Ucapkan:
Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare
Kamis, 31 Maret 2011
MENDEKATI GURU KEROHANIAN
Bhagavad-gītā As It Is 4.34
"tad viddhi pranipātena
paripraśnena sevayā
upadeksyanti te jñānam
jñāninas tattva-darśinah
"tad viddhi pranipātena
paripraśnena sevayā
upadeksyanti te jñānam
jñāninas tattva-darśinah
" Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru kerohanian. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu."
Penjelasan Srila Prabhupada : Jalan keinsafan diri tentu saja sulit. Karena itu, Krishna menasehati kita agar kita mendekati seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya dalam garis perguruan dari Tuhan Sendiri. Tidak seorangpun dapat menjadi guru kerohanian yang dapat dipercaya tanpa mengikuti prinsip garis perguruan rohani tersebut. Krishna adalah guru kerohanian yang asli, dan orang yang termasuk garis perguruan dapat menyampaikan amanat Krishna menurut aslinya kepada muridnya. Tidak ada orang yang menjadi insaf secara rohani dengan membuat proses sendiri, seperti yang telah menjadi mode di kalangan orang bodoh yang berpura-pura. Di dalam Bhagavatam (6.3.19) dinyatakan dharmam tu saksad-bhagavat-pranitam : jalan dharma diajarkan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa Sendiri. Karena itu, angan-angan atau argumentasi yang hambar tidak dapat membantu untuk membawa seseorang ke jalan yang benar. Seseorang juga tidak dapat maju dalam kehidupan rohani dengan cara mempelajari buku-buku pengetahuan sendirian.
Orang harus mendekati seorang guru kerohanian yang dapat dipercaya untuk menerima pengetahuan. Seorang guru kerohanian seperti itu harus diterima dengan penyerahan diri sepenuhnya, dan sebaiknya orang mengabdikan diri kepada sang guru kerohanian seperti hamba yang rendah, bebas dari kemasyhuran yang palsu. Memuaskan sang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya adalah rahasia kemajuan dalam kehidupan rohani. Pertanyaan dan sikap rendah hati merupakan gabungan yang benar untuk mencapai pengertian rohani. Kalau tidak ada sikap rendah hati dan pengabdian diri, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada sang guru kerohanian yang bijaksana tidak akan berhasil. Seseorang harus sanggup lulus ujian sang guru kerohanian dan apabila sang guru kerohanian melihat keinginan yang tulus di dalam hati sang murid, dengan sendirinya beliau menganugrahi murid itu dengan pengertian rohani yang sejati. Dalam ayat ini, mengikuti secara buta dan mengajukan pertanyaan-pertayaan yang tidak masuk akal, disalahkan. Hendaknya orang tidak hanya mendengar dengan tunduk hati dari guru kerohanian, tetapi ia juga harus mendapat pengertian yang jelas dari beliau, dalam sikap tunduk hati, pengabdian dan pertanyaan. Sewajarnya sang guru kerohanian sangat murah hati kepada muridnya. Karena itu, apabila sang murid tunduk dan selalu bersedia mengabdikan diri, maka balasan pengetahuan dan pertanyaan menjadi sempurna.
KEBAHAGIAAN DUNIAWI SAMA SEPERTI BAB (BUANG AIR BESAR)
Cerita pendek Srila Prabhupada
Suatu hari, istri sang raja melahirkan seorang anak laki-laki dan sang raja sorak-sorai bergembira. Pada saat itu, Gopala (Pelawak kerajaan) datang keruangan dan sang raja berkata “ Gopala, di saat-saat yang sangat menggembirakan ini, tolong katakan padaku, apa yang akan kau katakan? Katakan bagaimana sebenarnya yang kau rasakan saat ini.”
Gopala menjawab, “Terus terang saja, pada saat ini, saya sangat berbahagia setelah Buang Air Besar.”
“Gopala ! Bagaimana kau berkata hal seperti itu?” Sang raja merasa dipermalukan. “ Di saat yang menguntungkan ini, hanya itu yang kau katakan? Saya sangat jijik. Ini tidak lucu dan saya tidak terima candaanmu sama sekali.”
Setelah itu, hubungan antara sang raja dan Gopala renggang untuk beberapa waktu. Suatu hari, Gopal mendayung perahu sang raja di sungai ketika itu tiba-tiba sang raja mendapatkan panggilan alam (Sakit Perut).
Gopala berkata, “Di sisi ini ada sebuah wilayah hutan yang sangat lebat. Itu tidak cocok. Ayo kita pergi lebih jauh lagi ke bawah dan kita akan menemukan tempat yang lebih baik.”
Sang raja berkata, “Pergi ke pinggir !”
Gopala berkata, “bukan di sini. Ada bahaya. Ada beberapa perampok dan pencuri. Hidup anda mungkin dalam bahaya. ada sebuah tempat di depan.”
sang raja berkata, “Gopala, saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Cepat menepi !” Gopala pun menepi dan sang raja loncat keluar. Dia tidak dapat menahannya lagi. Ketika sang raja kembali, Gopala bertanya kepadanya, “Bagaimana perasaan anda?”
Sang raja menjawab, “Saya merasa bahagia setelah Buang Air Besar (BAB).”
Kemudian Gopala berkata, “Tidakkah kau ingat? Ini sama persis seperti keadaan saya, ketika anak anda lahir. Ketika anda bertanya pada saat itu apa yang saya rasakan, saya berada dalam keadaan yang sama seperti anda sekarang. Ketika itu saya telah mengatakan bagaimana perasaan saya, tetapi anda pikir saya menghina putra anda dan anda tidak pernah menghargainya. Sekarang apakah anda mengerti?”
SYARAT MELIHAT KRISHNA
Percakapan Narada dan Raja Pracinabarhi
Śrīmad Bhāgavatam 4.29.38
so 'cirād eva rājarse
syād acyuta-kathāśrayah
śrnvatah śraddadhānasya
nityadā syād adhīyatah
so 'cirād eva rājarse
syād acyuta-kathāśrayah
śrnvatah śraddadhānasya
nityadā syād adhīyatah
" Wahai yang terbaik di kalangan para raja, orang yang beriman, yang selalu mendengarkan tentang keagungan-keagungan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu tekun dalam pengembangan kesadaran Krishna dan tekun mendengarkan tentang kegiatan-kegiatan Tuhan, segera menjadi memenuhi syarat untuk bertemu muka dengan Personalitas Tuhan Yang Maha Esa."
Penjelasan Srila Prabhupada : Kesibukan senantiasa dalam pelayanan cinta kasih rohani kepada Vasudeva berarti mendengarkan tentang keagungan-keagungan Tuhan senantiasa. Prinsip-prinsip bhakti yoga- sravanam kirtanam visnoh smaranam pada-sevanam / arcanam vandanam dasyam sakhyam atma-nivedanam- adalah satu-satunya cara yang memungkinkan dicapainya kesempurnaan. Hanya dengan mendengarkan tentang keagungan-keagungan Tuhan, seseorang diangkat hingga kedudukan rohani.
