KISAH BARBARIK, PUTRA GATOTKACA DAN CUCU BIMA

BARBARIK PUTRA GATOTKACA

Bilarasena adalah anak Gatotkaca dan Maurvi, putri dari Muru, seorang raja Yadava, ia juga cucu dari Bima (kakak kedua diantara para Pandava) dan Hidimba. Ia memiliki rambut yang lebat di kepalanya, dan tampak seperti singa, untuk itulah ia dipanggil BARBARIK.

Suatu hari Barbarik datang ke hadapan neneknya dan bertanya, “Bagaimana mencapai moksa dengan cara yang singkat,” Hidimba menyebutkan bahwa jika Barbarik mati di tangan Krishna maka ia akan mencapai moksa dengan segera. Barbarik berkata kepada neneknya bahwa ia akan menjadi sangat kuat dan akan bertempur melawan Krishna sampai mati.

Barbarik memuja arca keluarga Sidambika. Sidambika memberikan karunia kepada Barbarik sebagai Ajay dan memberinya busur dan panah ajaib yang dapat digunakan untuk mengalahkan seluruh dunia.

BARBARIK DALAM PERANG KURUKSHETRA

Para pandava telah memenangkan perang Mahabharata dan Yudhisthira menjadi raja Hastinapura. Pada suatu malam para Pandava dan Sri Krishna memutuskan untuk mengunjungi Kurukshetra, Bima dan Arjuna berdiskusi tentang perang tersebut. Arjuna berkata, “Akulah ksatriya terbaik di dalam perang ini, karena aku telah membunuh ksatriya hebat seperti Bhisma, Karna, Jayadratha, Salya”. Pada saat yang sama Bima berkata,” Aku telah membunuh Duryodhana dan ke- 99 saudaranya maka akulah ksatriya nomor 1 di perang Mahabharata ini”. Ketika itu Sri Krishna tersenyum dan Yudhisthira bertanya kepada Krishna, “Siapakah ksatriya terbaik di dalam peperangan ini?”

Sri Krishna berkata, “Aku juga ada di dalam perang itu,  Aku tidak dapat mengatakan yang sebenarnya, tetapi ada seseorang yang melihat peperangan dari awal hingga akhir dan orang itu dapat mengatakan yang sebenarnya”. Nakula berkata, “ Dimanakah orang itu?”. Krishna berkata, “Lihat pohon di puncak bukit itu”. Semua orang pergi ke sana untuk melihat pohon tersebut . Mereka kebingungan melihat pohon itu tanpa daun dan ada kepala seseorang tanpa badan bergelantungan di pohon itu. Sri Krishna bertanya pertanyaan yang sama kepada kepala itu. Kepala itu menjawab dihadapan semua orang yang ada di dalam peperangan Mahabharata itu. “Tidak ada seorangpun yang berperang di dalam peperangan itu, semuanya hanya berdiri saja dan Sudarsana Cakra-lah yang sebenarnya bergerak ke segala arah dan memenggal kepala semua orang di kedua belah pihak. Bima marah mendengarkan jawaban orang itu dan berkata, “Aku telah membunuh Duryodhana dan ke-99 saudaranya dan kepala ini berkata bahwa aku hanya berdiri saja di medan perang, kepala ini bohong.” Bima membunuh kepala itu dengan memukulnya menggunakan gada. Kepala itu pun mati.
Yudhisthira bertanya kepada Krishna, “siapakah orang ini, apa yang dilakukannya, hanya kepalanya di sini, di mana bagian badan yang lainnya?” Sri Krishna mulai menceritakan riwayat kepala tersebut.

Namanya ialah Bilarasena, Bilarasena adalah cucu dari Bima, ia adalah seorang ksatriya yang agung dan ia memiliki tiga panah ajaib pemberian para dewa. Panah ini dapat membidik sasarannya dengan akurat di segala keadaan dan tempat apapun. Bilarasena datang ke medan perang Kurukshetra di malam pertama perang dan bertemu dengan Sri Krishna ketika Krishna baru saja tertidur dan tiba-tiba membuka mata padmaNya melihat dan bertanya padanya, “Mengapa kau datang, ini bukanlah perang biasa. Di dalam perang ini terdapat ksatriya-ksatriya hebat. Pertama coba tunjukan kekuatanmu, setelah itu kau boleh ikut perang ini”. Sri Krishna dan Bilarasena keduanya pergi ke pohon besar dekat Kurukshetra.  Sri Krishna meminta Bilarasena untuk melubangi setiap daun di pohon itu hanya dengan satu panah. Bilarasena menggunakan salah satu panah ajaibnya, mengarahkan ke langit dan menarik busurnya. Pada saat itu Sri Krishna memotong salah satu daun, meletakkan daun itu di tanah dan menutupnya dengan kaki padma-Nya. Bilarasena berkata,” Ujian telah selesai, lihatlah setiap daun memiliki lubang”. Sri Krishna berkata, “tetapi ada satu daun tidak terlubangi, yang ditutupi oleh kaki-Ku yang melindungi daun itu.” Krishna menunjukannya kepada Bilarasena, Bilarasena berkata, “Tidak oh Tuhanku daun itu juga memiliki lubang”. Kemudian Sri Krishna berkata, “baiklah kau boleh ikut perang ini tetapi di pihak mana kau akan memulai perang?” ia menjawab,”aku akan berperang di pihak yang sedang kalah”. Sri Krishna berkata, “bagaimana mungkin, ketika pihak Kaurava menjadi pihak yang kalah, maka kau akan berperang melawan Pandava dan ketika pihak Pandava yang akan kalah maka kau berperang melawan Kaurava. Jadi di akhir perang kau membunuh setiap orang. Bilarasena berdoa kepada Sri Krishna, “tolonglah hamba, hamba tidak bertanggung jawab akan hal ini.” Sri Krishna memberikan satu solusi bahwa jika Bilarasena mati maka setiap orang akan selamat. Tetapi BIlarasena meminta kepada Krishna untuk dapat melihat perang agung Mahabharata ini. Sri Krishna berjanji padanya, “sekarang Aku akan memenggal kepalamu dari tubuhmu, tetapi kau tidak akan mati, kau akan menyaksikan perang Mahabharata dari atas pohohn ini". Kemudian Sri Krishna memenggal kepala Bilarasena dan meletakkannya di atas pohon tersebut.

Sri Krishna berkata kepada semua orang , “Di sini ada seorang ksatriya agung yang dapat menyelesaikan perang Mahabharata dalam satu hari, bahkan dalam beberapa detik. Tetapi Krishna, Pengendali alam semesta tidak memberikan kesempatan kepadanya untuk ikut serta dalam peperangan ini dan sejarah tidak mengenang ksatriya agung ini.