” Lalu Dia membawa busur itu, dan Dia datang dan mengangkatnya. Ketika Dia mengangkat busur itu, karena Dia memiliki seorang rekan kekalNya disebut Sarnga, yang merupakan busurNya, dan ketika Visnu menyentuh busur apapun Sarnga akan datang ke dalam sana dan busur itu menjadi Sarnga-dhanu. Dia mengambil busur itu dan Sarnga masuk. Tidak ada yang dapat melihat hal ini. Jadi Dia datang dan Siva ada di sana, dan begitu Visnu ada dalam pandangan Mahesh, Siva mempersembahkan sembah sujudnya dan menepuk tangannya, berguling di lantai dalam kebahagiaan yang besar. Indra berkata, “Apa yang terjadi?” Ia berpaling kepada Narada Muni dan berkata, “Pergi dan katakan padanya untuk menghentikan pelayanannya dan bertempur!” Narada Muni pergi kepada Siva dan berkata, “Anda telah lupa bahwa seharusnya ada pertempuran. Anda telah berserah.” Kemudian Mahesa berkata, “Mohon, berikan karunia kapadaku sehingga aku dapat bertarung dengan Anda.” Visnu memberikan karunia kepadanya, “Baiklah. Kau dapat bertarung melawanKu.” Jadi mereka bertempur, bertempur, bertempur dan itu berlangsung untuk waktu yang lama. Akhirnya Siva meletakkan busurnya dan lari dari medan perang, dan segala jenis astra keluar dari Sarnga, dan Siva lari menjauh. Dia berlari, dan ia berteriak kepada Indra, “Aku katakan padamu! aku katakan padamu! sekarang aku dalam masalah!” Tentu saja Visnu tidak marah, Dia hanya tersenyum. Tetapi kemudian semua dewa berdoa kepada Visnu, “Mohon hentikan peperangan. Kami membutuhkan Siva.” Jadi perang itu telah selesai, dan Siva telah terselamatkan. Visnu mengambil busurNya dan memberikan kepada seorang resi bernama Rcika. Rcika memberikan busur itu kepada Jamadagni, resi agung lainnya. Jamadagni adalah ayah dari Parasurama, jadi busur Visnu itu akhirnya datang kepada Parasurama. Parasurama sedang memegang busur ini. Tentu, dia tidak membutuhkan ini, sebab ia memiliki kampaknya yang mana kemudian ia gunakan untuk membunuh ksatriya dua puluh satu kali. Dan busur milik Siva diberikan kepada salah satu Janaka. Bukan Janaka yang asli yang berasal dari pengadukan.

Tujuh generasi setelahnya ada satu Janaka yang disebut Devarata Janaka. Dia sangat menarik para Deva jadi dia dikenal sebagai Devarata. Devarata mendapatkan busur Siva dan ia menyimpannya di istana sebagai objek pemujaan. Dengan cara ini itu turun temurun di dalam keluarga dan Janaka ini yang mana kita berurusan dengannya juga memuja busur ini. Dia tidak memiliki seorang anak pun, jadi mereka menyarankan padanya untuk melaksanakan ahola-yajna. Kau ambil bajak dan gambar garis di sekeliling istana. Ketika anda memindahkan bajak itu, itu akan tersangkut di lumpur, dan setiap kali ia tersangkut anda harus menyumbangkan emas kepada pendeta. Dan setiap pergerakan yang kau lakukan itu akan tersangkut, jadi anda harus memberikan emas. Ketika semua Brahmana merasa puas, anda pindahkan lagi dan ketika itu tersangkut anda harus memberikan emas lagi. Dengan cara ini anda memberikan banyak sumbangan dan anda mendapatkan banyak karunia sehingga anda akan mendapatkan anak. Jadi Janaka melakukan hal itu, menggerakan bajak dan memberikan emas. Di satu tempat itu tersangkut, dan setelah memberikan emas, masih saja bajak itu tidak mau bergerak. “Pasti ada batu besar di sana,” semua orang berkata, jadi mereka menggali dan menemukan sebuah kotak. Dan di dalam kotak ada seorang bayi, seorang bayi wanita, dan ia terlihat sama seperti Laksmi. Dia dikenal sebagai Janaki, putri Janaka, dan ia tumbuh di istana. Dia berumur enam tahun. Janaka memiliki saudara, dan ia memiliki tiga orang putri. Jadi empat putri ini berlari di sekitar dan bermain di istana. Suatu ketika mereka membuat tongkat dengan pengait untuk mengambil bunga dari pohon. Jadi Janaki berusaha untuk mendapatkannya, tetapi entah bagaimana ada sebuah pohon mistis di sana, dan kapan pun  ia berusaha mencapainya, pohon itu tumbuh. Seseorang ada di dalam pohon itu. Jadi Janaki tidak bisa mendapatkannya dan dia satu-satunya putri di dalam dinasti, jadi ia menjadi sangat frustasi. “Aku ingin mendapatkannya, dan aku tahu apa yang akan aku gunakan untuk mendapatkannya.” Dia berlari ke ruangan puja (sembahyang), dan di dalamnya ada busur ini di dalam kotak. Dia membuka kotak itu dan mengambil busur itu di tangannya, kemudian ia berjalan keluar dengan busur itu. Ketika prajurit melihatnya mereka jatuh pingsan. Tiga ratus orang yang telah mendorong kereta, dan gadis kecil ini sedang memegang busur . Siapapun yang masih tersadar berlari kepada Janaka dan berkata, “Apakah kau tahu apa yang terjadi? Putri kecilmu memegang busur dewa Siva!” “Kirim orang ini ke dokter” Janaka berkata. “Ada yang salah dengan kepalanya.” lalu wanita lain datang dan berkata, “Ya, Ya, itu benar! Dan jika anda ingin melihat datang cepatlah.” “Ada apa dengan orang-orang ini?” Janaka berkata. Kemudian ia memanggil dokternya. “Kirim 1000 lemon ke istana. Dan letakkan paling sedikit 500 lemon di kepala orang-orang ini, untuk menenangkannya.” Dan kemudian menteri Janaka datang berlari dan berkata, “tidak, itu bukanlah candaan. Aku baru saja melihatnya sendiri.” Kali ini Janaka berkata, “Itu pasti benar, “ jadi ia datang berlari, dan hal terakhir yang ia lihat adalah Janaki mengangkat busur ke dalam kotak. Kemudian ia datang kehadapan Janaka seperti ia tidak melakukan apa-apa. Ketika ditanya oleh Janaka, ia dengan polosnya berkata bahwa ia tidak melakukan sesuatu yang luar biasa. Tetapi Janaka telah melihat hal itu terjadi, dan ia pergi kepada menterinya dan berkata, “putriku pasti dihantui oleh beberapa hantu raksasa-brahmana besar, lebih kuat dari dewa Siva. Kalau tidak demikian, tidak mungkin ia mampu untuk mengangkatnya?” Kemudian para menteri berpikir tentang hal itu dan berkata, “Janaka, kami pikir putri anda adalah Maha-Laksmi. Dari semua ciri-ciri bentuk tubuhnya, kami dapat mengerti dia tidak lain adalah Laksmi Sendiri. Dan jika ia adalah Laksmi, dan secara alami tuannya adalah Narayana. Sekarang masalah anda adalah, bagaimana kau akan mendapatkan Narayana untuk menikahinya? Tidak ada Narayana di sini.” Kemudian Janaka bangun dengan sebuah ide. Dia berkata, “Siapapun yang dapat mengangkat busur ini dan memasang talinya akan menikahi putriku.” Semua menteri tertawa. Mereka berkata, “Dengan cara ini putri anda akan tetap tidak menikah. Karena Siapa di bumi ini yang memiliki kekuatan untuk melakukan hal ini?” Janaka berkata, “Narayana biasanya tahu bahwa Laksmi ada di sini. Dia tidak akan membiarkanya dalam keadaan tidak menikah. Laksmi juga tidak bermaksud untuk mengambil sannyasa wanita atau apapun itu. Tidak. Narayana pasti dan harus datang ke sini.” Jadi setiap orang tersentak. Mereka berkata, “Apa yang dilakukan orang ini? Ini sama saja dengan berkata, ‘tidak ada seorang pun dapat menikahi putriku’”. Bagaimanapun juga, hal ini berlangsung, dan yajna sedang dilaksanakan. Ciri-ciri khusus dari yajna ini adalah mereka akan membawa busur dan meletakkannya sebagai darshana, dan raja ksatriya dapat mencobanya.