TOLERANSI
Bhagavad-gītā As It Is Sloka 2.14
mātrā-sparśās tu kaunteya
śītosna-sukha-duhkha-dāh
āgamāpāyino 'nityās
tāms titiksasva bhārata
mātrā-sparśās tu kaunteya
śītosna-sukha-duhkha-dāh
āgamāpāyino 'nityās
tāms titiksasva bhārata
Penjelasan Srila Prabhupada: Dalam melaksanakan tugas kewajiban sebagaimana mestinya,orang harus belajar mentolerir suka dan duka yang muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu. Menurut aturan Veda, orang harus mandi pagi-pagi, bahkan selama bulan magha (Januari-Februari). Pada waktu itu dingin sekali (di India), tetapi walaupun demikian, orang yang taat pada prinsip-prinsip kerohanian tidak malas mandi. Begitu juga, seorang wanita tidak denggan masak ke dapur selama bulam Mei dan Juni, yaitu bulan terpanas selama musim panas (di India). Orang harus melaksanakan tugasnya tanpa mempedulikan kesulitan karena iklim. Begitu juga, bertempur adalah prinsip para ksatriya, dan walaupun seseorang harus bertempur melawan kawan atau sanak keluarga, hendaknya ia jangan menyimpang dari tugas kewajibannya yang telah ditetapkan. Orang harus mengikuti aturan dan peraturan prinsip-prinsip dharma yang telah ditetapkan agar ia dapat maju sampai tingkat pengetahuan, sebab hanya dengan pengetahuan dan bhakti saja seseorang dapat membebaskan dirinya dari cengkraman maya (khayalan).
Dua nama Arjuna yang digunakan di sini bermakna. Menyebutkan Arjuna dengan nama Kaunteya menunjukan hubungan keluarga yang mulia dari pihak ibunya; dan menyebutkan arjuna dnegan nama Bharata menunjukan kemuliaan Arjuna dari pihak ayahnya. Seharusnya Arjuna mempunyai warisan yang mulia dari kedua belah pihak keluarganya. Warisan yang mulia membawa tanggung jawab dalam hal pelaksanaan tugas sebagaimana mestinya; karena itu, Arjuna tidak dapat menghindari pertempuran.
Minggu, 27 Maret 2011
NAMA SUCI KRISHNA
Berdasarkan etiket Weda, seorang istri yang suci dan penuh kasih sayang tidak akan pernah mengucapkan nama suaminya. Jika mereka memiliki anak, sang istri mungkin akan berkata ”Oh, ayahnya Rama ada di sana?” Tetapi ia tidak akan pernah secara langsung mengucakan nama suaminya.
Advaita Acarya berkata, “Sebaiknya anda bertanya pada Mahaprabhu.” Jadi ketika Vallabhacarya menanyakannya Sri Caitanya Mahaprabhu menjawab, “ Seorang istri yang berbhakti akan melakukan apapun yang dikatakan suaminya. Oleh karena itu ketika sang suami berkata ‘ucapkan namaKu,’ maka istri yang berbhakti akan melakukannya, hare krishna hare krishna krishna krishna hare hare hare rama hare rama rama rama hare hare.” Dengan cara ini, di setiap kesempatan rasa bangga Vallabhacarya dihancurkan oleh Mahaprabhu dan dengan demikian ia mendapatkan karunia Mahaprabhu.
Śrī Caitanya Caritāmṛta Madhya 17.132
deha-dehīra, nāma-nāmīra krsne nāhi 'bheda'
jīvera dharma — nāma-deha-svarūpe 'vibheda'
"Tidak ada perbedaan antara badan Krishna dan DiriNya atau antara namaNya dan DiriNya. Tetapi sejauh mengenai roh terikat, nama seseorang berbeda dengan badannya, dengan bentuk aslinya dan seterusnya"
Krishna adalah kebenaran mutlak, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak ada perbedaan antara nama Krishna dan Krishna sendiri. Di dunia ini nama seseorang berbeda dengan badannya, kata 'gula' berbeda dengan wujud gula itu sendiri, anda tidak dapat merasakan rasa manis hanya dengan menyebutkan "gula, gula, gula". Tetapi nama Krishna identik dengan wujud Krishna, tidak ada perbedaan.
NAMA PRIMER DAN NAMA SEKUNDER
jada krtira paricaye nama yata
prakrtir gune gauna vedera sammata
srsti kartha paramatma brahma sthiti kara
jagat samharta pata yajnesvara hara
ei rupa rama, karma-jnana-kanda-gata
punya moksa dana kare sastrena sammata
namera ye mukhya-phala-krsna-prema-dhana
tara mukhya name matra labhe sadhugana
(Hari-nama Cintamani 17.45-46)
" Berdasarkan Veda, nama-nama sekunder (bersifat lebih rendah) dari Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna adalah yang ada kaitanya dengan dunia material, sebagai contoh :"God", "Pencipta alam semesta", "Paramatma", "Roh Yang Utama", "Brahman", "Pemelihara", Penghancur alam semesta", "Penyelamat", "Penguasa korban suci", dan "Yang mengambil / menghilangkan". Adalah beberapa nama sekunder dari Tuhan Yang Maha Esa."
Mereka yang terikat karma dan jnana menjadi saleh dan terbebaskan dengan mengucapkan nama yang bersifat lebih rendah, karena konsepsi mereka akan Tuhan juga sekunder atau bersifat lebih rendah.
" Nama-nama sekunder dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna disebutkan oleh mereka yang berada pada jalur karma dan jnana. Berdasarkan kitab suci, seseorang yang menyebut nama-nama itu mendapatkan kesalehan dan pembebasan. Di sisi lain hasil dari mengucapkan nama-nama utama Tuhan [Govinda, Gopala, Rama, Nandanandana, Radhanatha, Hari, Yasomati-prana-dhana, Madana-Mohana, Syamasundara, Madhava, Gopinatha, Vrajagopa, Rakhala, Yadava] adalah Krishna prema. Dengan cara ini, orang suci mencapai cinta kepada Tuhan dengan mengucapkan nama-nama utama Tuhan."
Ucapkanlah :
Kamis, 24 Maret 2011
EVOLUSI KESADARAN
Tujuan dari sistem Weda adalah untuk mengangkat seseorang dari keadaan bodoh ke keadaan kebaikan yang murni. Kebodohan adalah lawan dari kebaikan. Di dalam kebodohan, dipengaruhi oleh nafsu, kebencian dan keserakahan, seseorang menjadi dikhayalkan. Seorang manusia yang dikhayalkan tidak dapat mengerti apa adalah apa. Bukannya maju di dalam membuka rahasia kerohanian, seseorang menjadi semakin merosot. Di dalam kebodohan, seseorang tidak memiliki kebijaksanaan yang sempurna, juga tidak tahu apa itu kenikmatan yang sebenarnya. Dibingungkan oleh nafsu, seseorang berusaha keras untuk kesenangan yang menghasilkan penderitaan. Hanya di dalam kebaikan seseorang mampu untuk melihat sesuatu sebagaimana mestinya untuk keuntungan sejati seseorang.
Ada lima tingkatan kesadaran yang berbeda: yaitu
1. Avrta Cetana : Tertutup
2. Sankucita Cetana : Mengkerut
3. Mukulita Cetana : Kuncup
4. Vikacita Cetana : Mekar
5. Purna Vikacita Cetana : Mekar Sepenuhnya
Pada jalan kerohanian yang sejati, lima tingkatan penutup yang berbeda ini bertindak seperti tudung yang semakin terbuka, pada akhirnya membuka kesadaran sejati seseorang. Sebagai contoh, di pagi hari, terkadang disebabkan oleh kabut, langit tidak terlihat. Tetapi begitu matahari terbit di kaki langit, kabut, yang tidak memiliki keberadaan yang permanen, menghilang. Hal itu menjadi terwujud untuk beberapa waktu, dan kemudian hilang. Tetapi langit dan matahari selalu ada. Begitu juga, kesadaran dari sang roh terkadang dikaburkan oleh penutup-penutup yang berbeda tetapi tidak dapat dihancurkan. “Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu juga, makhluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat keinginan material [Bg. 3.38]”.
Kesadaran meliputi seluruh badan. seperti halnya matahari, meskipun berada di satu tempat, memenuhi seluruh alam semesta dengan sinar, begitu juga sang roh memenuhi seluruh badan dengan kesadaran. Seperti halnya harum dari bunga melintas ke sebuah tempat yang jauh dari sumbernya, begitu juga kesadaran yang berasal dari sang roh menyebar ke seluruh badan, dan tidak pernah terpisah dari sumbernya, sang roh. “Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada dalam seluruh badan tidak dapat dimusnahkan. Tidak seorangpun dapat menghancurkan sang roh yang tidak dapat dimusnahkan itu [Bg.2.17]”. Semua orang sadar akan rasa sakit dan kenikmatan dari badannya. Hal ini disebabkan karena kehadiran sang roh. Rasa sakit dan kenikmatan dari badan seseorang tidak diketahui oleh orang lain. Untuk itu, di dalam setiap masing-masing badan adalah roh individu yang berbeda.
Kesadaran mungkin tercermin oleh keadaan penutup material. Seperti halnya sinar putih yang tercermin melalui kaca berwarna mungkin akan nampak menjadi merah, biru, atau kuning. Begitu kaca berwarna ini diambil sinar putih tidak lagi berubah. Begitu juga, kegiatan material menutup kesadaran asli seseorang dan kegiatan rohani membangkitkan kembali kesadaran asli seseorang. Seperti halnya menggali sebuah sumur, air dibawa ke luar tetapi tidak diciptakan, jadi dengan kegiatan rohani sifat alami dari sang roh menjadi dibangunkan. Kotoran yang menyelubungi sebuah permata menghalanginya dari penghargaan di dalam kemuliaannya yang penuh. Dengan mencuci kotoran yang menutupi sebuah permata, akan membuka keindahannya yang sejati. Jadi, dengan menghilangkan kotoran kesadaran materialistis, kualitas murni sang roh ditunjukan. Keindahan sang roh tidaklah dibuat-buat, tetapi hanya dibangkitkan kembali.
Air adalah jernih, tetapi jika bahan kimia beracun ditambahkan, kualitas murninya menjadi rusak. Tidak ada keuntungan yang diperoleh dari meminum air seperti itu. Demikian juga, jika kesadaran seseorang tertutupi, seseorang tidak dapat memperoleh kepuasan sejati dalam kegiatannya maupun ketenangan pikiran. Pencerahan penuh dari sang roh dimungkinkan ketika Tuhan menghapus segel hati dan telinga serta penutup mata ini. Evolusi ke arah kesempurnaan dimulai ketika ada sebuah peralihan dari identifikasi pada material menjadi spiritual. Kesadaran yang tertutup dianggap material dimana seseorang melihat dirinya terpisah dari Tuhan. Dalam kesadaran yang berkembang, hubungan rohani seseorang dengan Tuhan dialami.
Berdasarkan kesusastraan Weda, jika seseorang mengikuti ajarannya, perkembangan seseorang melewati lima tingkat kesadaran yang berbeda: yaitu tertutup, mengkerut, kuncup, mekar, dan kesadaran yang mekar sepenuhnya. Ini disebut evolusi kesadaran. Di dalam tingkat pertama disebut kesadaran tertutup seseorang sadar makanan. Seorang anak atau seekor binatang puas hanya dengan mendapatkan makanan yang enak. Perhatian seseorang hanya pada makan dan tidur saja. Berdasarkan pada sistem Weda, seseorang yang hanya sibuk dalam merencanakan sebuah standar tinggi kehidupan materialistis yang terdiri dari makan dan berketurunan, tidak lebih baik dari binatang. “Binatang dan manusia keduanya berbagi kegiatan makan, tidur, berketurunan dan membela diri. Tetapi sifat khusus dari manusia adalah bahwa mereka mampu untuk menyibukan diri di dalam kehidupan rohani. Oleh karena itu tanpa kehidupan rohani, manusia ada pada tingkatan binatang [Hitopadesh].”
Di dalam tingkat kedua, yaitu kesadaran yang mengkerut, seseorang sadar bahwa dirinya ada. Pada tingkat pertama seseorang hanya sadar makanan. Di sini kesadaran seseorang lebih tinggi. Seseorang sadar akan badannya dan dia berkeinginan untuk melindunginya dari setiap bahaya yang mungkin ada. Jika seseorang dapat melanjutkan hidupnya tanpa menjadi binasa seseorang berpikir dirinya bahagia. Dalam konsep hidup badaniah, seseorang mengerti kehidupan dimaksudkan untuk kenikmatan indria-indria. Menyamakan diri dengan badan dan bertindak pada tataran badaniah adalah sebab dari penderitaan hidup. Seseorang hanya menginginkan untuk kenikmatan indria-indrianya dan semua kegiatannya terpusat pada tujuan ini. Pada tingkat kesadaran ini seseorang tidak dapat mentoleransi setiap ketidaknyamanan badaniah. Untuk memuaskan indria-indrianya dan mencapai kenyamanan material seseorang akan bekerja seperti binatang pembawa beban. Orang-orang seperti itu tidak ingin mengangkat jarinya untuk pelayanan kepada Tuhan.
Di dalam kesadaran yang mengkerut seseorang tidak ingin menyibukan pendapatan dan tenaga mereka untuk Tuhan. Seseorang hanya ingin menikmati hasil dari pekerjaan mereka untuk kepuasan indria-indria mereka sendiri. Orang-orang seperti itu disebut pekerja yang mengharapkan hasil. Di dalam Weda, Arjuna, awalnya, menolak untuk melaksanakan tugasnya. “Wahai pemelihara semua makhluk hidup, jangankan untuk bumi ini, untuk imbalan seluruh tiga dunia inipun saya tidak bersedia bertempur melawan mereka [Bg. 1.35]”.
