Oleh Sri Srimad Gour Govinda Swami Maharaja
Kita telah datang dan bergabung di dalam masyarakat kesadaran Krishna ini, gerakan Mahaprabhu. Kita telah menerima guru dan telah mengucapkan nama suci. Kita mungkin telah mengucapkan Siksastaka setiap hari. Tetapi masih saja kita memiliki rasa bangga. Kebanggaan ini datang dalam beragam bentuk: “Apakah kau tidak tahu siapa aku? Aku penyembah senior! Aku telah berada selama bertahun-tahun di dalam perkumpulan ini. Tidakkah kau tahu itu?” Inilah sevara-dhamba, rasa bangga di dalam kedudukan pelayanan seseorang. Meskipun kita mengucapkan trnad api sunicena, meskipun kita telah sering kali mendengar tentang bahaya dari rasa bangga ini, masih saja dhamba ini datang kepada kita. Kita tidak dapat menghilangkannya. “Tidak kau tahu? Aku telah melakukan ini, ini dan ini dan ini. Aku telah membuka begitu banyak temple.” “Aku adalah presiden temple.” Aku adalah managernya.” Aku adalah GBC, guru besar, acarya.” Inilah rasa bangga, sevara-dhamba.
Juga, kau akan menemukan beberapa vaisnava yang telah melepaskan ikatan keluarga dan harta benda material mereka. Mereka telah melepaskan segalanya. Tetapi mereka memiliki tyagera-dhamba, rasa bangga di dalam pengekangan diri mereka: “Aku seorang tyagi besar, pertapa yang besar. Aku telah melepaskan hal ini dan hal ini. Apakah ada orang yang seperti itu?” Mereka mungkin berkeliling di Vrindavana, hidup hanya dengan mengemis, hanya mengumpulkan madhuri bhiksa, dan masih saja mereka memiliki rasa bangga seperti itu, dhamba. Siapakah yang bebas dari rasa bangga? Rasa bangga datang kepada kita dalam beragam bentuk. Jadi bagaimana kita dapat menjadi rendah hati, trnad api sunicena? Bagaimana pengucapan nama suci kita menjadi murni dan tanpa kesalahan? Bagaimana kita bisa mendapatkan karunia Mahaprabhu? Bagaimana kita dapat mengembangkan krsna-prema?
Krishna begitu murah hati, suhrdam sarva-bhutanam- Dia adalah teman yang mengharapkan kesejahteraan kita, teman bagi semua makhluk hidup dan khususnya teman bagi penyembahNya yang terkasih. Mereka yang telah menjadi penyembahNya, yang benar-benar sangat terkasih bagiNya. Jika penyembahNya mengembangkan sedikit rasa bangga, Krishna menghancurkannya. Itulah karuniaNya.
Di dalam Srimad Bhagavatam (10.31.6) kau akan menemukan bahwa disaat tarian rasa, rasa-krida, sedang berlangsung, tiba-tiba Krishna menghilang. Para gopi merasa sangat menderita, merasakan rasa sakit perpisahan dari Krishna. “Di mana Krishna? Di mana Krishna?” Mereka tidak dapat melihatNya. Bhagavatam menjelaskan bahwa para gopi menangis dan mengucapkan sloka berikut:
vraja-janarati-han vira yositam
nija-jana-smaya-dhvamsana-smita
bhaja sakhe bhavat-kinkarih sma no
jalarhananam caru darsaya
“Oh Kau yang telah menghancurkan penderitaan penduduk Vraja, O pahlawan bagi semua wanita, senyumMu menghancurkan rasa bangga yang palsu dari para penyembahMu. Mohon, Teman tersayang, terimalah kami sebagai pelayan-pelayanMu dan tunjukan kepada kami wajah padmaMu.”nija-jana-smaya-dhvamsana-smita
bhaja sakhe bhavat-kinkarih sma no
jalarhananam caru darsaya
Para gopi mencari di semua tempat untuk Krishna. Mereka pergi ke setiap rumah kecil di taman, di setiap tanaman merambat dan setiap pepohonan, bertanya, “Apakah kau melihat Krishna? Apakah kau melihat Krishna?” Menangis, vraja-janarti-han – “O Krishna, penghancur penderitaan para penduduk Vraja!” vira sositam – “O Krishna, pahlawan tertinggi bagi semua gadis-gadis Vrajabhumi!” Kemudian mereka mengatakan nija-jana-smaya-dhvamsana-smita. Frase ini sangat penting: Nija-jana berarti orangMu sendiri – “O Krishna, Kau menghancurkan rasa bangga pada mereka yang sangat terkasih bagiMu.” Para gopi berdoa, “Kami mungkin telah mengembangkan sedikit rasa bangga; untuk itulah Kau menghilang dan telah meghancurkan rasa bangga kami. Menghilangnya DiriMu telah menempatkan kami di dalam ratapan dan penderitaan.” Kemudian mereka berkata, bhaja sakhe bhavat-kinkarih sma no jalaruhananam caru darsaya – “O Krishna, wajahMu yang tampan selalu tersenyum. O teman, kami semua adalah pelayan-pelayanMu. Mohon, mohon tunjukan wajah tampanMu yang seperti bunga padma kepada kami.”
Dengan demikian, jika kebetulan para penyembah terkasih Krishna mengembangkan sedikit rasa bangga, maka Krishna menghancurkannya. Itulah arti dari sloka ini.
Sumber: Krishna Kathamrta Bindu Edisi 231, 22 July 2010
mengapa aku perlu diagungkan sedangkan aku dilahirkan melalui lubang rahim yang bertumpang keluarnya najis kencing, darah haid. ah malunya aku. aku adalah manusia.
BalasHapusMerendahkah hati untuk membesarkan jiwa kita... Haribolo
BalasHapus