Jadi Visvamitra mengetahui hal ini, dan ia memberitahukan kepada Rama dan Laksmana, “Ini adalah busur yang digunakan oleh dewa Siva, dan jika Kau ingin melihatnya, aku akan membawaMu ke sana.” “Kami harus melihatnya,” mereka berkata. Rama dan Laksmana datang ke sana, semua ksatriya datang, mereka melihat busur itu dan Janaka memberitahukan Visvamitra, “Anda harus memanggil murid anda yang muda untuk datang dan melihat ini.” Jadi Ramacandra datang dan melihatnya, dan Laksmana berkata, “Cobalah.” Janaka mengumumkan, “Jika siapapun ingin berusaha mengangkat dan memasangkan tali pada busur ini dan mendapatkan putriku, maka silahkan datang.” Jadi satu atau dua orang ksatriya yang sangat sombong datang. Yang satu tidak dapat mengangkatnya, dan yang satunya lagi tangannya terjepit di antara lantai dan busur, dan dia harus ditarik keluar. Saat itu seluruh pertemuan menjadi gelap dan bumi berguncang. Mereka mendengar seseorang tertawa dengan keras. Kemudian Janaka memegang tangan Visvamitra dan berkata, “Katakan padaku sekarang apa yang terjadi.” Visvamitra berkata, “Ini pasti seorang raksasa. Sebentar lagi ia akan masuk.” Tiga menit kemudian ada kilatan cahaya, dan di antara cahaya datang Trilokeshvara, Ravana. Dia telah merencanakan bahwa sebelum ia datang, dua raksasa lainnya akan mendahului dirinya dan mengumumkan, “Trilokeshvara Ravana datang.” Setiap orang ketakutan, “apa yang dilakukan raksasa ini lakukan di pertemuan kita?” Kemudian Ravana muncul. “Apa svayamvara ini? kalian semua orang-orang lemah. Kalian bahkan tidak dapat mengangkat busur ini! Kalian harus tahu siapa saya. Aku Ravana, dan aku telah mengangkat Kailash dengan dewa Siva ada di dalamnya. Ini hanyalah sebuah busur. Ini busur dewa Siva, dan dewa Siva, seluruh keluarganya, semua pasukan hantunya dan setan dan seluruh gunung kailashdiangkat olehku, dan aku terbang ke Lanka. Inilah kekuatanku.” Semua orang berpikir, “Dia dapat dengan mudah mengangkat busur ini” Jadi Ravana datang, dan ia menempatkan kedua tangannya di setiap sisinya, dan ia mengangkat busur itu. Semua orang terkagum-kagum. “Ah! Dia telah mengangkat busur itu!.” Kemudian dewa Siva di Kailash berpikir, “Apa yang terjadi?” Aku tidak meninggalkan busur itu untuknya. Aku meninggalkannya untuk Rama.” Kemudian dewa Siva masuk ke dalam busur dan menekan ke bawah. Ravana terjepit. Hal itu juga terjadi ketika ketika ia mengangkat gunung Kailash, ketika ia menurunkannya ia terjepit. Sekarang ia juga terjepit. Dia menangis dan memohon, dan akhirnya dewa Siva melepaskannya, dan ia dapat melepaskan tangannya. Kemudian Rama datang, tetapi ia tidak menggunakan dua tangan, hanya satu tangan. Dia meletakkan kakinya di sisi satunya lagi dan ia mengambil talinya. Dan ia menariknya, busur itu patah menjadi dua bagian. Setiap orang bertepuk tangan, dan bunga-bunga berjatuhan dari surga. Kemudian Ramachandra menikahi Sita, dan ketiga gadis lainnya menikah dengan, Bharata, Satrughna dan Laksmana. Dan mereka kembali ke Ayohdya.

Pada perjalanan pulang kembali langit menjadi gelap dan bumi berguncang, dan semua burung berhenti bernyanyi. Dasaratha bertanya kepada Visvamitra, “Apakah Ravana datang lagi?” “ Tidak, ini adalah Parasurama,” Visvamitra berkata. “Dia masih sejauh seratus mil, itulah mengapa ini bergetar. Dia marah.” Dasartha berkata, “Apa yang akan kau lakukan? Apakah kau akan melakukan sesuatu untuk melindungi kami?” Dan ia bertanya kepada Vasistha juga. Mereka menjawab, “Dalam hal ini kami punya satu pendapat. Biasanya kami punya dua pendapat, tetapi sekarang kami hanya punya satu pendapat. Kami akan berbaring dan menutup mata kami karena Parasurama sedang datang.” Jadi mereka berbaring dan menutup mata mereka, dan Parasurama datang mendekat semakin dekat dan semakin dekat, dan kemudian ia melakukan umkaranya. Setiap ia melangkah ia melakukan, “Oom!Oom!” Dan oleh suara ini semua tentara Dasaratha pingsan, dan gajah-gajah berteriak. Dengan keterikatannya kepada Rama, Dasaratha tidak pingsan, karena ia ingin menjaga Rama. Akhirnya ketika Parasurama datang, hanya dua orang yang sadar, orang-orang dengan kesadaran tertinggi, Rama dan Laksmana. Bahkan Bharata dan Satrughna ada di tanah. Rama melihat kepada Laksmana dan berkata, “Kau telah merencanakan sesuatu?” Kemudian Parasurama datang dan berkata, “Siapa Rama ini?” Ramachandra berkata, “Itu adalah engkau. Kaulah satu-satunya Rama, Kau adalah Parasurama. Siapa lagi Rama?” Parasurama berkata, “beberapa anak kecil dari dinasti Iksvaku, betapa lancangnya ia telah mematahkan busur dewa Siva? Aku telah mengendalikan ksatriya begitu banyak. Aku telah menghabisi mereka semua. Dan sekarang orang lain telah datang. Dia harus tahu bahwa aku masih di sini.” Ramacandra berkata, “Tidak, tidak, Apa masalahnya? Aku tidak mematahkannya, tetapi busurnya lemah bahwa aku hanya mengangkatnya saja dan itu patah menjadi dua.” Parasurama berkata, :MaksudMu bahwa Kau begitu kuat dan busur dewa Siva lemah? Jadi para ksatriya menjadi kuat lagi, dan aku tidak akan meninggalkannya seperti itu. Jika kau berpikir kau begitu kuat, maka mengapa kau hina dewa Siva? Kau tidak berpikir bahwa kau telah melakukan suatu kesalahan (Aparadha)? Dia adalah Mahesha yang agung dan kau mematahkan busurnya! Dan bagaimana Janaka ini melakukan Svayamvara seperti ini, bahwa seseorang harus memasang tali pada busur Siva? Jadi ia juga adalah seorang penipu. Sekarang lagi aku akan mulai dan aku akan menghabisi kalian semua. Menghabisi Dasaratha, menghabisi Janaka, menghabisi setiap orang.” Kemudian Ramacandra berkata, “Ya, banyak orang seharusnya dihabisi, tetapi itu seharusnya dilakukan olehKu.” Parasurama berkata, “Sekarang Kau bersaing denganku?” Dia mengambil kampaknya dan berkata, “Kau lihatlah ini.” Rama dan Laksmana memberikan sembah sujud. “Mengapa kau memberikan namaskara kepada kampakku?” Parasurama bertanya. Mereka menjawab “karena kampak itu telah membunuh semua ksatriya jahat. Itu adalah senjata terkenal. Itu adalah senjata Visnu, dan kami ada di dalam dinasti Surya jadi kami harus memberikan sembah sujud kami.” Jadi Parasurama menjadi kebingungan. Pada satu pengertian mereka memerintahkan, dan kemudian mereka memberi sembah sujud. “Ada sesuatu di sini yang tidak dapat aku ungkap,” Parasurama berkata. “Jadi aku akan memberikan mereka ujian." Kemudian ia memanggil mereka. "jika Kau begitu berani dan begitu kuat, aku akan memberikan Kau busur Visnu. Coba kita lihat apakah Kau dapat memasangkan tali padanya.” Ramacandra berkata, “Apapun yang kau berikan, Aku akan menerimanya, dan apapun yang kau katakan Aku akan lakukan atas karuniamu.”

Lalu Parasurama menutup matanya dan mengangkat tangannya. Dia sedang mengundang Sarnga-dhanu, busur asli dari Visnu. Dia memanggil dan memanggil, tetapi busur itu tidak datang. Kemudian ia membuka matanya, dan ia melihat bahwa Rama sudah memegangnya, dan busur itu sudah dipasang tali. Kemudian ia berkata, “Kau adalah sumber semua kekuatan. sekarang aku mengerti bahwa itu adalah Kau bukan aku. Kaulah Rama, aku bukan Rama. Jadi aku tidak ada kekhawatiran, dan aku hanya akan melakukan meditasi. Itulah yang sedang aku lakukan, tetapi Narada datang padaku dan berkata, apa yang kau lakukan Parasurama? Para ksatriya sudah menjadi kuat lagi. Dan dia memberitahukanku bahwa beberapa raja, dia tidak mengatakan siapa, dia hanya mengatakan bahwa beberapa raja memiliki seorang putra, dan putra ini telah mematahkan busur Siva. Dia tidak pernah mengatakan bahwa itu adalah Kau.” Kemudian Parasurama mempersembahkan sembah sujudnya, dan Ramacandra berkata, “Sekarang apa yang harus Aku lakukan? aku telah memasang busurnya, aku telah menempatkan panah padanya. Aku membutuhkan sasaran. Aku adalah Rama. PanahKu dan kata-kataKu tidak pernah salah. Panah ini harus memiliki sasaran. Jadi di mana harus Aku tujukan? Katakan padaKu. (sayangnya cerita terpotong).