Pada tingkat ketiga, kesadaran kuncup, seseorang menginsafi bahwa sejumlah besar harta material tidak dapat memberikan kebahagiaan yang sejati. Kesibukan yang berlebihan dari kenikmatan indria-indria, muncul rasa frustasi. Pada saat ini seseorang tidak lagi berhasrat untuk bekerja seperti binatang untuk mengumpulkan harta benda. Dia menjadi ingin tahu untuk mengerti penyebab dari penderitaan ini. Ketika seseorang maju dari tataran badaniah, seseorang mencapai tataran mental. Seseorang memiliki sebuah pendekatan filosofis tentang nilai-nilai kehidupan. Pada saat itu pikiran menjadi pusat dari kegiatan indria-indria. Seseorang menyamakan pikiran dengan dirinya.
Dari titik ini seseorang mencapai sebuah tataran yang lebih tinggi dari pertanyaan rohani. Proses seperti itu dikenal sebagai filosofi mencari kebenaran. “Semua kesibukan dalam tugas kewajiban pasti dimaksudkan untuk pembebasan tertinggi. Semua kesibukan itu hendaknya dilakukan bukan untuk mendapatkan keuntungan material. Lebih jauh lagi, menurut para resi, orang yang tekun dalam pelayanan tertinggi hendaknya tidak menggunakan keuntungan material untuk mengembangkan kesenangan indria.Keinginan-keinginan dalam hidup ini hendaknya tidak diarahkan pada kesenangan indria. Sebaiknya orang hanya menginginkan kehidupan yang sehat, atau perlindungan diri, sebab manusia dimaksudkan untuk bertanya tentang Kebenaran Mutlak. Semestinya tidak ada hal lain yang menjadi tujuan kegiatan mereka [SB 1.2.9-10]”.
Setiap manusia memiliki kemampuan untuk bertanya mengenai sifat kehidupan : “Kenapa saya di sini? Siapa Saya? Dari mana Saya berasal? Kemana Saya akan pergi?” Itu menjadi hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Semua hal lainnya menjadi sekunder. Mereka yang mulai bertanya kenapa mereka menderita, darimana mereka berasal dan kemana mereka harus pergi setelah kematian berada di luar tataran binatang. Inilah awal dari kehidupan manusia22. Pada saat itu kemajuan seseorang dari tataran badaniah menuju tataran mental yang dicirikan dengan sebuah pencarian filosofis untuk mengerti sifat yang sejati dari keberadaan seseorang. Alih-alih menjadi seorang pekerja yang mengharapkan hasil, yang hanya ingin menikmati hasil dari pekerjaannya, seseorang sampai pada tataran pengetahuan spekulatif.
Pada tataran pengetahuan spekulatif seseorang dianggap beribu-ribu kali lebih baik dari pekerja yang mengharapkan hasil yang tujuan utamanya hanyalah kenikmatan badaniah.
Pada tingkat keempat, seseorang naik di atas tataran mental pada sebuah pemahaman intelektual bahwa dia bukanlah badan ini tetapi roh yang suci. Dengan proses evolusi kehidupan filosofis, dia ditempatkan dalam tingkat keempat kesadaran yang mekar. Pengertian ini, bahwa seseorang adalah roh spiritual merupakan hal penting. Dengan keinsafan seperti itu seseorang menjadi bebas dari penderitaan. Seperti yang ditegaskan Weda, dia yang mengetahui sang roh melampaui kesedihan. Pada tataran intelektual seseorang disebut seorang ahli kebatinan. Seorang ahli kebatinan adalah orang yang diinisiasi ke dalam rahasia pengetahuan yang lebih tinggi.
Ilmu kebatinan adalah sebuah proses yang dilakukan melalui perenungan pada Yang Tertinggi. Dengan menginsafi bahwa Tuhan sangat dekat, sang ahli kebatinan melampaui kesedihan, dan mencapai tingkat kesadaran yang mekar. Sebab utama dari penderitaan adalah kelalaian dalam hubungan kita dengan Tuhan. Merasakan kedekatan dengan Tuhan, sang ahli kebatinan memperlihatkan penyatuan denganNya. Sebuah komunikasi yang dekat diperlihatkan ketika sang ahli kebatinan secara praktis merasakan bahwa Tuhan mendengar doa-doanya. Untuk seseorang yang telah menaklukan pikiran, Roh Yang Utama telah dicapai, sebab ia telah mencapai ketenangan [Bg.6.7]”. Orang yang mengendalikan pikirannya dengan memantapkan pikirannya pada Yang Tertinggi, telah mengatasi keinginan-keinginan materialnya dan mengerti sifat rohaninya seseorang merasa bahwa Tuhan selalu dekat.
Kesempurnaan utama dilengkapi dengan tingkat kelima yaitu kesadaran yang mekar sepenuhnya. Ketika seseorang kehilangan minat pada jalan kegiatan yang mengharapkan hasil, pengetahuan spekulatif, dan ilmu kebatinan, seseorang sampai pada jalan pelayanan cinta bhakti rohani. Inilah perkembangan tertinggi dari kesadaran manusia. Di dalam kesadaran yang sepenuhnya mekar tidak ada peluang bagi kegiatan yang mengharapkan hasil, yang dimaksudkan untuk kenikmatan indria. Bahkan pengetahuan spekulatif, yang dimaksudkan untuk melepaskan ikatan dari kegiatan duniawi, dan Ilmu kebatinan, dimana seseorang telah menginsafi bahwa Tuhan adalah dekat bukan merupakan tujuan akhir. Di dalam pelayanan cinta bhakti rohani seseorang mengembangkan hubungannya dengan Tuhan dan secara terus-menerus mengingat dan melayaniNya dengan cinta kasih yang penuh.
“Selalu memuji kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud di hadapan-Ku, Roh-roh yang mulia ini selalu memuja-Ku dengan bhakti [Bg.9.14]”.
Sebagaimana dikatakan di dalam kesusastraan Weda, Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk hidup keduanya berbahagia oleh sifatnya. Bagaimanapun juga, di dalam empat tingkat kehidupan yang lebih rendah, yaitu tertutup, mengkerut, kuncup, dan bahkan di dalam kesadaran mekar, kesadaran seseorang masih terpengaruh oleh banyak kekhawatiran material. Tingkat kesadaran yang mekar sepenuhnya ini dijelaskan di dalam sistem Weda sebagai tingkat hidup dimana tidak ada kekhawatiran dan tidak ada keinginan yang besar. Tingkat ini dimulai ketika seseorang bersikap sama kepada semua makhluk hidup, dan ketika seseorang selalu berkeinginan untuk memberikan pelayanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ada lima tingkatan kesadaran yang berbeda: yaitu
1. Avrta Cetana : Tertutup
2. Sankucita Cetana : Mengkerut
3. Mukulita Cetana : Kuncup
4. Vikacita Cetana : Mekar
5. Purna Vikacita Cetana : Mekar Sepenuhnya
Pada jalan kerohanian yang sejati, lima tingkatan penutup yang berbeda ini bertindak seperti tudung yang semakin terbuka, pada akhirnya membuka kesadaran sejati seseorang. Sebagai contoh, di pagi hari, terkadang disebabkan oleh kabut, langit tidak terlihat. Tetapi begitu matahari terbit di kaki langit, kabut, yang tidak memiliki keberadaan yang permanen, menghilang. Hal itu menjadi terwujud untuk beberapa waktu, dan kemudian hilang. Tetapi langit dan matahari selalu ada. Begitu juga, kesadaran dari sang roh terkadang dikaburkan oleh penutup-penutup yang berbeda tetapi tidak dapat dihancurkan. “Seperti halnya api ditutupi oleh asap, cermin ditutupi oleh debu, atau janin ditutupi oleh kandungan, begitu juga, makhluk hidup ditutupi oleh berbagai tingkat keinginan material [Bg. 3.38]”.
Kesadaran meliputi seluruh badan. seperti halnya matahari, meskipun berada di satu tempat, memenuhi seluruh alam semesta dengan sinar, begitu juga sang roh memenuhi seluruh badan dengan kesadaran. Seperti halnya harum dari bunga melintas ke sebuah tempat yang jauh dari sumbernya, begitu juga kesadaran yang berasal dari sang roh menyebar ke seluruh badan, dan tidak pernah terpisah dari sumbernya, sang roh. “Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada dalam seluruh badan tidak dapat dimusnahkan. Tidak seorangpun dapat menghancurkan sang roh yang tidak dapat dimusnahkan itu [Bg.2.17]”. Semua orang sadar akan rasa sakit dan kenikmatan dari badannya. Hal ini disebabkan karena kehadiran sang roh. Rasa sakit dan kenikmatan dari badan seseorang tidak diketahui oleh orang lain. Untuk itu, di dalam setiap masing-masing badan adalah roh individu yang berbeda.
Kesadaran mungkin tercermin oleh keadaan penutup material. Seperti halnya sinar putih yang tercermin melalui kaca berwarna mungkin akan nampak menjadi merah, biru, atau kuning. Begitu kaca berwarna ini diambil sinar putih tidak lagi berubah. Begitu juga, kegiatan material menutup kesadaran asli seseorang dan kegiatan rohani membangkitkan kembali kesadaran asli seseorang. Seperti halnya menggali sebuah sumur, air dibawa ke luar tetapi tidak diciptakan, jadi dengan kegiatan rohani sifat alami dari sang roh menjadi dibangunkan. Kotoran yang menyelubungi sebuah permata menghalanginya dari penghargaan di dalam kemuliaannya yang penuh. Dengan mencuci kotoran yang menutupi sebuah permata, akan membuka keindahannya yang sejati. Jadi, dengan menghilangkan kotoran kesadaran materialistis, kualitas murni sang roh ditunjukan. Keindahan sang roh tidaklah dibuat-buat, tetapi hanya dibangkitkan kembali.
Air adalah jernih, tetapi jika bahan kimia beracun ditambahkan, kualitas murninya menjadi rusak. Tidak ada keuntungan yang diperoleh dari meminum air seperti itu. Demikian juga, jika kesadaran seseorang tertutupi, seseorang tidak dapat memperoleh kepuasan sejati dalam kegiatannya maupun ketenangan pikiran. Pencerahan penuh dari sang roh dimungkinkan ketika Tuhan menghapus segel hati dan telinga serta penutup mata ini. Evolusi ke arah kesempurnaan dimulai ketika ada sebuah peralihan dari identifikasi pada material menjadi spiritual. Kesadaran yang tertutup dianggap material dimana seseorang melihat dirinya terpisah dari Tuhan. Dalam kesadaran yang berkembang, hubungan rohani seseorang dengan Tuhan dialami.
Berdasarkan kesusastraan Weda, jika seseorang mengikuti ajarannya, perkembangan seseorang melewati lima tingkat kesadaran yang berbeda: yaitu tertutup, mengkerut, kuncup, mekar, dan kesadaran yang mekar sepenuhnya. Ini disebut evolusi kesadaran. Di dalam tingkat pertama disebut kesadaran tertutup seseorang sadar makanan. Seorang anak atau seekor binatang puas hanya dengan mendapatkan makanan yang enak. Perhatian seseorang hanya pada makan dan tidur saja. Berdasarkan pada sistem Weda, seseorang yang hanya sibuk dalam merencanakan sebuah standar tinggi kehidupan materialistis yang terdiri dari makan dan berketurunan, tidak lebih baik dari binatang. “Binatang dan manusia keduanya berbagi kegiatan makan, tidur, berketurunan dan membela diri. Tetapi sifat khusus dari manusia adalah bahwa mereka mampu untuk menyibukan diri di dalam kehidupan rohani. Oleh karena itu tanpa kehidupan rohani, manusia ada pada tingkatan binatang [Hitopadesh].”
Di dalam tingkat kedua, yaitu kesadaran yang mengkerut, seseorang sadar bahwa dirinya ada. Pada tingkat pertama seseorang hanya sadar makanan. Di sini kesadaran seseorang lebih tinggi. Seseorang sadar akan badannya dan dia berkeinginan untuk melindunginya dari setiap bahaya yang mungkin ada. Jika seseorang dapat melanjutkan hidupnya tanpa menjadi binasa seseorang berpikir dirinya bahagia. Dalam konsep hidup badaniah, seseorang mengerti kehidupan dimaksudkan untuk kenikmatan indria-indria. Menyamakan diri dengan badan dan bertindak pada tataran badaniah adalah sebab dari penderitaan hidup. Seseorang hanya menginginkan untuk kenikmatan indria-indrianya dan semua kegiatannya terpusat pada tujuan ini. Pada tingkat kesadaran ini seseorang tidak dapat mentoleransi setiap ketidaknyamanan badaniah. Untuk memuaskan indria-indrianya dan mencapai kenyamanan material seseorang akan bekerja seperti binatang pembawa beban. Orang-orang seperti itu tidak ingin mengangkat jarinya untuk pelayanan kepada Tuhan.
Di dalam kesadaran yang mengkerut seseorang tidak ingin menyibukan pendapatan dan tenaga mereka untuk Tuhan. Seseorang hanya ingin menikmati hasil dari pekerjaan mereka untuk kepuasan indria-indria mereka sendiri. Orang-orang seperti itu disebut pekerja yang mengharapkan hasil. Di dalam Weda, Arjuna, awalnya, menolak untuk melaksanakan tugasnya. “Wahai pemelihara semua makhluk hidup, jangankan untuk bumi ini, untuk imbalan seluruh tiga dunia inipun saya tidak bersedia bertempur melawan mereka [Bg. 1.35]”.
