Cerita pendek Srila Prabhupada
Ada sebuah cerita tentang seekor tikus yang mendekati orang suci. Ia berkata
Tikus : “Tuan, saya datang pada anda untuk minta pertolongan.”
Orang suci :“Apakah itu”.
Tikus : “Karena saya seekor tikus, kucing-kucing telah memberi saya banyak masalah, saya tidak bisa hidup dengan damai karena kehadiran kucing-kucing itu.”
Lalu orang suci itu bertanya
Orang suci : “Kau ingin menjadi apa?”
Tikus : “Saya ingin menjadi seekor kucing”
Orang suci : “Baik, jadilah seekor kucing”
Tikus itu pun berubah menjadi seekor kucing, kemudian setelah beberapa waktu ia datang lagi
Tikus : “Tuan, saya masih saja terganggu.”
Orang suci : “Kenapa?”
Tikus : “Anjing-anjing itu telah menggangu saya”
Orang suci : “Lalu apa yang kau inginkan?”
Tikus : “Sekarang jadikanlah saya seekor anjing.”
Orang suci : “Baiklah jadilah kau seekor anjing.”
Setelah berubah menjadi anjing, beberapa waktu kemudian ia kembali lagi
Tikus : “Mereka masih menggangu saya tuan.”
Orang suci :”Apa yang kau inginkan?”
Dengan cara seperti itu perubahan demi perubahan terjadi, pada akhirnya ia memohon kepada orang suci itu untuk dijadikan seekor Harimau. Kemudian orang suci itu berkata
Orang suci : “Baik, jadilah seekor Harimau.”
Lalu ketika tikus itu telah berubah menjadi seekor harimau, matanya mulai menatap ke arah orang suci itu. Orang suci itu berkata
Orang suci : “Apa maksudmu ini?”
Tikus : “ Saya harus memakan anda”
Orang suci :” Oh, kau ingin memakanku? Baiklah punar musiko bhava,,jadilah seekor tikus lagi. Kau telah menjadi seekor Harimau, dan kau ingin memakanku, maka kau kembali menjadi tikus.”
Jadi seperti itulah peradaban kita, bahwa dalam proses bertahap sebuah evolusi kita telah sampai pada bentuk manusia. Bentuk manusia ini dimaksudkan untuk mengerti Tuhan, tetapi mereka telah melupakan Tuhan. Untuk itulah tahapan selanjutnya punar musiko bhava “Jadilah seekor monyet” hal itu sedang menunggu kita.
Tikus : “Tuan, saya datang pada anda untuk minta pertolongan.”
Orang suci :“Apakah itu”.
Tikus : “Karena saya seekor tikus, kucing-kucing telah memberi saya banyak masalah, saya tidak bisa hidup dengan damai karena kehadiran kucing-kucing itu.”
Lalu orang suci itu bertanya
Orang suci : “Kau ingin menjadi apa?”
Tikus : “Saya ingin menjadi seekor kucing”
Orang suci : “Baik, jadilah seekor kucing”
Tikus itu pun berubah menjadi seekor kucing, kemudian setelah beberapa waktu ia datang lagi
Orang suci : “Kenapa?”
Tikus : “Anjing-anjing itu telah menggangu saya”
Orang suci : “Lalu apa yang kau inginkan?”
Tikus : “Sekarang jadikanlah saya seekor anjing.”
Orang suci : “Baiklah jadilah kau seekor anjing.”
Setelah berubah menjadi anjing, beberapa waktu kemudian ia kembali lagi
Orang suci :”Apa yang kau inginkan?”
Dengan cara seperti itu perubahan demi perubahan terjadi, pada akhirnya ia memohon kepada orang suci itu untuk dijadikan seekor Harimau. Kemudian orang suci itu berkata
Orang suci : “Baik, jadilah seekor Harimau.”
Lalu ketika tikus itu telah berubah menjadi seekor harimau, matanya mulai menatap ke arah orang suci itu. Orang suci itu berkata
Orang suci : “Apa maksudmu ini?”
Tikus : “ Saya harus memakan anda”
Orang suci :” Oh, kau ingin memakanku? Baiklah punar musiko bhava,,jadilah seekor tikus lagi. Kau telah menjadi seekor Harimau, dan kau ingin memakanku, maka kau kembali menjadi tikus.”
Jadi seperti itulah peradaban kita, bahwa dalam proses bertahap sebuah evolusi kita telah sampai pada bentuk manusia. Bentuk manusia ini dimaksudkan untuk mengerti Tuhan, tetapi mereka telah melupakan Tuhan. Untuk itulah tahapan selanjutnya punar musiko bhava “Jadilah seekor monyet” hal itu sedang menunggu kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar