buletin oktober 2010
DERITA MANUSIA
Apa yang Anda lakukan ketika penderitaan datang dan mendera Anda? Anda menangis, berdoa, mencari sahabat, makan banyak, berolah-raga, naik gunung, pergi ke kafe atau ke tempat - tempat hiburan, menyibukkan diri dengan kerja? Kebanyakan dari kita sudah memiliki pola kebiasaan untuk menghadapi penderitaan atau lari dari penderitaan ketika ia datang. Tetapi pola kebiasaan itu tidak cukup membuat penderitaan terpahami secara tuntas. Ketika penderitaan datang, seringkali orang menyalahkan faktor-faktor di luar diri, orang lain atau diri sendiri.
Apa salahnya kalau Anda menderita? Penderitaan adalah sifat hakiki dari eksistensi kita sebagai manusia. Tapi kita sering menolak penderitaan. Kita sering bertanya mengapa aku menderita? Aku merasa penderitaanku paling berat. Mengapa orang lain tidak menderita seberat aku? Kita berpikir kalau aku tidak berbuat ini atau itu mungkin aku tidak menderita. Atau kita sering berpikir kalau aku melakukan ini atau itu, memiliki ini atau itu, barangkali aku akan bahagia.
Pertanyaan - pertanyaan semacam itu membuat kita makin jauh dari fakta penderitaan. Penderitaan dan kebahagiaan itu seperti ayunan bandul yang terus bergerak. Hari ini menderita, besok bahagia, besok lusa menderita. Begitulah seterusnya. Demikian kebahagiaan dan penderitaan silih berganti. Seolah-olah dualitas ini merupakan kenyataan hidup. Kita dapat melihat dualitas itu semu belaka sebab kenyataannya yang ada hanya penderitaan.
DUNIA FANA PENUH SENGSARA
Di dunia material ini ada golongan – golongan manusia, tetapi bagaimanapun juga, dunia ini bukan tempat yang menyenangkan untuk siapapun juga. Dinyatakan dengan jelas di dalam Bhagavad-gita sloka 9.33 anityam asukham lokam : Dunia ini bersifat sementara dan penuh penderitaan, tidak cocok untuk dihuni oleh orang yang sopan santun dan waras.
Pada umumnya orang yang berdukacita, orang yang membutuhkan sesuatu, orang cerdas dan orang yang ingin tahu, yang pernah melakukan sejumlah kegiatan saleh memuja, atau mulai memuja Tuhan. Selainnya, orang yang hidup dengan perbuatan buruk, walau bagaimanapun status mereka, tidak dapat mendekati Tuhan karena mereka disesatkan oleh energi ilusif. Karena itu bagi orang saleh, jika suatu petaka terjadi, tidak ada pilihan lain selain berlindung kepada kaki-padma Tuhan. Senantiasa ingat kepada kaki-padma Tuhan berarti mempersiapkan diri mencapai pembebasan dari kelahiran dan kematian. Karena itu, walaupun beberapa kali terjadi ancaman malapetaka, kejadian-kejadian itu disambut dengan senang karena memberi kesempatan kepada mereka untuk ingat kepada Tuhan, yang berarti pembebasan.
Dalam Bhagavad-gita, Tuhan membenarkan bahwa dunia ini adalah tempat berbahaya yang penuh petaka. Orang yang kurang cerdas mempersiapkan rencana-rencana untuk menyesuaikan malapetaka itu tanpa mengetahui bahwa sifat dasar tempat ini memang penuh petaka. Hendaknya orang menjadi maju dalam keinsafan spiritual, sambil menderita segala jenis dukacita yang tidak dapat dihindari, sebab itulah misi kehidupan manusia. Sang roh melampaui segala jenis petaka material, karena itu malapetaka itu disebut palsu belaka.
Barangkali orang bermimpi bahwa harimau sedang menelan dirinya, sehingga dia menangis karena petaka itu. Tetapi sebenarnya tidak ada harimau dan tidak ada penderitaan itu; itu hanya soal mimpi saja. Dengan cara yang sama, segala malapetaka hidup dikatakan sebagai mimpi. Kalau seseorang cukup beruntung hingga berhubungan dengan Tuhan melalui pelayanan bhakti, maka itu adalah keuntungan baginya.
MAHARAJA JANAKA BERKUNJUNG KE NERAKA
Maharaja Janaka adalah ayah dari dewi Sita, dan seorang penyembah agung dari Sri Ramachandra. Cerita berikut ini di ceritakan oleh Ananta Sesa, terdapat dalam Padma Purana (patalakhanda 18.31-77).
Setelah umur yang panjang Maharaja Janaka melepaskan badannya melalui proses Yoga. Sebuah pesawat terbang rohani mendarat dan Maharaja Janaka menaikinya. Ketika pesawat itu mendekati neraka, kediaman Yamaraja, dewa kematian. Tempat dimana para pendosa mendapatkan penderitaan dari hukuman jutaan jenis neraka. Angin yang menyentuh badan Janaka Maharaja berhembus melewati para pendosa, mereka merasakan kebahagiaan dan semua derita mereka hilang. Mereka meratap agar tetap mendapatkan pergaulan Maharaja Janaka, secara memilukan mereka berbicara kepada Maharaja. “Oh tuan kami mohon jangan pergi, kami yang menderita ini merasakan kebahagiaan karena tersentuh hembusan angin yang menyentuh badanmu.
Mendengar mereka sang raja menjadi penuh rasa iba dan iapun berpikir. “ jika hanya dikarenakan sentuhan hembusan angin yang menyentuh tubuhku aku memberi kebahagiaan bagi penduduk di sini, maka aku akan tinggal di tempat ini. Ini adalah surga bagiku.”