Sabtu, 18 Juni 2011

JAGANATHA DAN PENYEMBAH AGUNGNYA, DASIA BAURI


Dasia Bauri adalah penyembah agung dari Tuhan Jagannath pada abad ke-15 Masehi. Kata Dasia berarti hamba dan Bauri berarti kasta rendah. Dasia Bauri tinggal di sebuah desa kecil bernama Baligaon, yang terletak dekat Puri di Orissa. Dari lahir, ia terikat dengan Tuhan Jagannatha dari hatinya, pikiran dan jiwa, dan dalam usia muda ia selalu menulis lagu dan kisah rohani tentang Tuhan Jagannatha. Dia berasal dari keluarga penenun dan tinggal bersama istrinya yang bernama Malati, yang melayani dengan jujur dan selalu memberikan dukungan untuk suaminya dan tinggal di pondok mungil pada sepetak tanah. Untuk hidup, ia bertenun tradisional, mereka hidup dalam kemiskinan.

Setiap hari di desa tersebut memiliki tradisi membaca teks Bhagavatam dan dijelaskan dalam wacana. Penduduk desa berkumpul untuk acara ini. Tapi didalam acara ini, kasta yang paling rendah tidak boleh ikut di dalam ruangan, dan Dasia Bauri adalah salah satunya. Sementara karena ia tidak diperbolehkan di dalam, dia akan mendengarkan dari kejauhan dengan setia. Pancha Sakha atau lima sahabat adalah penyembah dari Tuhan Jagannath sangat terkenal pada saat itu. Dari mereka, Dasia Bauri menerima Jagannath Dash sebagai guru spiritualnya.

Suatu hari, beberapa penduduk desa pergi ke temple Jagannath Puri, Dasia tidak pantas untuk menemui Beliau sehingga ia menawarkan mereka kelapa untuk dipersembahkan kepada Lord Jagannath atas namanya. Dia bersikeras bahwa mereka harus mempersembahkan di Stamba Aruna (pilar besi monolitik yang berdiri di pintu masuk tetapi di luar temple Puri) itu sendiri dan sampai Tuhan Sendiri menerima persembahan itu, mereka seharusnya tidak meninggalkan persembahan itu...

Teman-temannya merasa lucu mendengarkan bahwa Tuhan Jagannath Sendiri akan menerima kelapa tersebut di pintu masuk temple Puri, namun mereka mencoba memberikannya. Dan lihatlah! Hal itu terjadi persis seperti Dasia inginkan! Mereka terpesona oleh keajaiban tersebut. Ketika mereka pulang Dasia menjadi tokoh yang dipuja dan dihormati.

Suatu hari, Dasia pergi untuk menyaksikan Festival kereta yang sekali saja bagi yang hina seperti dirinya dapat menyaksikan arca Jagannatha. Ketika ia melihat yang dicintainya, ia begitu kebahagiaan rohani sehingga ia tidak bisa lagi mengendalikan diri. Dia bertindak dalam kebahagiaan penuh, menyanyikan kemuliaan-Nya, dan berguling-guling dalam debu! Saat itu susah sekali buat teman-temannya untuk membawa dia kembali ke rumahnya.

Setelah kejadian itu, tidak ada yang berubah. Dia melihat Tuhan Jagannatha berwujud di mana-mana. Setelah istrinya melayani sepiring nasi dan masukkan lentil hijau di dua mangkok. Ketika Dasia duduk untuk sarapan, dia tidak bisa melepaskan pandangannya dalam kegembiraan sama sekali. Baginya dua tempat mangkok tsb seperti mata besar Tuhan Jagannath sendiri. Dia menari seperti orang lupa diri dan sampai dua mangkok itu di pindahkan dia belum tenang.

Segera tersebar berita tentang pengabdianya ini dan bahkan penduduk dari desa-desa tetangga datang untuk melihat penyembah tersebut. Banyak insiden terjadi. Suatu hari, istrinya Malati tidak bisa berangkat ke Puri, ia ingin suaminya menceritakan bagaimana bentuk Tuhan Jagannathi ketika dihias pada kereta kayu tersebut. Dasia membawanya ke kolam Gothagadia di belakang gubuk mereka dan memintanya untuk melihatnya ke perairan dalam. Ada tiga bayangan yang menyilaukan duduk di kereta. Di kolam itu tidak ada yang mandi, mencuci pakaian atau peralatan di dalamnya. Tidak tercemar. Tidak ada yang menangkap ikan juga. Pada suatu hari seorang penduduk desa mencoba untuk melakukannya dan ketika ia mencoba memasak, kuali itu penuh dengan darah. Tidak ada yang berusaha menyentuh air suci sejak saat itu. Hal ini diyakini bahwa ada ular kobra hitam beracun yang ada di dalam air tersebut.

Suatu ketika, Panca Sankha datang untuk mengunjungi Dasia dan mendengar bahwa ia bisa menunjukkan istrinya bentuk Tuhan Jagannath di dalam air. Mereka juga ingin melihat bentuk arca tersebut. Dasia memenuhi dan ada bentuk Tuhan lengkap dengan empat lengan.

Pada suatu hari, keluarga yang taat ini tidak mempunyai makanan di malam hari. Tuhan Jagannath muncul di pintu, menyamar dan meminta makanan. Malati tidak bisa menemukan sesuatu untuk memberi makanan kepada orang lapar dan hanya mendapatkan sedikit sisa makanan. Dia memberikannya, lalu tamunya mengatakan merasa sudah kenyang dan menghilang. Malam itu, raja Puri, yang adalah pelayan pertama Tuhan Jagannath, bermimpi Dasia Bauri tidak punya apa-apa untuk dimakan. Raja mengatur agar makanan dikirim setiap hari ke rumahnya. Bahkan setelah bhoga yang dipersembahkan kepada tiga kepribadian di kuil Puri, yang pertama diberikan adalah kepada Dasia Bauri. tradisi itu tetap hidup untuk waktu yang lama.

Setiap tahun Dasia Bauri akan mengirim sekeranjang penuh mangga matang untuk Tuhan Jagannath dan panda (pendeta) itu akan menemukan kernel di atas altar sebagai bentuk bahwa Beliau memang mengambil dan memakan buah-buahan tersebut. Namaste...

Sumber: Catatan facebook Svarupa Siddhi pada 15 Juni 2010

Rabu, 15 Juni 2011

KEHIDUPAN: PARTIKEL SPIRITUAL (SPIRITON)


Berdasarkan Vedanta, ilmu pengetahuan spiritual kuno dari India, seluruh makhluk hidup digerakkan dengan hadirnya partikel non-kimia atau non-molekuler yang merupakan partikel spiritual dasar yang disebut—”spiriton” (disebut atman dalam istilah Vedanta; istilah ‘spiriton’ dipilih oleh penulis). Vedanta menyebutkan bahwa ‘spiriton’ atau partikel spiritual mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a).Dia adalah energi spiritual yang berbeda dengan energi material Tuhan. b). Dia adalah partikel transendental dan berbeda dari materi secara ontologikal. c). Hanya melalui interaksi antara spiriton dan elemen material maka badan material terlihat aktif dan hidup. d). Sifat dasarnya adalah: (i) Kesadaran (ii) Kehendak bebas (iii) Niat (iv) Tujuan. e). Dia berada di luar persepsi indria-indria biasa tapi dapat dibuktikan. Kesadaran adalah gejala kehidupan yang paling bisa dilihat, sebagai bukti adanya spiriton. Sedangkan, materi bagaimanapun kompleksnya tidak akan mempunyai kesadaran. f). Keberadaannya kekal dan tidak dapat diciptakan atau dihancurkan. g). Dia memiliki keinginan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. h). Dia memiliki keinginan untuk bahagia. i). Dia memiliki daya tarik bukan hanya terhadap makhluk individu tapi juga kepada materi. Kekuatan atau daya tarik antara ibu dan bayinya disebabkan oleh interaksi antar spiriton. Namun, bila bayinya meninggal, kekuatan daya tariknya akan hilang karena spiriton tidak lagi berada dalam tubuh anak itu. Lebih jauh, ketika seseorang meninggal, dia dapat mengalami gejala lepasnya “spiriton” melalui mata, mulut, dubur, atau melalui lubang kulit kepala, bersamaan dengan udara kehidupan.

