Visvamitra
Visvamitra bukan hanya seorang yogi mistik atau seorang pengajar gurukula atau lainnya. Visvamitra adalah seorang personalitas yang sangat kuat. Dia adalah seorang ksatriya agung. Suatu hari dia sedang pergi pada sebuah tur berburu yang besar, dan ketika ia pergi, tradisinya adalah ketika anda melewati sebuah gurukula atau asrama, sang raja harus berhenti. Mereka harus pergi ke sana dan menghormati orang suci. Orang suci sebagai balasannya akan memberikan sang raja makan, karena sang raja tidak membawa begitu banyak perbekalan ketika ia pergi ke hutan. Dan ia juga tidak bermaksud untuk hidup dengan buah dan akar-akaran, karena dia adalah raja, bukan orang suci. Dia perlu makan hidangan yang besar, jadi orang suci harus mengatur makan besar itu. Dan untuk mengatur pesta itu sang raja akan selalu mendonasikan begitu banyak benda kepada orang suci tersebut. Dengan cara ini akan ada pengaturan yang baik dalam membuat makanan dan menerima makanan. Lalu pasukan Kaushika, Visvamitra yang besar ini telah datang,dia membawa seratus putranya dan ia berpikir, “Ada asrama kecil di sana.” Dia melihat ke bawah bukit dan asramanya hanya sekitar empat rumah, dan ada sungai mengalir di dekatnya. Visvamitra berpikir, “Tentaraku yang terdiri dari seratus putra-putraku sebaiknya tidak pergi. kalian semua tetap di sini,” dia berkata kepada putra-putranya. “Ini adalah sebuah kebiasaan bahwa aku harus pergi dan menghormati orang suci ini, jadi aku akan pergi ke sana dan aku akan kembali. Dan jika ia memintaku untuk makan sesuatu itu tidak apa-apa, tetapi dia tidak dapat memberi makan seluruh pasukanku.” Kemudian Kaushika turun, dan di sana ada dua brahmacari sedang mencuci pakaian di sungai, dia bertanya kepada mereka, “Asrama siapa ini?” Brahmacari itu menjawab, “Ini asrama Vasistha Muni,” “Vasistha?”, Kaushika bertanya. “Dia ada di negeriku dan aku bahkan tidak tahu.” “Dia datang tiga bulan lalu,” brahmacari itu menjawab. Dia akan selalu bepergian seperti itu. Dia tinggal di sebuah tempat untuk kira-kira tiga ratus tahun kemudian dia pindah ke asrama lainnya, karena terlalu banyak murid datang ke sana dan dia tidak terlalu suka jumlah penghuni yang terlalu banyak. Jadi kapanpun ada penghuni yang terlalu banyak dia akan menghilang dengan satu atau dua murid dan pergi untuk membuka perguruan lainnya di tempat lain. “Aku sangat ingin bertemu dengannya,” Visvamitra berkata. Lalu brahmacari itu membawanya ke hadapan Vasistha. Vasistha sedang membuat benang dari kapas. Dia sedang mengenakan sebuah gamsha di sekeliling pinggangnya dan yang lainnya di sekeliling pundaknya. Kaushika telah datang dengan banyak perhiasan dan mahkota emas, lalu dia masuk ke sana dan melepaskan mahkotanya, dan menyentuh kaki Vasistha. Kemudian ia berkata, “aku Kaushika dan aku sedang dalam perjalanan berburu. Aku membawa seratus anak yang aku tinggalkan di jalan besar dan aku datang ke sini hanya untuk bertemu denganmu. Jadi mohon anda memberikan karunia kepada kerajaanku.” Vasistha berkata, “bagaimana mungkin kau datang ke asramaku dan pergi tanpa makan besar?” Visvamitra melihat rumah dengan atap yang terbuat dari ilalang, lantai dengan kotoran sapi dan seluruh asrama yang hanya tiga atau empat rumah. “Anda akan memberikan saya sebuah hidangan besar?” Visvamitra bertanya “Bagaimana saya makan tanpa putra-putra saya?” “Tidak, tidak, putra-putramu, pasukanmu, istanamu, semuanya bawa mereka ke sini” “Tetapi di mana mereka akan duduk? Anda hanya memiliki empat pondok.”. “Bawa mereka ke sini,” Vasistha berkata dengan sangat tegas. “Jika aku tidak membawa mereka, maka aku akan dikutuknya,” Visvamitra berpikir, jadi dia kembali kepada putra-putranya.
“Kalian semua ikutlah denganku ke asrama itu,” dia memberitahukan mereka. “Anda pasti becanda!” putranya menjawab. “Jika kita semua datang ke asrama itu, kita akan hancur. Tidak ada tempat di sana.” Lalu Visvamitra berkata, “resi agung ini telah memintanya, jadi kita harus ke sana.” Mereka berpikir, “bahkan jika kita melewati asrama itu, suara kereta kita ini akan membuat atap rumah itu runtuh.” Kereta mereka sangat besar dengan delapan belas kuda di masing-masing kereta. Kaushika berkata, “Aku tidak mau dikutuk, jadi ayo kita turun ke sana.” Begitu mereka turun ke lembah itu mereka melihat ada sebuah kota di sana. Istana-istana, jalan-jalan, dan kolam renang. Orang-orang keluar dari kota, tiba-tiba ada sebuah kota, dan Kaushika berpikir, “Ini sangat luar biasa. Hanya sesaat saya mengedipkan mata ada sebuah kota besar di sini. Ini lebih besar dari Mahismati, ibukota negeriku! Lihatlah istana-istana ini!” Mereka semua melihatnya dan bertanya-tanya, kemudian Vasistha datang dan berkata, “apa yang kau lakukan ? anda semua harus pergi dan mandi. Pesta hidangan besar telah disiapkan. Itu akan dingin.” Kemudian setelah mereka mandi mereka datang dan ribuan dari mereka duduk pada sebuah halaman rumput yang luas. Mereka tidak melihat ada piring atau apapun di hadapan mereka, dan Vasistha membuat mereka duduk dalam barisan. Visvamitra berkata, “benda apa yang akan anda berikan kepada kami, dan bagaimana anda akan melayani?” Vasistha menjawab, “Anda dapat memikirkan piring apapun yang anda suka, dan anda pikirkan jumlah makanan sebanyak yang kalian suka, dan anda akan mendapatkannya.” Visvamitra berpikir, “piring berlian”. Boom! Dan piring berlian pun ada di sana. Dan apapun yang ia suka pada saat itu juga datang, setumpuk demi setumpuk dan mereka terus makan dan makan, tetapi tetap makanan itu terus datang lagi dan lagi, dan mereka telah memakan semua jenis makanan yang pernah mereka dengar. Seseorang berkata, “apa yang Indra makan di hari ulang tahunnya, aku ingin itu.” Lalu ia mendapatkannya. setiap orang mendapatkan apa yang diinginkannya. Mereka menjadi sangat puas, kemudian mereka ingin melihat sebuah tarian. “Tarian apa yang ingin kalian lihat?” Vasistha bertanya pada mereka. Visvamitra berkata, “Tarian yang dilihat oleh Narayana di Svetadvipa, aku ingin melihat itu.” “Baiklah anda dapat melihatnya,” Vasistha menjawabnya. Dengan segera ada sebuah panggung. Dan sebuah panggung yang sangat indah seperti di angkasa Vaikuntha. Dan Visvamitra menjadi sangat iri hati. Dia berpikir,”Apa ini? Seorang baba (Yogi) , ia memiliki begitu banyak kemewahan, aku seorang raja, dan aku terlihat seperti seorang pengemis di hadapannya.” Lalu ia menghampiri Vasistha dan bertanya, “Tolong katakan padaku, apa sumber dari kemewahan anda? Aku yakin bukan karena janggut ini.” Vasistha menjawab, “Tidak, ini bukan karena janggutku, ini karena sapiku.” Dan kemudian ia menepukan tangannya dan ia berkata, “Kama-dhenu, ke sini.” Dan kemudian seekor kama-dhenu datang. Sapi ini memiliki ekor yang panjang seperti janggut, dan bulu