Sang raja pun tinggal di depan pintu gerbang neraka. Setelah beberapa saat, Yamaraja yang memberikan penderitaan kepada pendosa itu, datang ke sana. Ia berkata, “Oh raja anda adalah permata orang-orang saleh, mengapa anda datang kemari ? ini adalah tempat untuk para pendosa. Orang sepertimu yang banyak melakukan perbuatan-perbuatan baik tidak seharusnya datang kemari”
Yamaraj kemudian berkata “Bagi meraka yang tidak mengingat Sri Rama dengan pikiran, kata – kata dan perbuatannya, aku lempar ke dalam neraka dan direbus di sana. Dan bagi mereka yang mengingat Sri Rama, meninggalkan derita di neraka ini dan segera pergi ke Vaikuntha (dunia rohani).”
Mendengar kata-kata Yamaraja, dengan rasa belas kasih ia membalas. “Karena rasa kasihan kepada mereka aku sebaiknya tidak pergi ke Vaikuntha, meskipun ditempatkan di tempat seperti ini mereka dapat berbahagia hanya karena angin yang menyentuh tubuhku. Jika kau melepaskan semua orang di neraka ini, maka aku akan bahagia dan akan pergi ke Vaikuntha.” Kemudian Yamaraja menjelaskan tentang sebab-sebab para pendosa itu di tempatkan di neraka. Dengan mata yang dipenuhi airmata, Janaka penyembah agung Sri Rama bertanya, “Bagaimana mereka dapat segera keluar dari neraka dan mendapatkan kebahagiaan ?”. Yamaraja menjawab “ Orang-orang ini tidak pernah memuja Sri Vishnu, mereka tidak pernah mendengar tentang kegiatan-kegiatan Tuhan yang luar biasa. Bagaimana mereka bisa dibebaskan ? Jika anda ingin membebaskan mereka, meskipun mereka adalah pendosa besar, maka berilah petunjuk kegiatan-kegiatan saleh yang anda lakukan, seperti bangun pagi, memuja Tuhan Ramachandra dengan hati yang murni, mengucapkan nama Rama dengan tulus. Maka dengan kegiatan seperti itu mereka dapat keluar dari neraka ini.”
Kemudian Maharaja Janaka memberikan petunjuk-petunjuk itu kepada mereka. Setelah melakukan hal itu mereka yang menderita di neraka segera terbebas dari penderitaannya dan mendapatkan badan rohani, kemudian melihat para pendosa itu terbebas dari neraka, Maharaja Janaka pergi ke Vaikuntha (dunia rohani).
NAMA SUCI KRISHNA
Maju secara materi berarti dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan memiliki kekayaan melimpah, pendidikan tinggi dan tubuh yang menarik yang rupawan. Semua orang tergila-gila dalam upaya mencari segala kemegahan material tersebut. Ini dikenal sebagai kemajuan peradaban material. Tetapi dampak dari memiliki segala harta material tersebut membuat seseorang sombong secara tak wajar, dan dimabukan oleh benda-benda posesif yang temporer itu. Sebagai akibatnya, orang materialistik yang menyombongkan materi tersebut tidak sanggup mengucapkan nama suci Tuhan dengan pujian kepada-Nya secara tulus, “Oh Govinda, Oh Krishna.” Di dalam sastra dikatakan bahwa melalui pengucapan nama suci Tuhan sekali saja, orang-orang berdosa dapat menghilangkan dosanya dalam jumlah lebih besar dari pada yang mampu dibuatnya. Begitulah kekuatan ucapan nama suci Tuhan. Pernyataan itu sama sekali bukan sesuatu yang berlebihan. Nama suci Tuhan benar-benar memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tetapi nama suci tersebut harus diucapkan secara bermutu juga. Ucapan tersebut bergantung pada kualitas perasaan. Orang yang terdesak mampu mengucapkan nama suci Tuhan dengan penuh perasaan, sedangkan orang yang mengucapkan nama suci Tuhan sambil dirinya berada dalam kondisi makmur secara material tidak akan bisa setulus itu. Orang yang sombong secara material mungkin mengucapkan nama suci Tuhan sewaktu-waktu, tetapi dia tidak mampu mengucapkannya secara bermutu. Kadangkala terlihat bahwa orang yang maju secara spiritual menjadi miskin secara material. Ini bukan sesuatu yang membuat kita patah semangat. Melainkan menjadi miskin seperti itu adalah tanda yang baik, seperti halnya turunnya suhu badan adalah tanda yang baik bagi seseorang yang sedang mengalami demam.
Dalam mengucapkan nama suci Tuhan orang harus mentolerir suka dan duka yang muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu. Siapapun yang mantap dalam ketabahan hati untuk mencapai tingkat keinsafan rohani yang sudah maju dan dapat mentolerir serangan suka dan duka dengan cara yang sama pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan. Seperti pernyataan Sri Krishna di dalam Bhagavad-gita 2.14 :
matra-sparsas tu kaunteya
sitosna-sukha-duhkha-dah
agamapayino ‘nityas
tams titiksasva bharata
“Wahai putera Kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang setelah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria, dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bharata”.
Jadi, dengan mentolerir segala penderitaan yang datang ucapkanlah nama suci Tuhan :
hare krishna hare krishna
krishna krishna hare hare
hare rama hare rama
rama rama hare hare
dan berbahagialah.....
Haribol , memang nama suci Tuhan tidak terukur kekuatannya , sama seperti Tuhan itu sendiri , terimakasih atas tulisannya , Hare Krsna
BalasHapus