Di dalam Vedanta, terdapat dua aspek realitas—alam spiritual dan alam material. Harus dicatat bahwa aktivitas makhluk hidup bukan hanya aktivitas fisik. Banyak ilmuwan menghadapi kesulitan besar dalam menjelaskan tingkah laku manusia hanya melalui segi mekanik atau duniawi dan secara intuitif merasakan keterbatasan seperti ini. James Watson, penemu bentuk rantai ganda struktur DNA, mengatakan, “Masih merupakan masalah utama untuk dipecahkan tentang bagaimana informasi disimpan dan didapatkan kembali lalu digunakan di dalam otak. Ini adalah masalah yang lebih besar daripada DNA, dan masalah yang lebih sulit … Anda dapat menemukan gen yang mengatur tingkah laku, tapi hal itu tidak bisa memberi tahu anda bagaimana otak bekerja … kita masih tidak tahu bagaimana otak bekerja …” Baru-baru ini, Stephen Hawking juga mengungkapkan dalam kuliahnya, “Sebagaimana Dirac ungkapkan, persamaan cahaya Maxwell dan persamaan gelombang relativitas … mempengaruhi sebagian besar ilmu fisika, kimia dan biologi. Jadi pada prinsipnya, kita seharusnya mampu memprediksi tingkah laku manusia, namun saya tidak dapat mengatakan bahwa saya sudah berhasil. Masalahnya, dalam otak manusia ada terlalu banyak partikel, sehigga sulit bagi kita untuk dapat memecahkan persamaan tersebut.” Berdasarkan Vedanta, otak dari makhluk hidup yang sudah berkembang adalah organ mesin tubuh yang penting dimana gejala-gejala kesadaran ditransmisikan. Energi kesadaran ditransmisikan dari jiwa spiritual atau ‘spiriton’.

Dalam buku biologi, kehidupan atau makhluk hidup secara umum didefinisikan sebagai yang memiliki potensi untuk tumbuh, berkembang-biak, bergerak, merespon rangsangan seperti sinar, panas dan suara dan ditopang oleh nutrisi, pernafasan dan ekskresi. Tapi apakah yang membuat sistem hidup ini tumbuh? Secara biologis, kita menjelaskan bahwa pertumbuhan disebabkan oleh penggandaan sel melalui berbagai jenis pembelahan sel seperti mitosis dan meiosis. Tapi apa yang membuat sel membelah diri pada tahap awal? Mengapa sebuah sel telur yang telah dibuahi (setelah sel sperma bersatu dengan sel telur) mengalami pembelahan yang membentuk seluruh organ tubuh? Vedanta menjelaskan bahwa dengan adanya ‘spiriton’, tubuh itu digerakkan dan diaktifkan serta mengalami enam jenis transformasi. Dilahirkan, hidup untuk beberapa saat, tumbuh, melahirkan beberapa keturunan, kemudian menua, lalu pada akhirnya hilang dan terlupakan. Itu seperti analogi sebuah mobil dan pengendara. Ketika pengendaranya pergi, mobil tidak dapat bergerak. Demikian pula, ketika sang roh (spiriton) pergi, atau yang biasa disebut kematian, tubuh tidak bisa digerakkan lagi walaupun nyatanya semua mesin molekuler yang membangun tubuh itu masih tetap utuh.

Srimad Bhagavad-gita (7.4-5) menyebutkan tentang perbedaan ‘spiriton’ dengan materi sebagai berikut: bhumir apo nalo vayuh kham mano bhuddir eva ca ahankara itiyam me bhinna prakrtir astadha apareyam itas tv anyam prakrtim viddhi me param jiva-bhutam maha-baho yayedam dharyate jagat Terjemahan: “Tanah, air, api, udara, angkasa, pikiran, kecerdasan dan keakuan yang palsu—secara keseluruhan delapan unsur ini merupakan tenaga material yang terpisah dari Diri-Ku. Wahai Arjuna, disamping tenaga tersebut, ada pula tenaga-Ku yang lain yang bersifat lebih tinggi, terdiri dari para makhluk hidup (spiriton) yang memanfaatkan sumber daya alam material yang lebih rendah tersebut.” Berdasarkan Vedanta, pengetahuan tentang jiwa atau spiriton (atman) adalah hakikat utama spiritualitas. Bhagavad gita(9.2) menyatakan pengetahuan itu sebagai—raja-vidya raja guhyam pavitram idam uttamam pratyaksavagamam dharmyam su-sukham kartum avyayam yang berarti, ”Pengetahuan ini adalah raja pendidikan, yang paling rahasia dari segala rahasia. Inilah pengetahuan paling murni, pengetahuan ini adalah kesempurnaan dharma, karena memungkinkan seseorang melihat sang diri secara langsung melalui keinsafan. Pengetahuan ini kekal dan dilaksanakan dengan kebahagiaan (BG. 9.2).” Berdasarkan Vedanta, tujuan akhir kehidupan manusia adalah untuk menemukan identitas spiritual yang sejati dan hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa. Dr T.D Singh kehidupan dan evolusi spiritual.

Sumber:  www.bvinstitute.org

Selasa, 14 Juni 2011

MENGAPA ARJUNA YANG MENERIMA AJARAN BHAGAVAD-GITA?


Bhagavad-gītā Sloka 4.3

sa evāyam mayā te 'dya
yogah proktah purātanah
bhakto 'si me sakhā ceti
rahasyam hy etad uttamam

" Ilmu pengetahuan yang abadi tersebut mengenai hubungan dengan Yang Mahakuasa hari ini Kusampaikan kepadamu, sebab engkau adalah penyembah dan kawan-Ku; karena itulah engkau dapat mengerti rahasia rohani ilmu pengetahuan ini."
 
Penjelasan Srila Prabhupada: Ada dua golongan manusia; yaitu, penyembah dan orang jahat. Krishna memilih Arjuna untuk menerima ilmu pengetahuan yang mulia ini karena Arjuna adalah penyembah Tuhan, tetapi orang jahat tidak mungkin mengerti ilmu pengetahuan yang gaib dan mulia ini. Ada banyak edisi buku ilmu pengetahuan yang mulia ini. Beberapa di antara edisi-edisi tersebut berisi ulasan oleh para penyembah dan beberapa di antaranya berisi ulasan orang jahat. Ulasan para penyembah adalah sejati, sedangkan ulasan orang jahat tidak berguna. Arjuna mengakui Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, dan ulasan Bhagavad-gita manapun yang mengikuti langkah-langkah Arjuna adalah bhakti yang sejati demi kepentingan ilmu pengetahuan yang mulia ini. Akan tetapi, orang jahat tidak mengakui Sri Krishna menurut kedudukan Beliau yang sebenarnya; melainkan mereka menafsirkan seuatu tentang Krishna dan menyesatkan pembaca umum dari jalan ajaran Krishna. Inilah peringatan tentang jalan-jalan yang menyesatkan seperti itu. Hendaknya orang harus mengikuti garis dan berusaha untuk mengikuti perguruan dari Arjuna, dan dengan demikian ia akan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan Srimad Bhagavad-gita yang mulia ini.

Minggu, 12 Juni 2011

BULETIN JUNI 2011: GURU SPIRITUAL

“Kita hanya mengetahui semua yang ada, dari pengalaman-pengalaman di dunia material ini, sedangkan di luar itu kita tidak tahu. Sadhu guru vaisnava berasal dari dunia rohani, karena itulah kita mencari informasi darinya.”
(Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura)

MENDEKATI SEORANG GURU
tad viddhi pranipātena
paripraśnena sevayā
upadeksyanti te jñānam
jñāninas tattva-darśinah

“Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru spiritual. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.” (Bhagavad-gita 4.34)
    Jalan keinsafan diri tentu saja sulit. Karena itu, Krishna menasehati kita agar kita mendekati seorang guru spiritual yang dapat dipercaya dalam garis perguruan dari Tuhan Sendiri. Tidak seorang pun dapat menjadi guru spiritual yang dapat dipercaya tanpa mengikuti prinsip garis perguruan rohani tersebut. Krishna adalah guru spiritual yang asli, dan orang yang termasuk garis perguruan dapat menyampaikan amanat Krishna menurut aslinya kepada muridnya. Tidak ada orang yang menjadi insaf secara rohani dengan membuat proses sendiri.
    Seseorang juga tidak dapat maju dalam kehidupan rohani dengan cara mempelajari buku-buku pengetahuan sendirian. Orang harus mendekati seorang guru spiritual yang dapat dipercaya untuk menerima pengetahuan. Seorang guru spiritual seperti itu harus diterima dengan penyerahan diri sepenuhnya, dan sebaiknya orang mengabdikan diri kepada sang guru spiritual seperti hamba yang rendah, bebas dari kemasyhuran yang palsu. Memuaskan sang guru spiritual yang sudah insaf akan dirinya adalah rahasia kemajuan dalam kehidupan rohani.

BAGAIMANA MENEMUKAN GURU?


    Tuhan Yang Maha Esa bertindak sebagai guru dalam dua cara: Sebagai caitya-guru dari dalam hati, dan dari luar sebagai mahanta-guru, atau penyembah murni. Jika kita tulus, maka Tuhan akan mengungkap mahanta-guru kepada kita. Kita dapat pergi kepada beribu-ribu orang dengan permohonan di tangan kita, tetapi sampai sosok itu dapat menyetujui permohonan kita, kita tidak dapat ke mana-mana. Tuhan Yang Maha Esa adalah sosok itu. Mengapa Dia menerima atau tidak menerima permohonan kita adalah sesuatu yang tidak dapat kita mengerti. Dia bukanlah buruh lapangan yang bekerja di taman pribadi kita. Kita harus sabar dan menunggu. Sementara itu kita harus mempersiapkan diri kita dengan mengembangkan sikap pelayanan dan berusaha keras untuk menghilangkan keinginan yang macam-macam. Jika kita berdoa dengan tulus hati untuk karunia Tuhan, maka Dia dengan senang akan memberikan kita karunia. Melalui karunianya kita akan menemukan seorang guru spiritual yang bonafid.
    Jalan keberuntungan dimulai dengan mengambil perlindungan seorang guru spiritual yang bonafid. Sesuai dengan rencana Tuhan, setiap orang di bumi ini menemukan seorang guru yang sesuai dengan kebutuhan khusus dan kualifikasinya masing-masing. Demikian, Umat Kristen, mereka memiliki Yesus dan umat Muslim, mereka memiliki muhammad. Dan beberapa orang lain yang kurang beruntung berpikir bahwa orang-orang materialistis dengan tradisi formal yang terikat dengan keluarga adalah guru mereka, sebagai hasilnya mereka menjadi terlibat dalam kehidupan keluarga mereka sendiri. Jika kita beruntung, jika kita benar-benar mencari seorang guru yang sejati dengan ketulusan sepenuhnya dan ketekunan, dan jika kita berdoa dengan penuh perasaan kepada Tuhan untuk dapat bertemu dengan guru spiritual yang sejati, maka Tuhan pasti akan menuntun kita dalam kehidupan saat ini kepada seorang guru spiritual yang sejati dengan berlindung kepadanya kita mampu mencapai karunia tertinggi.

SIAPAKAH GURU SPIRITUAL?

    Guru berarti berat. Dengan berlindung pada kaki padma guru spiritual makhluk hidup yang remeh ini akan terbebas dari segala jenis melapetaka. Untuk itulah Krishna menyarankan perlindungan guru spiritual.
    Kata ‘gu’ berarti kegelapan dan kata ‘ru’ berarti, yang menghilangkan kegelapan. Lupa akan identitasnya sendiri, sejak waktu yang tidak diingat lagi, makhluk hidup berkelana di wilayah gelap energi mengkhayalkan – Maya. Oleh karena keterikatan khayalan yang didasari kebodohan, mereka menerima benda-benda material yang sementara dan tidak nyata dengan perasaan yang salah sebagai “aku” dan “milikku” menganggap diri mereka sebagai pemiliknya. Untuk menghilangkan keterikatan khayalan ini, seseorang harus berlindung pada guru spiritual, maka kita akan mendapatkan kebahagian transendental tertinggi. Tetapi siapakah guru spiritual? Srimad-Bhagavatam menyatakan:

sa vai priyatamaś cātmā
yato na bhayam anv api
iti veda sa vai vidvān
yo vidvān sa gurur harih

“Orang yang tekun dalam bhakti tidak merasa takut sedikit pun dalam menghadapi kehidupan material. Ini karena Personalitas Tuhan Yang Maha Esa adalah Roh Yang Utama dan kawan bagi semua orang. Orang yang mengetahui rahasia ini adalah orang yang benar-benar berpendidikan, dan orang yang telah berpendidikan seperti itu dapat menjadi guru spiritual bagi dunia. Seseorang yang merupakan guru spiritual yang benar-benar bonafid, wakil Krishna, tidaklah berbeda dengan Krishna.” (Srimad-Bhagavatam 4.29.51).
    Di dalam percakapan antara Sri Caitanya Mahaprabhu dan Ramananda Raya, Sri Caitanya mengatakan:

kibā vipra,kibā nyāsī,śūdra kene naya
yei krsna-tattva-vettā, sei 'guru' haya

“Apakah seseorang adalah brahmana, sannyasi atau sudra – tanpa memperhatikan apa dia sebenarnya -  dia dapat menjadi seorang guru spiritual jika ia mengetahui ilmu pengetahuan tentang Krishna.” (Sri Caitanya-Caritamrta Madhya-lila 8.128).

    Faktanya kualifikasi atau persyaratan untuk seorang guru spiritual bergantung pada pengetahuannya tentang ilmu pengetahuan tentang Krishna. Itu tidak masalah apakah ia seorang brahmana, ksatriya, sannyasi atau sudra. Perintah yang diberikan Sri Caitanya Mahaprabhu ini sama sekali tidak bertentangan dengan perintah kitab suci (Veda).
     Di dalam Padma Purana dikatakan “seorang brahmana yang ahli dalam segala pengetahuan Veda tidak memenuhi syarat untuk jadi guru spiritual kalau ia tidak menjadi Vaisnava, atau ahli di bidang ilmu pengetahuan tentang Krishna. Tetapi orang yang dilahirkan dalam keluarga dari golongan rendah dapat menjadi seorang guru spiritual kalau ia menjadi Vaisnava atau sadar akan Krishna.”    Jika seseorang terlahir di dalam sebuah keluarga sudra tetapi memiliki semua sifat-sifat seorang guru spiritual, ia harus diterima bukan hanya sebagai seorang brahmana tetapi  sebagai seorang guru spiritual yang berkualifikasi juga.

HUBUNGAN GURU DAN MURID

    Guru spiritual yang pertama kali memberikan informasi tentang kehidupan rohani disebut vartma-pradarsaka-guru, guru spiritual yang menginisiasi berdasarkan peraturan kitab suci disebut diksa-guru, dan guru spiritual yang memberikan perintah-perintah untuk kemajuan disebut siksa-guru.
    Ketika seorang guru menerima seorang murid adalah wajar bahwa setiap reaksi-reaksi dosa sang murid akan pergi ke sang guru. Seorang murid harus menjadi sangat berhati-hati, “Guruku begitu berkarunia! Dia mengusahakan dirinya sendiri begitu keras untuk membebaskan aku dari sumur gelap ini, dari penjara Durga, Mayadevi. Aku dipenjara, tetapi guruku berusaha begitu keras untuk menarikku keluar. Aku harus menjadi seorang murid yang berguna. Aku harus tidak menempatkan gurudeva-ku dalam masalah. Mengapa ia harus menderita untukku? Dia telah melakukan begitu banyak kebaikan untukku, yang aku tidak dapat membalasnya. Mengapa aku menjadi begitu merosot, melakukan begitu banyak omong kosong, menjadi begitu jatuh, melakukan kegiatan berdosa yang buruk sekali yang akan menempatkan gurudeva-ku dalam masalah?”
    Sang murid harus menjadi sangat serius. Ia harus berpikir, “Tidak! Kewajibanku adalah untuk membantu guruku. Dia harus tidak mendapatkan masalah dariku.” Inilah murid yang sejati. Hal itu seharusnya tidak satu sisi saja. Hal itu bertimbal balik. Guru dan sisya – itu adalah dua sisi; keduanya harus bekerjasama. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, “Guru kita telah datang dengan seutas tali. Dia telah melempar ujung satunya ke dalam sumur, berkata, “Tangkap, pegang itu dengan sangat kuat! Harus tidak ada yang kendur di sana. Maka aku akan menarikmu keluar.” Jika kau tidak mendengar pada perintah ini, jika kau malas dan tidak hati-hati dan tidak memegang tali itu kuat-kuat, jika kau kendur, maka kau akan terjatuh ke bawah. Betapa akan terkejutnya sang guru! “Aku menghabiskan bergalon-galon darah spiritual-ku dan orang ini jatuh!”
    Hal itu seharusnya tidak terjadi. Melainkan, pegang tali itu dengan sangat kuat, tanpa kendur, dan kemudian ia akan menarik kau keluar. Kemudian ia akan bahagia, “Ya! Sekarang aku telah sukses! Aku telah menarik keluar satu jiwa dari penjara Durga!”. Itu bukanlah persoalan yang mudah untuk menjadi seorang guru. Hal itu sangat bahaya. Jika sang guru tidak memiliki potensi, bagaimana ia dapat menahan reaksi-reaksi dosa dari murid-muridnya? Orang seperti itu pasti terjatuh. Dia memiliki brahmacari sebagai muridnya. Mereka memiliki begitu banyak keinginan material, begitu banyak ketertarikan seksual, dan itu harus datang pada sang guru, sebab sang guru memberikan mereka perlindungan. Jika kau datang kepada guru dan sang guru tidak memiliki potensi untuk menahannya, dia akan jatuh. (Sri Srimad Gour Govinda Swami, Sri Krishna Kathamrta Bindu, issue no.249, 14 April 2011).

GARIS PERGURUAN (PARAMPARA)

evam parampara-praptam
imam rajarsayo vidhu
sa kaleneha mahata
yogo nastah parantapa

“Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian dan para raja mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus; karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli sudah hilang.” (Bhagavad-gita 4.2)
    Di zaman Kali sekarang ini ada empat garis perguruan yang diakui Veda: Brahma, Rudra, Sri, dan Sanaka Sampradaya. Orang yang mengikuti sistem garis perguruan ini, ia dapat menjadi guru bagi seluruh dunia. Sri Caitanya Mahaprabhu menerima guru dari Brahma-Madhva Sampradaya, yaitu Isvara Puri sebagai guru-Nya. Sejak saat itu kata Gaudiya ditambahkan ke dalamnya menjadi Brahma-Madhva-Gaudiya Sampradaya. Sri Caitanya Mahaprabhu adalah Krishna Sendiri dalam inkarnasi-Nya sebagai avatara keemasan, Dia telah memenuhi kekurangan kepercayaan dan filsafat dari empat acarya dalam keempat Sampradaya tersebut dengan memperkenalkan filsafat acintya-bhedabheda-tattva, untuk itulah guru spiritual yang bonafid harus datang dari garis perguruan yang diawali oleh Sri Caitanya Mahaprabhu dan Sri Caitanya Mahaprabhu muncul khususnya untuk menyebarkan pengucapan nama-nama suci Tuhan secara beramai-ramai (Sankirtana):
hare krishna hare krishna
krishna krishna hare hare
hare rama hare rama
rama rama hare hare

Jumat, 10 Juni 2011

DEWI TULASI MELAKUKAN PERTAPAAN YANG KERAS

Bagian 2:
Segera setelah ia dilahirkan, Tulasi memutuskan untuk pergi ke daerah pegunungan Badarinatha (Himalaya) untuk berlatih melakukan pertapaan yang sangat keras. Meskipun banyak orang mencoba menghalangi-nya, tapi tak ada yang bisa, karena dia bertekad untuk tinggal dan berdoa di hutan sampai Tuhan Krsna muncul dan setuju untuk menjadi suaminya. Selama jangka waktu seratus ribu tahun surgawi, dia mengalami hal sebagai berikut: Di musim panas, ia membiarkan dirinya dari empat bara api di sekelilingnya dan di atas panas matahari, dalam musim dingin, ia tenggelam dalam air yang begitu dingin, dan pada musim hujan, ia membiarkan dirinya dari hujan deras sampai yang paling dasar. Selama 20.000 tahun, ia hidup dari buah-buahan dan air, dalam 30.000 tahun, dia hanya mengunyah daun kering, saat 40.000 tahun ia tinggal hanya di udara; dan 10.000 tahun dia tidak makan apa-apa dan berdiri hanya pada satu kaki.

Akhirnya, ia melihat Dewa Brahma di langit, naik kendaraan angsanya dan kupnya menyapu turun ke arahnya. Dengan penuh harapan, ia datang untuk memberikan anugerah, dia membungkuk rendah kepada Dewa Brahma.
Dewa Brahma berkata, "Wahai Tulasi, beritahu ku anugerah apa yang kamu inginkan. Apakah itu pengabdian rohani kepada Sri Hari atau sebagai pengikut-Nya, kebebasan dari usia tua atau kebebasan dari kematian - Aku akan mengabulkannya.."
"Ya, O dewa, aku akan sampaikan. Mohon dengarkanlah. Aku tidak akan menyembunyikan keinginanku karena takut atau malu, karena kalian semua-tahu.. Namaku Tulasi. Sebenarnya aku adalah seorang gadis pengembala sapi di Goloka, dan di sana aku mengabdi kepada Radharani, kekasih dari Sri Krsna. Aku adalah bagian ekspansi dari Radharani dan teman dekatNya. Tapi suatu hari, dalam lila tarian rasa telah terjadi suatu kesalahan, Krsna menjadi dekat denganku. dan aku menjadi tidak sadarkan diri dari kegembiraan yang berlebihan. Sementara aku pingsan, Radharani tiba-tiba muncul dan melihatku dalam kondisi itu. Dia sama sekali tidak senang. Dan tanpa terkendali Dia marah, Dia mencela Krsna pertama dan kemudian mengutukku, Dia bilang, 'memalukan, hai.. pergilah !!. Dan ambil kelahiran sebagai manusia! '

"Lalu Krsna berkata padaku,` Apabila Anda mengambil kelahiran di India, dan jika Anda melakukan pertapaan, Dewa Brahma akan memberikan Anda anugerah. Dia akan mengatur Anda untuk bisa menikah dengan Narayana yang berlengan empat, yang merupakan perluasan bagian dari diriKu sendiri. " Lalu Krsna menghilang. Dan karena takut dengan Radharani, aku meninggalkan Goloka dan dilahirkan di dunia material ini ... Jadi, tolong berilah aku anugerah. Aku ingin memiliki Narayana yang tampan sebagai suamiku. "
Dewa Brahma menjawab, "Wahai Tulasi, Sudama adalah bagian ekspansi dari Krsna dan merupakan salah seorang pengembala sapi dan teman dekat Krsna di Goloka. Sebagai hasil dari kutukan oleh Radharani, dia saat ini tinggal di bumi sebagai seorang Danava (raksasa). Namanya Sankhacuda. Dia sangat kuat/energik dan tidak ada yang dapat menandinginya dengan kekuatan apapun. Saat ia tinggal di Goloka, dia sangat tertarik kepada Anda dan ingin menikah denganmu Tetapi karena ia takut dengan Radharani., ia tidak berani mewujudkannya.

"Sama seperti Anda, sebagai jatismara - yaitu, orang yang mengetahui kelahiran sebelumnya. Sankhacuda juga sama. Dia masih ingat dengan masa lalunya untuk menjadi dekat dengan Anda,. Ia telah melakukan pertapaan yang keras untuk mendapatkan Anda sebagai istrinya. Sekarang, Aku akan memenuhi keinginannya. Oleh karena itu, wahai dewi yang sangat cantik, mohon setujulah untuk menikah dengan dia. Dan, di kemudian hari,. dengan aturan susunan khusus dari Tuhan, Anda akan mendapatkan Narayana yang tampan sebagai suami Anda. Tapi setelah itu, Dia akan mengutuk Anda dan Anda akan turun di dunia ini, menjadi pohon Tulasi yang murni dan suci, (holy basil). Anda akan menjadi yang terbaik dari semua bunga dan sangat dicintai oleh Narayana lebih dari kehidupan-Nya sendiri.. Pemujaan apapun tidak akan lengkap tanpa menggunakan daun Tulasi. Anda akan menjadi sebuah pohon suci di Vrndavana dan akan dikenal sebagai Vrindavani. Para pengembala sapi di Vrndavan baik itu laki-laki dan perempuan akan menyembah Sri Hari dengan daun Anda. Dalam setiap pemujaan arca, tanaman Tulasi harus hadir, Anda akan selalu menikmati kedekatan dengan Krsna, yaitu yang terbaik dari anak-anak pengembala sapi. "

Tulasi Devi tersenyum dan dengan senang hati berkata kepada Dewa Brahma, "O” Ayah, aku akan jujur kepada Anda. Aku tidak bermaksud untuk mendapatkan Narayana dengan empat lengan atau dengan Krishna yang berlengan dua. Untuk di Goloka, pertemuan dekat dengan Krsna tiba-tiba terganggu, setelah meninggalkan Goloka aku masih merindukan-Nya, itu karena Krsna telah memintaku, bahwa aku harus berdoa untuk mendapatkan Narayana sebagai suamiku. Tapi tampaknya sekarang, dengan karuniamu aku akan mendapatkan Krsna, yang mana sangat sulit untuk dicapai. Namun, O dewa, mohon berikanlah aku anugerah, yaitu hilangkanlah rasa takutku ini kepada Radharani. "

Dewa Brahma menjawab, "Wahai anakku, sekarang aku akan memberikan Anda enam belas huruf Radha mantra. Dengan anugerah ini Anda akan sangat dicintai oleh Radharani selamanya. Dewa Brahma memberikan Tulasi Devi ke enam belas mantra-huruf, himne, dan cara memuja Sri Radha. Kemudian, setelah memberi berkat, Dewa Brahma menghilang. Setelah diberi petunjuk, Tulasi dewi mulai sibuk dalam menyembah Srimati Radharani dan, setelah dua belas tahun, mencapai kesuksesan. Ia mendapatkan keuntungan yang diinginkan, ia menuai hasil yang tak terhingga yang tidak didapatkan oleh orang lain. Sebagai hasil dari pertapaannya yang berakhir, ia menjadi tenang dan ceria. Ketika seseorang mendapatkan kesulitan dari pekerjaannya dan kemudian menganggap bahwa hasil yang diperoleh adalah bagian dari kesulitan, maka kesulitan tersebut kemudian akan tampak menyenangkan.