merak di punggungnya. Sapi itu memiliki payudara seorang manusia wanita di dadanya dan badan seekor sapi. Dan di seluruh badannya adalah potensi dari semua dewa. Sapi ini datang ketika lautan susu di aduk untuk nektar, dan diberikan kepada Vasistha oleh Tuhan Yang Maha Esa, karena ia melakukan korban suci yang luar biasa sehingga ia membutuhkan banyak harta benda, dan meskipun mereka terkadang memilikinya, mereka akan mengatakan bahwa mereka tidak memilikinya. Jadi Tuhan memberikan sapi ini. “Kau bisa mendapatkan apapun dari sapi ini.” Visvamitra berkata, “Aku akan memberikan sejuta sapi biasa. Kau berikan sapi ini padaku.” Vaisistha berkata, “Anda pasti orang bodoh. Sejuta sapi biasa, mengapa aku harus berpikir memberikanmu sapi spesial ini. Jika kau memberikan aku sejuta kama-dhenu maka aku akan berpikir untuk memberimu sapi ini.” “Tetapi kau tahu,” Visvamitra berkata, “berdasarkan sastra, apapun yang ada di tanah ini adalah milik raja, dan aku adalah raja jadi ini adalah milikku.” Vasistha berkata, “Lihatlah Kama-dhenu lagi, Kaushika.” Visvamitra melihat sapi itu dan menyadari bahwa sapi itu berada satu meter di atas tanah. “Sapi ini bukan milikmu, “ Vasistha berkata. “hanya jika sapi ini menyentuh tanah, sapi ini menjadi milikmu.” Jadi Visvamitra dikalahkan. Dia berkata kepada Vasistha, “lihat, anda mungkin memiliki begitu banyak tapovalam, tetapi aku seorang ksatriya dan aku memiliki begitu banyak kekuatan, seratus orang putra. Aku tidak bermaksud meminta sapi itu padamu, aku hanya ingin mengambilnya.
Jadi ia pergi ke belakang kama-dhenu dan mulai menarik, dan seratus putranya membantunya. “Apa yang kau lakukan?” Sapi itu berkata kepada Vasistha. “Kau adalah pelindungku, dan kau tidak melakukan apapun. Mleccha ini membawaku pergi.” Kaushika berkata, “Kau menyebutku seorang mleccha?” “Ya kau sedang mengambil harta milik seorang brahmana, jadi kau adalah seorang mleccha paling tidak saat ini, atau di kehidupan selanjutnya kau akan menjadi seperti itu. Mengapa kau melakukan hal ini? Ini adalah hal bodoh, dan bahkan Tuhan tidak bisa toleransi akan hal ini, kau akan habis. Seluruh dinastimu akan berakhir, inilah kutukanku.” Visvamitra berkata, “Kau adalah seekor sapi, jadi jangan berbicara banyak. ikut saja denganku.” Kemudian Vasistha berkata, “Jangan lakukan hal ini. Sapi itu tidak menyukainya. Jika ia menyukainya, maka kau dapat membawanya, tetapi ia tidak menyukainya.” Tetap Vasistha menjaga kemarahannya di dalam, dan tidak menunjukannya. “Kau diamlah,” Kaushika berkata. “Aku akan membawa sapi ini.” Vasistha berkata, “Dimana seratus putramu? Aku akan menunjukan kekuatanku pada mereka karena aku tidak ingin menghabisimu. Jika kau masih hidup kau dapat menghasilkan seratus putra lainya. Tunjukan putra-putramu.” “Ini putra-putraku,” Kaushika berkata, dan kemudian Vasistha melihat mereka dan mereka semua menghilang. Dan kemudian ia berkata, “Kaushika, apakah kau juga ingin menjadi tumpukan debu? Maka sebaiknya kau pergi dari ku.” Kemudian Kaushika, dalam kebencian yang besar pergi meninggalkan