Pada tingkat ketiga, kesadaran kuncup, seseorang menginsafi bahwa sejumlah besar harta material tidak dapat memberikan kebahagiaan yang sejati. Kesibukan yang berlebihan dari kenikmatan indria-indria, muncul rasa frustasi. Pada saat ini seseorang tidak lagi berhasrat untuk bekerja seperti binatang untuk mengumpulkan harta benda. Dia menjadi ingin tahu untuk mengerti penyebab dari penderitaan ini. Ketika seseorang maju dari tataran badaniah, seseorang mencapai tataran mental. Seseorang memiliki sebuah pendekatan filosofis tentang nilai-nilai kehidupan. Pada saat itu pikiran menjadi pusat dari kegiatan indria-indria. Seseorang menyamakan pikiran dengan dirinya.
Dari titik ini seseorang mencapai sebuah tataran yang lebih tinggi dari pertanyaan rohani. Proses seperti itu dikenal sebagai filosofi mencari kebenaran. “Semua kesibukan dalam tugas kewajiban pasti dimaksudkan untuk pembebasan tertinggi. Semua kesibukan itu hendaknya dilakukan bukan untuk mendapatkan keuntungan material. Lebih jauh lagi, menurut para resi, orang yang tekun dalam pelayanan tertinggi hendaknya tidak menggunakan keuntungan material untuk mengembangkan kesenangan indria.Keinginan-keinginan dalam hidup ini hendaknya tidak diarahkan pada kesenangan indria. Sebaiknya orang hanya menginginkan kehidupan yang sehat, atau perlindungan diri, sebab manusia dimaksudkan untuk bertanya tentang Kebenaran Mutlak. Semestinya tidak ada hal lain yang menjadi tujuan kegiatan mereka [SB 1.2.9-10]”.
Setiap manusia memiliki kemampuan untuk bertanya mengenai sifat kehidupan : “Kenapa saya di sini? Siapa Saya? Dari mana Saya berasal? Kemana Saya akan pergi?” Itu menjadi hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Semua hal lainnya menjadi sekunder. Mereka yang mulai bertanya kenapa mereka menderita, darimana mereka berasal dan kemana mereka harus pergi setelah kematian berada di luar tataran binatang. Inilah awal dari kehidupan manusia22. Pada saat itu kemajuan seseorang dari tataran badaniah menuju tataran mental yang dicirikan dengan sebuah pencarian filosofis untuk mengerti sifat yang sejati dari keberadaan seseorang. Alih-alih menjadi seorang pekerja yang mengharapkan hasil, yang hanya ingin menikmati hasil dari pekerjaannya, seseorang sampai pada tataran pengetahuan spekulatif.
Pada tataran pengetahuan spekulatif seseorang dianggap beribu-ribu kali lebih baik dari pekerja yang mengharapkan hasil yang tujuan utamanya hanyalah kenikmatan badaniah.
Pada tingkat keempat, seseorang naik di atas tataran mental pada sebuah pemahaman intelektual bahwa dia bukanlah badan ini tetapi roh yang suci. Dengan proses evolusi kehidupan filosofis, dia ditempatkan dalam tingkat keempat kesadaran yang mekar. Pengertian ini, bahwa seseorang adalah roh spiritual merupakan hal penting. Dengan keinsafan seperti itu seseorang menjadi bebas dari penderitaan. Seperti yang ditegaskan Weda, dia yang mengetahui sang roh melampaui kesedihan. Pada tataran intelektual seseorang disebut seorang ahli kebatinan. Seorang ahli kebatinan adalah orang yang diinisiasi ke dalam rahasia pengetahuan yang lebih tinggi.
Ilmu kebatinan adalah sebuah proses yang dilakukan melalui perenungan pada Yang Tertinggi. Dengan menginsafi bahwa Tuhan sangat dekat, sang ahli kebatinan melampaui kesedihan, dan mencapai tingkat kesadaran yang mekar. Sebab utama dari penderitaan adalah kelalaian dalam hubungan kita dengan Tuhan. Merasakan kedekatan dengan Tuhan, sang ahli kebatinan memperlihatkan penyatuan denganNya. Sebuah komunikasi yang dekat diperlihatkan ketika sang ahli kebatinan secara praktis merasakan bahwa Tuhan mendengar doa-doanya. Untuk seseorang yang telah menaklukan pikiran, Roh Yang Utama telah dicapai, sebab ia telah mencapai ketenangan [Bg.6.7]”. Orang yang mengendalikan pikirannya dengan memantapkan pikirannya pada Yang Tertinggi, telah mengatasi keinginan-keinginan materialnya dan mengerti sifat rohaninya seseorang merasa bahwa Tuhan selalu dekat.
Kesempurnaan utama dilengkapi dengan tingkat kelima yaitu kesadaran yang mekar sepenuhnya. Ketika seseorang kehilangan minat pada jalan kegiatan yang mengharapkan hasil, pengetahuan spekulatif, dan ilmu kebatinan, seseorang sampai pada jalan pelayanan cinta bhakti rohani. Inilah perkembangan tertinggi dari kesadaran manusia. Di dalam kesadaran yang sepenuhnya mekar tidak ada peluang bagi kegiatan yang mengharapkan hasil, yang dimaksudkan untuk kenikmatan indria. Bahkan pengetahuan spekulatif, yang dimaksudkan untuk melepaskan ikatan dari kegiatan duniawi, dan Ilmu kebatinan, dimana seseorang telah menginsafi bahwa Tuhan adalah dekat bukan merupakan tujuan akhir. Di dalam pelayanan cinta bhakti rohani seseorang mengembangkan hubungannya dengan Tuhan dan secara terus-menerus mengingat dan melayaniNya dengan cinta kasih yang penuh.
“Selalu memuji kebesaran-Ku, berusaha dengan ketabahan hati yang mantap, bersujud di hadapan-Ku, Roh-roh yang mulia ini selalu memuja-Ku dengan bhakti [Bg.9.14]”.
Minggu, 13 Maret 2011
RAJA DAN KELEDAI
Cerita pendek Srila Prabhupada
Meskipun Krishna tidak dapat ditaklukan, tetapi Dia suka sekali untuk ditaklukan oleh penyembahNya. Itulah keadaannya. Sama seperti Dia menempatkan DiriNya untuk ditaklukan oleh Ibu Yashoda, untuk ditaklukan oleh Radharani, untuk ditaklukan oleh teman-temanNya. Krishna menjadi dikalahkan dan Dia harus membawa temanNya di pundakNya.
Terkadang kita melihat bahwa seorang raja menerima seorang pelawak/badut diantara rekannya, dan terkadang sang badut mengejek sang raja, dan sang raja menikmatinya. Ada seorang badut terkenal, bernama Gopal Bon, di Bengali. Jadi pada suatu hari sang raja bertanya kepadanya, “Gopal, apa perbedaan antara dirimu dan keledai?” Kemudian ia segera mengukur jarak dari sang raja. Dia berkata, “itu hanya berjarak tiga langkah kaki saja, tuan. Perbedaannya hanya tiga langkah saja.” Semuanya mulai tertawa. Dan sang raja menikmati ejekan tersebut. Karena terkadang hal seperti itu dibutuhkan.