Pada saat itu, Tulasi berada pada masa mudanya dan ia ingin segera untuk menjadi bagian dari Sri Krsna. Setelah selesai makan dan minum, ia berbaring di tempat tidur yang indah dihiasi dengan bunga-bunga dan dengan wangi cendana. Dia pergi istirahat dengan hati bahagia. Tapi saat dia tertidur, Kamadeva, dewa cinta, menembak lima panah ke arahnya - anak panah yang dimaksudkan untuk memikatnya. Akibatnya, meskipun ia telah diolesi dengan candana yang wangi dan berbaring di tempat tidur yang penuh dengan bunga, tubuhnya mulai merasa seolah-olah terbakar. Dari akhir sukacitanya, bulu tubuhnya berdiri, matanya memerah dan tubuhnya mulai bergetar. Satu saat ia tampak sangat kurus dan pada waktu lain ia tampak sangat muram. Kadang-kadang ia menjadi gelisah atau merasa hangat, di saat lain ia pingsan, kemudian sembuh, kemudian menderita lagi. Kadang-kadang ia bangkit dari tempat tidur, berjalan dengan lunglai, kadang duduk atau berbaring. Kondisi tubuh dan pikiran yang tidak normal ini, meningkat setiap hari, sehingga tempat tidur empuk terasa seperti tempat tidur yang terbuat dari duri, buah-buahan yang lezat dan air yang segar terasa seperti racun; rumahnya tampak seperti padang pasir; kain yang lembut halus terasa panas seperti api; dan tanda merah terang di dahinya sangat sakit seperti air yang mendidih.

Dalam mimpinya ia melihat seorang pemuda yang berpakaian bagus, tersenyum, dan riang. Dia dihiasi dengan perhiasan, tubuhnya diolesi dengan candana dan dihiasi dengan bunga. Menatap wajahnya, ia berbicara dengan lembut. Satu saat dia pergi, saat berikutnya ia kembali, kemudian ia berseru, "O Dewa yang selalu ada dalam hatiku, di manakah engaku. Mohon jangan pergi!?" Ketika dia terbangun, dia menangis lagi dan lagi. Dengan cara ini Tulasi Devi melewati hari-harinya di Badarikasrama.

Sumber: Dari catatan facebook Svarupa Siddhi das

TUKANG POT

Cerita pendek Srila Prabhupada
Prabhupada kadang bercerita tentang kisah seorang tukang pot miskin yang bermimpi mengembangkan usahanya dan menjadi sangat kaya. Begitu tukang pot itu tertidur suatu malam, dia bermimpi tentang berapa banyak tanah dan berapa banyak rumah yang ia miliki dan bagaimana ia akan memiliki seorang istri yang cantik. Ketika tukang pot menganggap bahwa mungkin istrinya akan bertengkar dengannya, dia menjadi marah dan berkata,”Jika istriku bertengkar denganku, aku akan menendangnya!!” Dan menendang, ia menghancurkan dua pot yang tersisa di persediannya dan berkurang menjadi tak ada lagi. Begitu juga, kita hanya bermimpi. Dengan beberapa pot, kita hanya bermimpi bahwa “Pot ini akan bertambah menjadi begitu banyak pot, begitu banyak pot, begitu banyak pot, kemudian berakhir. Jangan membuat khayalan. Buatlah suatu rencana bagaimana menjadi sadar akan Krishna dan kembali kepada-Nya.

Sabtu, 04 Juni 2011

KEMARAHAN TUHAN

"Tuhan adalah mutlak, kemarahan-Nya dan kesenangan-Nya adalah sama saja. Karena itu, kalau pun Tuhan marah, obyek kemarahan-Nya pun mendapat karunia"


Śrīmad Bhāgavatam 1.7.33

tata āsādya tarasā
dārunam gautamī-sutam
babandhāmarsa-tāmrāksah
paśum raśanayā yathā

"Arjuna marah, matanya merah bara seperti dua bola tembaga membara, dengan cekatan menangkap putra Gautami dan mengikatnya dengan tali seperti seekor binatang"

Penjelasan Prabhupada: Ibu Asvatthama, Kripi, lahir dalam keluarga Gautama. Yang bermakna dari sloka ini adalah bahwa Asvattama ditangkap dan diikat dengan tali seperti mengikat seekor binatang. Menurut Sridhara Svami, Arjuna terpaksa menangkap putra brahmana ini seperti itu sebagai bagian dari kewajibannya (dharma). Pertimbangan yang dikemukakan Sridhara Svami dipertegas oleh sabda Sri Krishna dalam sloka-sloka selanjutnya bahwa Asvatthama memang benar putra Dronacarya dan Kripi, tetapi karena moralnya merosot ke status yang lebih rendah, sepantasnyalah dia diperlakukan seperti memperlakukan binatang, bukan seperti brahmana.
 
Śrīmad Bhāgavatam 1.7.34

śibirāya ninīsantam
rajjvā baddhvā ripum balāt
prāhārjunam prakupito
bhagavān ambujeksanah
 
"Setelah Arjuna mengikat Asvatthama, dia ingin menyeretnya ke pangkalan militer. Personalitas Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa Sri Krishna, yang sedang memandang dengan mata-padma-Nya, berbicara kepada Arjuna yang sedang murka."

Penjelasan Prabhupada: Baik Arjuna maupun Sri Krishna sedang marah menurut uraian di sini, tetapi mata Arjuna menjadi seperti bola-bola tembaga yang membara, sedangkan mata Krishna tetap seperti bunga padma. Ini berarti marah Arjuna dan marah Sri Krishna berada pada level yang tidak sama. Tuhan adalah transendental, sehingga Dia selalu mutlak pada saat mana pun. Kemarahan Krishna tidak seperti kemarahan makhluk hidup yang terikat di dalam sifat-sifat alam material. Oleh karena Tuhan adalah mutlak, kemarahan-Nya dan kesenangan-Nya adalah sama saja. Kemarahan Tuhan tidak diperlihatkan dalam tiga sifat alam material. Kemarahan Tuhan hanya memperlihatkan kecondongan Tuhan untuk berpikir demi kepentingan penyembah-Nya yang merupakan sifat transendental-Nya. Karena itu, kalau pun Tuhan marah, obyek kemarahan-Nya pun mendapat karunia. Tuhan tidak pernah berubah dalam keadaan apapun.

Diskusi Bhagavad-gita KMH Universitas Gunadarma, 4 juni 2011

 Pembicara: Prabhu Hariguru das



Para mahasiswa hindu dengan serius mendengarkan diskusi
 Prabhu Sudha Bhajan das dan Prabhu Wayan Page ikut serta dalam diskusi


Semua foto oleh: Tapana Misra das & Sudha Bhajan das
Lokasi: Pura Kelapa dua, depok

Jumat, 03 Juni 2011

KISAH SHAKUNTALA DAN DUSYANTA


Cerita lain lagi dalam Mahabharata...

Dalam Hindu mitologi, Shakuntala dianggap ibu dari raja Bharata dan istri dari raja Dushyanta yang adalah pendiri dari Dinasti Kaurava, leluhur para Pandava. Shakuntala dilahirkan dari Visvamitra rsi dan Menaka. Dan rsi Kanva menemukannya di hutan, dikelilingi dan dilindungi oleh burung (Shakunton dalam bahasa Sanskerta), jadi dia diberi nama Shakuntala.

Pada suatu hari, raja pergi keluar untuk berburu dengan pasukannya, Dushyanta melewati sebuah hutan yang penuh dengan aneka binatang dan pepohonan yang lebat. Hutan yang bergelombang dengan perbukitan kecil berbatu terjal dan selama beberapa yojana (abad)  tidak ada jejak dari siapa pun. Tempat itu penuh dengan satwa liar.

Dushyanta, bersama dengan tentaranya yang kuat, kebetulan melewati sebuah padang pasir yang sangat  luas setelah itu, dia mencapai hutan yang asri. Hutan ini penuh dengan ashrama dan ada pohon buah-buahan, tetapi tidak ada pohon liar. Dan selanjutnya Dushyanta memasuki asrama dari rsi Kanva, anak dari Kashyapa muni. Tempat itu dikelilingi oleh sungai Malini.