asrama. Dia pergi ke Himalaya dan melakukan pertapaan selama tiga ratus tahun untuk memuaskan Mahadeva. Dewa Siva datang, dan bertanya kepada Kaushika, “Karunia apa yang kau inginkan ?” Ada satu hal besar dari karunia dewa Siva. Jika kau mendapatkan karunia darinya, hal itu hanya untuk kehancuranmu. Karunianya hanya akan menghancurkan, itu tak akan memberikan hal baik apapun. Kecuali kau meminta cinta kasih kepada Tuhan, atau cinta bhakti, tetapi jika seseorang mendekati Siva umumnya ia tidak meminta hal ini. Jadi Siva bertanya “Karunia apa yang kau inginkan?” Atau dengan kata lain, bagaimana kau ingin dihancurkan? Kemudian Kaushika berkata, “Aku harus memiliki semua senjata luar biasa. Semua senjata yang dimiliki Indra, Agni, Varuna, semua senjata itu harus ddatang ke dalam pikiranku, dan aku harus dapat mengendalikan mereka semua. Aku harus menjadi seorang rajarishi.” Ya, kaulah Rajarishi,” Siva berkata. “Sekarang berhenti melakukan pertapaan, karena itu membakar tubuhku. Pergi.” Kemudian Vsivamitra segera terbang ke asrama Vasistha. Vasistha sedang mandi minyak, sedang dipijati minyak di tubuhnya. Ketika seseorang sedang diminyaki pada tubuhnya anda seharusnya tidak berbicara dengannya atau bercakap-cakap dengannya. Kasuhika bahkan tidak memberikannya tantangan atau apapun juga, dia dengan segera menyerang dengan semua senjata itu kepada Vasistha. Vasistha masih duduk di sana sedang mendapatkan minyak di tubuhnya, dan hal pertama yang di lempar Visvamitra adalah sebuah brahmastra. “Tiba-tiba begitu banyak panas minyak mustard ini,” Vasistha berkata.”Ini tidak begitu panas!” Kemudian Vasistha melihat melewati pundaknya dan melihat brahmastra. “Oh Tuhan-ku! Apa yang ia lakukan? Siapa yang mengajarkannya menggunakan senjata ini? Dia tidak tahu di mana menempatkan senjata itu! Dia melamparnya ke sini, tetapi aku sedang dipijati minyak di sini. Kaushika hentikan kebodohan ini!” Kemudian datang Agniastra, dan kemudian Vayuastra. Mereka datang satu demi satu. “Ini berlebihan,” Vasistha berkata dan ia melihat di sekitarnya. Dia melihat tongkat berjalannya, yang sudah lapuk, lalu ia mengambil itu dan melemparnya keluar. Kemudian ia melanjutkan pemijatannya. Tongkat itu keluar dan menghadapi brahmastra. Brahmastra itu menyentuh tongkat itu , dan senjata itu menjadi seperti es dan jatuh. Kemudian datang Agniastra, yang menghasilkan begitu banyak api, dan semua pohon menjadi terbakar, tetapi ketika berhadapan dengan tongkat itu, senjata ini juga menjadi dijatuhkan. Kemudian datang Vayu astra, dan semua senjata yang ia pelajari dari dewa Siva semuanya menjadi tidak berguna, dijatuhkan oleh tongkat ini. Kemudian tongkat ini mulai bergerak menuju Visvamitra, lalu Visvamitra pun pergi kabur. Begitu ia melintasi area asrama Vasistha, tongkat itu turun dan Vasistha menenangkannya. Kemudian Visvamitra duduk dan berpikir, “Itu hanya tongkat yang ia gunakan untuk berjalan, apa yang terjadi jika ia menggunakan panahnya? Apa yang kemudian terjadi padaku? Rajarishi ini tidak bagus, aku akan menjadi brahmarishi.”