Begitu juga dengan Krishna… Semua orang memujaNya di dalam kedudukan yang mulia. Semua orang. Itulah kedudukan Krishna, Tuhan Yang Maha Esa. Di Vaikuntha, hanya ada satu pemujaan. Tidak ada yang namanya ejekan. Tetapi di Vrindavana Krishna bebas menerima ejekan dari penyembahNya. Orang-orang tidak mengetahui bahwa, apa itu kehidupan di Vrindavana. Jadi para penyembah sangatlah mulia. Radharani memerintahkan, “ Jangan ijinkan Krishna untuk datang ke sini.” Krishna tidak dapat datang, Dia tidak diterima. Krishna merayu gopi-gopi lainnya: “tolong ijinkan Aku pergi ke sana.” Mereka menjawab, “Tidak, tidak. Belum ada perintah. Anda tidak dapat ke sana.” Demikianlah Krishna menyukai hal seperti itu.
Meskipun Krishna tidak dapat ditaklukan, tetapi Dia suka sekali untuk ditaklukan oleh penyembahNya. Itulah keadaannya. Sama seperti Dia menempatkan DiriNya untuk ditaklukan oleh Ibu Yashoda, untuk ditaklukan oleh Radharani, untuk ditaklukan oleh teman-temanNya. Krishna menjadi dikalahkan dan Dia harus membawa temanNya di pundakNya.
Terkadang kita melihat bahwa seorang raja menerima seorang pelawak/badut diantara rekannya, dan terkadang sang badut mengejek sang raja, dan sang raja menikmatinya. Ada seorang badut terkenal, bernama Gopal Bon, di Bengali. Jadi pada suatu hari sang raja bertanya kepadanya, “Gopal, apa perbedaan antara dirimu dan keledai?” Kemudian ia segera mengukur jarak dari sang raja. Dia berkata, “itu hanya berjarak tiga langkah kaki saja, tuan. Perbedaannya hanya tiga langkah saja.” Semuanya mulai tertawa. Dan sang raja menikmati ejekan tersebut. Karena terkadang hal seperti itu dibutuhkan.
Begitu juga dengan Krishna… Semua orang memujaNya di dalam kedudukan yang mulia. Semua orang. Itulah kedudukan Krishna, Tuhan Yang Maha Esa. Di Vaikuntha, hanya ada satu pemujaan. Tidak ada yang namanya ejekan. Tetapi di Vrindavana Krishna bebas menerima ejekan dari penyembahNya. Orang-orang tidak mengetahui bahwa, apa itu kehidupan di Vrindavana. Jadi para penyembah sangatlah mulia. Radharani memerintahkan, “ Jangan ijinkan Krishna untuk datang ke sini.” Krishna tidak dapat datang, Dia tidak diterima. Krishna merayu gopi-gopi lainnya: “tolong ijinkan Aku pergi ke sana.” Mereka menjawab, “Tidak, tidak. Belum ada perintah. Anda tidak dapat ke sana.” Demikianlah Krishna menyukai hal seperti itu.
RUMUS KEDAMAIAN
Bhagavad-gītā, Sloka 5.29
bhoktāram yajña-tapasām
sarva-loka-maheśvaram
suhrdam sarva-bhūtānām
jñātvā mām śāntim rcchati
bhoktāram yajña-tapasām
sarva-loka-maheśvaram
suhrdam sarva-bhūtānām
jñātvā mām śāntim rcchati
“Orang yang sadar kepada-Ku sepenuhnya, karena ia mengenal Aku sebagai Penerima utama segala korban suci dan pertapaan. Tuhan Yang Maha Esa penguasa semua planet dan dewa, dan penolong yang mengharapkan kesejahteraan semua makhluk hidup, akan mencapai kedamaian dari penderitaan kesengsaraan material”
Penjelasan Srila Prabhupada : Roh-roh yang terikat dalam cengkraman tenaga yang mengkhayalkan sangat menginginkan tercapainya kedamaian di dunia material. Tetapi mereka tidak mengetahui rumus untuk kedamaian, yang dijelaskan dalam Bhagavad-gita pada bagian ini. Rumus kedamaian yang paling utama adalah sebagai berikut : Sri Krishna-lah yang menikmati hasil segala kegiatan manusia. Seharusnya manusia mempersembahkan segala sesuatu untuk pengabdian rohani kepada Tuhan, sebab Beliaulah Pemilik semua planet dan dewa yang ada di planet-planet ini. Tiada seorangpun yang lebih tinggi daripada Beliau. Beliau lebih tinggi dari dewa yang paling tinggi, yaitu dewa Siva dan dewa Brahma. Dalam Veda (Svetasvatara Upanisad 6.7) Tuhan Yang Maha Esa diuraikan sebagai, tam isvaranam paramam mahesvaram. Di bawah pesona khayalan, para makhluk hidup berusaha menjadi penguasa segala sesuatu yang dipandangnya, tetapi sebenarnya mereka dikuasai oleh tenaga material Krishna. Krishna adalah Peguasa alam material, dan roh-roh yang terikat berada di bawah peraturan alam material yang keras. Kalau seseorang belum mengerti kenyataan pokok tersebut, tidak mungkin ia mencapai kedamaian di dunia ini, baik secara pribadi maupun secara bersama. Inilah pengertian kesadaran Krishna: Sri Krishna adalah Yang Mahakuasa, dan semua makhluk hidup, termasuk pula para dewa yang mulia, adalah bawahan Krishna. Seseorang dapat mencapai kedamaian yang sempurna hanya kalau ia sadar akan Krishna secara lengkap.
Bab lima ini adalah penjelasan yang praktis tentang kesadaran Krishna, yang pada umumnya dikenal sebagai karma-yoga. Pertanyaan angan-angan tentang bagaimana karma-yoga dapat memberikan pembebasan dijawab di sini. Bekerja dalam kesadaran Krishna berarti bekerja dengan pengetahuan lengkap tentang Tuhan sebagai Penguasa. Pekerjaan seperti itu tidak berbeda dengan pengetahuan rohani. Kesadaran Krishna secara langsung adalah Bhakti-yoga, dan jnana-yoga adalah jalan menuju Bhakti-yoga. Kesadaran Krishna berarti bekerja dengan penuh pengetahuan tentang hubungan kita dengan Yang Mutlak Yang Paling Utama. Kesempurnaan kesadaran tersebut ialah pengetahuan yang sempurna tentang Krishna, atau Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Sang roh yang murni adalah hamba Tuhan yang kekal sebagai bagian percikan dari Krishna yang mempunyai sifat yang sama seperti Krishna. Sang roh yang murni mengadakan hubungan dengan maya (khayalan) karena keinginan untuk berkuasa atas maya. Itulah yang menyebabkan banyak penderitaan yang dialaminya. Selama ia berhubungan dengan alam, ia harus melaksanakan pekerjaan menurut kebutuhan-kebutuhan material. Akan tetapi, kesadaran Krishna membawa seseorang ke dalam kehidupan rohani walaupun ia masih berada dalam kekuasaan alam, sebab kesadaran Krishna berarti menghidupkan kembali kehidupan rohani melalui latihan di dunia material. Makin seseorang maju dalam kesadaran Krishna, makin ia dibebasakan dari cengkaraman alam. Krishna tidak berat sebelah terhadap siapapun. Segala sesuatu tergantung pada pelaksanaan tugas kewajiban yang nyata dalam kesadaran Krishna, dan ini membantu seseorang untuk mengendalikan indria-indria dalam segala hal dan mengalahkan pengaruh keinginan dan amarah. Orang yang berdiri dengan teguh dalam kesadaran Krishna, dan mengendalikan nafsu tersebut di atas, sesungguhnya mantap pada tingkat rohani, atau brahma-nirvana. Kebatinan yang terdiri dari delapan tahap dijalankan dengan sendirinya di dalam kesadaran Krishna, sebab tujuan utama yoga itu dipenuhi. Ada proses naik tingkat secara bertahap dalam latihan yama, niyama, asana, pranayama, pratyahara, dharana, dhyana, dan samadhi. Tetapi tahap-tahap ini hanya merupakan pendahuluan untuk kesempurnaan bhakti, satu-satuya proses yang menganugerahkan kedamaian kepada manusia. Itulah kesempurnaan hidup tertinggi.