Cerita sebelumnya, ketika Shakuntala belum dilahirkan. Suatu hari, seorang penari surga yang bernama Menaka datang ke tempat rsi Visvamitra atas perintah deva Indra, untuk mengalihkan perhatian dari meditasi yang mendalam. Dia berhasil mengganggu rsi itu, kemudian mereka menikah lalu lahirlah seorang anak perempuan. Rsi Visvamitra, merasa kehilangan kebajikan yang diperoleh melalui pertapaan bertahun-tahun dengan keras dari kedisiplinan yang ketat, lalu beliau menjauhkan diri dari anak dan istrinya untuk kembali melakukan pertapaan. Lalu dewi Menaka menyadari bahwa dia tidak bisa bersama dengan anaknya lagi, karena dia harus kembali ke alam surgawi, lalu Menaka meninggalkan Shakuntala, hanya beberapa saat  setelah lahir, di tepi sungai Malini di puncak pegunungan Himalaya. Sebagaimana dinyatakan di atas, lalu Rsi Kanva menemukan seorang anak perempuan yang baru lahir di hutan yang dikelilingi dan dilindungi oleh burung Shakuntala dan dengan demikian rsi Kanva memberikannya dia nama, Shakuntala. Menurut sumber Titwala, sebuah kota kecil dekat Kalyan di Maharashtra, dianggap sebagai tempat pertapaan di mana Shakuntala lahir.
Kelanjutan cerita, mengenai Dushyanta yang sedang mengejar rusa jantan yang terluka oleh panahnya masuk ke dalam ashrama. Raja itu melihat Shakuntala sedang merawat rusa yang terluka, hewan itu adalah peliharaannya, dan kemudian raja jatuh cinta kepadanya. Dia memohon maaf padanya atas kesalahan yang dilakukannya dan menghabiskan beberapa waktu di ashrama itu. Mereka jatuh cinta kemudian raja Dushyanta dan Shakuntala menikah di ashrama tersebut. Setelah tinggal selama beberapa waktu di asram tersebut, raja Dusyanta kembali ke kerajaannya karena ada kerusuhan di ibukotanya, raja Dushyanta memberikan Shakuntala cincin kerajaan sebagai tanda cinta mereka, dan menjanjikan bahwa ia akan kembali menemuinya.

Shakuntala menghabiskan banyak waktunya dalam lamunan dan memimpikan suaminya. Suatu hari, seorang Resi yang kuat, Durvasa muni, datang ke ashram, tetapi Shakuntala tenggelam dalam pikiran tentang suaminya raja Dushyanta, sehingga Shakuntala tidak menyambut dan melayani rsi itu dengan benar. Durvasa muni menjadi marah lalu mengutuk Shakuntala, bahwa orang yang sedang dia mimpikan akan melupakan dirinya sama sekali. Setelah itu, rsi itu pergi dengan marah, lalu salah satu teman dari Shakuntala dengan cepat menjelaskan kepada Durvasa muni alasan dari keadaan Shakuntala. Rsi itu menyadari bahwa kemarahan yang besar tidak dibenarkan, maka dia mengubah kutukannya dan mengatakan bahwa orang yang telah melupakan Shakuntala akan mengingat semuanya lagi jika dia menunjukkan tanda bukti yang telah diberikan kepadanya.

Waktu terus berlalu, dan Shakuntala, bertanya-tanya mengapa Dushyanta tidak kembali untuknya, akhirnya ia berangkat ke ibu kota dengan ayahnya rsi Kanva dan beberapa temannya. Di perjalanan, mereka menyeberangi sungai dengan perahu dan, tergoda oleh birunya air sungai, Shakuntala memainkan jari-jarinya di air, cincin yang dia gunakan terlepas dari jarinya tanpa dia sadari.

Sesampainya di istana Dushyanta, Shakuntala terkejut dan sakit hati, ketika suaminya tidak mengenalinya, atau teringat sesuatu tentang dirinya lagi. Merasa di hina, Shakuntala kembali ke hutan dan berkumpul dengan anaknya, menetap di hutan belantara yang liar. Di sini dia menghabiskan hari demi hari dengan anaknya Bharata. Hanya dikelilingi binatang buas, Bharata tumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat dan membuat permainan olahraga, yaitu membuka mulut harimau dan singa lalu menghitung gigi mereka satu persatu!

Sementara itu di tempat lain, seorang nelayan terkejut menemukan cincin kerajaan di dalam perut ikan yang ia tangkap. Menyadari ada tanda segel kerajaan, ia mengembalikan cincin itu ke istana dan, setelah raja melihat cincin itu, kenangan raja Dushyanta kembali teringat. Dia segera berangkat untuk menemukan istrinya dan, tiba di ashram ayahnya, menemukan bahwa ia tidak ada lagi disana. Dia terus masuk lebih dalam lagi ke tengah hutan untuk mencari istrinya dan tiba-tiba dia melihat sebuah adegan yang mengejutkan di hutan, seorang pemuda telah membuka mulut singa dan sedang sibuk menghitung giginya! Raja menyapa anak itu dengan kagum, karena keberanian dan kekuatan yang dimiliki, dia menanyakan namanya. Raja terkejut ketika anak itu menjawab bahwa ia adalah Bharata, putra Raja Dushyanta. Anak itu membawanya ke tempat di mana Shakuntala tinggal, dan dengan demikian keluarga itu bersatu kembali.

om tat sat... __/\__

Sumber : Dari catatan facebook Svarupa Siddhi das tanggal 11 Februari 2011

PREMA

Oleh Sri Srimad Gour Govinda Swami Maharaja

Bekerja dalam dua cara

Prema bekerja dalam 2 cara, sambhoga dan vipralambha, persatuan dan perpisahan – dua hal yang bertentangan. Dalam kondisi perpisahan, prema ini sangat beracun – lebih beracun dari pada ular yang mematikan. Rasa panas yang akut ada di sana di dalam keadaan ini. Tetapi di dalam sambhoga, persatuan, begitu menyenangkan, paramananda-prada, hal itu memberikan kebahagiaan tertinggi. Pada saat perpisahan Krishna-premamrta terasa menjadi lebih beracun dari racun yang mematikan. Dan pada saat persatuan itu adalah kenikmatan tertinggi. Jadi dua hal yang bertentangan ini, racun dan nektar, disatukan bersama itu adalah Radha-prema, Krishna-prema. Ini adalah karakteristik yang sangat menakjubkan dari Krishna-prema ini.

Di dalam prema ini kau akan menemukan bahwa tidak ada yang memabukkan, tetapi ini adalah minuman keras yang luar biasa sebab ini menyebabkan seseorang menjadi gila. Jika ada memakai marijuana (ganja) atau LSD anda akan menjadi gila sebab benda-benda itu memabukkan. Tetapi di dalam Krishna-prema tidak ada yang memabukkan, tetapi itu adalah sebuah minuman keras yang luar biasa. Jika seseorang mendapatkannya maka ia akan menjadi gila. Para gopi menjadi gila, Radharani menjadi gila dan kemudian Krishna menjadi gila.

Juga, prema ini bukanlah api tetapi hal itu tetap membakar. Krishna-prema bukanlah sebuah senjata, tetapi itu dapat menusuk hati. Itu bukanlah air, tetapi dapat membersihkan segalanya – kesombongan anda, dharma anda, rasa malu anda. Hal itu juga dapat membuat seseorang tenggelam di dalam lautan kebahagiaan rohani, kenikmatan. Setiap saat membuatmu merasakan nektar itu. Hal itu membuat anda gila dan menari.
Tidak ada gelar atau julukan apapun dalam Radha-prema. Itu gratis dan secara sempurna, amat sangat murni. Tidak ada kemunafikan di dalamnya sama sekali, tetapi hal itu sungguh menakjubkan bahwa pergerakan dari prema ini sangat penuh kepalsuan, vakra-vyavahara, dengan cara zig-zag, berliku-liku, tidak lurus. (The Last Limit of Bhakti, p. 79-80. Lecture, Bhubaneswar, 10 September 1993.)

Cara mendapatkan prema

Jika kau ingin prema-bhakti, satu-satunya cara adalah kau harus mempersembahkan pemujaan dan melayani seorang Vaisnava murni, tanpa berpura-pura, dan mendapatkan karunianya. Maka kau akan mendapatkan karunia dari Mahaprabhu dan kau akan mendapatkan prema ini, kalau tidak demikian kau tidak bisa memiliki prema ini. Ini adalah satu-satunya cara.

Memuja seorang Vaisnava murni dan mengagungkan  vaisnava, nama, sifat, kegiatan, dan kirtana. Layani para Vaisnava. Ambil debu dari kaki padma, merasakan sisa makanan para Vaisnava, dan caranamrita, air pencucian dari kaki para Vaisnava, adalah sangat kuat. Tidak ada seorangpun yang dapat memperkirakan, tidak ada seorangpun yang dapat menilai potensi tiga hal ini. (Pelajaran, Bhubaneswara, 10 Maret 1995)