Lagi ia pergi ke Himalaya, dan melakukan tapasya untuk waktu yang lama, sehingga Brahma datang padanya. “Apa yang kau inginkan?” Brahma bertanya. “Mengapa anda membuat aku bermasalah seperti ini?” “Aku ingin menjadi seorang brahmarishi,” Visvamitra berkata. Brahma berkata, “Baiklah aku Brahma, dan aku menyebutmu seorang resi, jadi kau adalah seorang brahmarishi. Kau akan menjadi puas.” Visvamitra berkata, “Tidak, Vasistha yang harus berkata seperti itu.” Lalu Brahma membawa Visvamitra kepada Vasistha dan berkata, “Tolong panggil dia brahmarishi.” Vasistha melihatnya dan berkata, “Sebuah tapasya yang hebat telah kau lakukan! Bagaimana pun juga kau adalah seorang ksatriya, kau seharusnya menikmati indria-indriamu. Hanya dengan perlawananku, kau telah menjadi seorang resi agung. Mengapa brahmarishi? Kau adalah seorang Jnanarishi, resi bagi orang-orang suci. Kau seharusnya dipuja olehku. Sekarang Visvamitra, hentikan pertapaanmu.” Lalu Visvamitra menghentikan pertapaannya di sana, dia terkenal sebagai brahmarishi dan pergi berkeliling.
Kisah Tri-shanku
Sekarang Tri-shanku, yang berada di dalam dinasti Iskvaku yang tiba-tiba mengembangkan keinginan untuk pergi ke planet-planet surga dengan badan ini. Lalu ia pergi kepada Vasistha yang telah menjadi gurunya, Vasistha adalah guru bagi begitu banyak generasi.” Mohon guruku, kirim aku ke planet-planet surga.” Vasistha berkata, “Ya aku dapat mengirimmu ke surga. Lakukanlah beberapa kegiatan saleh, di kehidupan selanjutnya kau akan pergi ke sana.” Tri-shanku berkata, “Tidak, bukan di kehidupan selanjutnya, di kehidupan sekarang.” Vasistha berkata, “Kau mati di kehidupan ini, dan kemudian di kehidupan selanjutnya kau dapat pergi ke surga.” Tidak, aku tidak ingin menunggu. Aku ingin pergi dengan tubuh ini.” Vasistha bertanya, “Di mana kau mendapatkan ide gila ini?” Tri-shanku menjawab, “Aku adalah seorang yang sangat saleh. Aku telah melakukan begitu banyak hal-hal yang baik, dan tidak ada keluhan apapun terhadapku. Mengapa anda tidak mengirim diriku?” Vasistha berkata, “Itu bagus, kau adalah seorang yang saleh, seorang raja agung. tetapi planet-planet surga tidak bisa di capai dengan tubuh ini.” Tri-shanku berkata, “Tetapi anda mampu mengatur sesuatu, anda adalah seorang resi yang agung.” Vasistha menjawab, “Tidak, aku tidak bisa mengatur apapun, aku hanya mengikuti aturan Tuhan.” Vasistha berkata, “Jika anda adalah orang yang dapat mengatur, lalu guru macam apa kau ini?” Vasistha berkata, “Baiklah jika kau tidak ingin menjadi muridku aku akan pergi. Aku tidak akan mengajarkan dinasti Iksvaku lagi.” Vasistha mengambil dandanya dan jalan keluar. Kemudian Tri-shanku mengingat bahwa Vasistha juga memiliki seratus putra dan mereka semua sedang melakukan sejenis tapasya di suatu tempat di India Selatan, jadi ia pergi ke India selatan dan bertemu putra-putra ini. Ia bertanya pada mereka, “Tolong kirim aku ke surga dengan tubuh yang sama ini.” “Hal bodoh apa ini? Kamo tidak dapat melakukan hal ini,” Putra-putra itu menjawab. “Ayah anda juga mengatakan hal yang sama.” Putra-putra itu berkata, “Maksudmu ayah kami mengatakan hal itu tidak dapat dilakukan dan sekarang kau datang kepada kami?” Tri-shanku berkata “Ya, karena murid-murid muda senang untuk melakukan hal yang evolusioner ini.” Putra-putra itu berkata, “Ya, kami akan melakukan beberapa evolusi, kau menjadi seorang chandala.” Lalu mereka mengutuknya, dan tiba-tiba seluruh tubuhnya berubah menjadi hitam. Bahkan cadarnya yang keemasan berubah menjadi hitam. Semua perhiasan emasnya berubah menjadi perhiasan besi. dan wajahnya berubah menjadi jahat. Lalu ketika ia kembali ke Ayodhya, orang-orang menertawainya dan menendangnya keluar negeri. Kemudian ia berkelana di hutan dan suatu hari ia melihat seorang resi sedang berdiri dengan satu kaki. Itulah Kaushika, Visvamitra, sedang melakukan pertaaan lainnya sekarang. Dia datang padanya dan berkata, “Anda begitu bersinar, seperti dewa Matahari.” Kaushika berkata, “Katakan apa maumu. Dan kau terlihat sedikit seperti seorang chandala, tetapi di sisi lain kau berbicara seperti seorang keluarga kerajaan.” Sang raja menjawab, “Aku adalah Tri-shanku dari dinasti Iksvaku. Aku telah dikutuk oleh putra-putra Vasistha.” Begitu ia mendengar nama Vasistha, ia menjadi panas. “Mengapa ia mengutukmu? Siapa mereka berani mengutukmu?” Sang raja berkata, “Aku hanya meminta mereka hal kecil.” “Apa yang kau minta?” Visvamitra bertanya. “Aku meminta mereka jika aku dapat pergi ke planet-planet surga dalam tubuh ini, dan kemudian mereka mengutukku.” Visvamitra berkata, “Apa? Kau ingin pergi ke planet-planet surga dalam tubuh ini? Dari mana kau mendapatkan ide ini?” Sang raja menjawab,” Suatu pagi aku bangun, dan aku berpikir seperti itu.” Visvamitra berkata, “Lihat apa yang terjadi padamu dengan memiliki ide seperti itu?” Sang raja berpikir bahwa Visvamitra menjadi tenang, ini tidak baik. Lebih baik aku membuatnya panas lagi. Sang raja berkata, “Vasistha itu berkata bahwa tidak ada seorang pun yang mampu melakukannya.” Visvamitra berkata, “Apa? Ulangi lagi.” “Dia berkata, tidak ada seorang pun yang dapat melakukannya.” Visvamitra menjawab, “Siapa yang mengatakan tidak ada seorang yang mampu melakukannya?” Aku dapat melakukannya.” Kemudian Visvamitra mengirim pesan kepada semua resi, dengan berkata, “Aku sedang melakukan yajna, jadi kalian datanglah. Aku ingin bertanya meminta kepada para dewa untuk dapat membuatnya seperti itu.” Semua resi datang karena mereka takut kepada Visvamitra, bahwa ia akan mengutuk mereka juga. Jadi mereka datang ke sana, mereka semua sedang melakukan yajna dan mereka begitu takut.
Kemudian para dewa datang. Indra mendekati Visvamitra dan bertanya, “sekarang apa tujuan dari yajna ini? Apa yang kau butuhkan?” Visvamitra menjawab, “Kami ingin orang ini pergi ke surga.” Indra berkata, “Begitu banyak orang datang ke surga, aku tidak keberatan.” “Tidak, tidak”, Visvamitra menjawab, “Seperti ini.” Indra bekata, “Apa? seperti ini?Tidak, itu tidak mungkin. Aku tidak bisa membiarkannya masuk seperti ini. Aku tidak dapat melakukannya.” Visvamitra protes, “Tetapi ini adalah kasus spesial.” Indra berkata, “Tidak, tidak ada kasus spesial. Aku tidak dapat melakukannya.” Visvamitra berkata, “Baiklah, jika aku tidak dapat melakukannya dengan yajna aku akan melakukannya dengan pertapaanku.” Lalu dia mengambil srhuva, sendok yang ia gunakan untuk menyiramkan ghee, dan ia menyentuh Tri-shanku dan berkata, “Baiklah, Tri-shanku terbanglah ke surga dengan kekuatanku.” Kemudian Tri-shanku menghilang dari planet bumi, dan ia terbang, terbang melewati luar angkasa. Indra kembali ke planetnya, dan semua orang berkata, “Indra lihat siapa yang datang. Itu Tri-shanku.” “Tri-shanku?” Indra berkata dengan tidak percaya. Kemudian ia mengambil Vajranya dan memukul punggungnya dan Tri-shanku kembali dengan kecepatan penuh. Visvamitra duduk di sana dengan damai dan Tri-shanku menangis, “Visvamitra, tolong aku!” Visvamitra berkata, “Kau tidak kembali, kau pergi ke surga!” Visvamitra kemudian menggunakan beberapa kekuatannya lagi dan mengirimnya kembali ka atas. Lalu Indra mengirimnya kembali, dan Visvamitra mengirimnya kembali, dan Indra mengirimnya kembali lagi. Ketiga kalinya ia pergi ke surga Tri-shanku berkata, “Aku tidak ingin pergi ke surga! Lebih baik aku pergi ke neraka ! apapun yang lebih baik dari ini. Apa yang aku lakukan di luar angkasa? Kau mengirimku juga, tetapi tolong hentikan ini!” Visvamitra berkata, “Tidak, aku telah berjanji padamu. Janji itu harus terjaga, bahkan jika kau tidak menginginkannya. Kau harus pergi ke surga!” Dan ia mengirimnya kembali. Indra berkata, “Aku tidak menginginkanmu,” Dan ia menendangnya kembali. Pada saat ini Tri-shanku berkata, “Ku mohon Visvamitra, aku tidak menginginkan surga. Aku sadari sekarang sangat buruk berpikir seperti itu. Aku hanya ingin menjadi raja di suatu tempat. Aku mau menjadi pengemis di mana saja. Berhentilah mendorongku seperti ini.” Visvamitra berkata, “Tidak, jika mereka tidak mengijinkanmu masuk ke dalam surga, aku akan menciptakan surga untukmu. Jadi ia menciptakan sebuah surga, ia menciptakan para dewa, ia menciptakan Indra, ia menciptakan Airavata, ia menciptakan segalanya dengan tapovalamnya, dan pertapaannya selesai. Sekarang, planet ini juga harus memiliki orbit. Tidak ada lagi tapovalam, jadi bagaimana kita akan menempatkannya dalam orbit? Kemudian seluruh surga mulai turun ke bumi, karena hal di sanalah surga itu diciptakan. Visvamitra berkata, “Oh Tuhan-ku! Sekarang surga akan turun dan segalanya akan berakhir! Apa yang harus aku lakukan?” Kemudian ia mengangkat tangannya dan berkata, “Hari ! Hari!” Tuhan muncul dan bertanya, “Visvamitra apa masalahnya? Biasanya kau memanggil Brahma, kau tidak pernah memanggil-Ku. Apa yang terjadi denganmu?” Visvamitra berkata, “Lihat, lihat! Tolong lakukanlah sesuatu, itu sedang turun! Tuhan berkata”Apa itu? Apa yang jatuh?” Visvamitra menjawab, “itu ciptaanku.” “ Oh itu ciptaanmu!” Visnu menjawab. “jadi kau peliharalah hal itu, aku pergi” “Tidak, tidak tidak ! jangan pergi, tolong lakukanlah sesuatu. Aku hanya menciptakaannya, aku tidak dapat memeliharanya.” Lalu Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam surga itu. surga ini dikenal sebagai Tri-shanku Svarga, dan masih ada. Tuhan menempatkan Tri-shanku di sana untuk memuaskan Visvamitra. Dan kemudian Visvamitra terselamatkan, kalau tidak planet surga ini akan turun dan akan membakar planet bumi dan segala hal lainya akan juga ikut terbakar. Kemudian Narayana berkata, “Jangan pergi ke wilayah ini. Wilayah-Ku adalah sebuah wilayah yang sulit, menciptakan, memelihara dan menghancurkan. Inilah pekerjaan-Ku. Kau lakukan saja tapasya, dan berikan karunia kepada orang-orang. Jangan mencoba menjadi Hari atau akan ada masalah.” Visvamitra menjawab, “Aku telah menyadarinya sekali dan untuk semua. Aku tidak akan melakukan hal ini lagi.” Kemudian Tuhan menjadi begitu puas dengannya karena penyerahan dirinya yang segera, dan Beliau berkata, “Aku akan menjadi murid anda di Treta-yuga.” Jadi dengan cara ini Ramachandra menjadi murid Visvamitra.