KEPEMIMPINAN
Bhagavad-gītā Sloka 3.21
yad yad ācarati śresthas
tat tad evetaro janah
sa yat pramānam kurute
lokas tad anuvartate
yad yad ācarati śresthas
tat tad evetaro janah
sa yat pramānam kurute
lokas tad anuvartate
"Perbuatan apapun yang dilakukan orang besar, akan diikuti oleh orang awam. Standar apapun yang ditetapkan dengan perbuatannya sebagai teladan, diikuti oleh seluruh dunia."
Penjelasan Srila Prabhupada : Rakyat umum selalu memerlukan kepemimpinan yang dapat mengajar rakyat dengan tingkah laku yang praktis. Seorang pemimpin tidak dapat mengajar rakyat untuk berhenti merokok kalau dia sendiri merokok. Sri Caitanya Mahaprabhu mengatakan bahwa seharusnya tingkah laku seorang guru sudah baik bahkan sebelum dia mulai mengajar. Orang yang mengajar dengan cara seperti itu disebut acarya, atau guru teladan. Karena itu, seorang guru harus mengikuti prinsip-prinsip sastra (kitab suci) untuk mengajar orang awam. Seorang guru tidak dapat membuat peraturan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kitab-kitab suci yang sudah diwahyukan. Kitab-kitab suci,misalnya Manu-samhita dan lain sebagainya, dianggap buku-buku baku untuk diikuti oleh masyarakat manusia. Jadi, apa yang diajarkan oleh pemimpin seharusnya berdasarkan prinsip-prinsip sastra-sastra baku seperti itu. Orang yang ingin memperbaiki dirinya harus mengikuti aturan baku sebagaimana dipraktekan oleh para guru besar. Srimad Bhagavatam juga membenarkan bahwa hendaknya seseorang mengikuti langkah-langkah penyembah-penyembah yang mulia, dan itulah cara maju dalam menempuh jelan keinsafan rohani. Seorang raja, atau pemimpin negara, ayah dan guru di sekolah semua dianggap pemimpin yang wajar bagi rakyat umum yang tidak berdosa. Semua pemimpin tersebut harus memikul tanggung jawab yang besar terhadap bawahannya. Karena itu, mereka harus menguasai kitab-kitab baku yang berisi rumus-rumus moral dan rumus-rumus rohani. Sabtu, 12 Maret 2011
JENIS-JENIS NERAKA
Gempa dan Tsunami di Jepang
Di dalam Srimad Bhagavatam Skanda 5 Bab 26, terdapat penjelasan mengenai jenis-jenis Neraka.
rsir uvāca
antarāla eva tri-jagatyās tu diśi daksinasyām adhastād bhūmer uparistāc ca jalād yasyām agnisvāttādayah pitr-ganā diśi svānām gotrānām paramena samādhinā satyā evāśisa āśāsānā nivasanti
antarāla eva tri-jagatyās tu diśi daksinasyām adhastād bhūmer uparistāc ca jalād yasyām agnisvāttādayah pitr-ganā diśi svānām gotrānām paramena samādhinā satyā evāśisa āśāsānā nivasanti
"Rsi agung Sukadeva Goswami menjawab: Semua planet-planet neraka ditempatkan di tengah-tengah ruang antara ketiga dunia dengan lautan Garbhodaka. Tepatnya di selatan alam semesta di bawah Bhu-mandala dan sedikit di atas air lautan Garbhodaka. Ptrloka (planet para leluhur) juga terletak di wilayah antara lautan Garbhodaka dan sistem planet-planet bawah. Semua penduduk Ptrloka, dipimpin oleh Agnisvatta bermeditasi dalam samadhi agung kepada Personalitas Tuhan Yang Maha Esa dan selalu menginginkan kesejahteraan keluarga mereka." (Srimad Bhagavatam 5.26.5)
Garbhodakasayi Visnu
Jenis-jenis neraka antara lain:
1. Tamisra : Untuk seseorang yang mencuri uang, istri, atau jabatan orang lain ditempatkan di sana.
2. Andhatamisra : Untuk seseorang yang menipu orang lain dan menikmati istrinya.
3. Raurava : Untuk seseorang yang tenggelam dalam paham hidup badaniah, yang menjaga badannya atau keluarganya dengan cara melakukan kekerasan terhadap makhluk hidup lain, di sana binatang yang ia bunuh akan terlahir sebagai sebagai makhluk yang disebut rurus dan menyebabkan banyak penderitaan baginya.
4. Kumbhipaka : Untuk seseorang yang membunuh banyak binatang atau unggas dan memasaknya, di sana orang itu akan masuk ke dalam minyak mendidih.
5. Kalasutra : Untuk seseorang yang membunuh Brahmana.
6. Asi-patrvana : Untuk seseorang yang tidak mengikuti aturan kitab suci dan bertindak tidak karuan atau menjadi pengikut orang yang kurang ajar.
7. Sukaramukha : Untuk pejabat pemerintahan yang tidak bisa mengadili secara benar atau menghukum orang yang tidak bersalah, di sana pejabat itu akan dipukuli tanpa ampun.
8. Andhapuka : Untuk seseorang yang sering menyebabkan penderitaan terhadap makhluk lain. Di sana ia mendapatkan balasan yang setimpal dari korbannya.
9. Krmibhojana : Untuk seseorang yang tidak melayani atau memberi makan pada tamu dengan baik, tetapi menikmati sendiri makanan itu. Di sana ia akan digigit oleh cacing dan serangga yang jumlahnya tidak terbatas.
10. Sandamsa : Untuk seorang pencuri
11. Taptasurmi : Untuk seseorang yang memperkosa wanita.
12. Vajrakantaka-salamali : Untuk seseorang yang berhubungan seks dengan binatang.
13. Sungai Vaitarani : Untuk seseorang yang lahir dalam keluarga ningrat, tetapi tindakannya tidak sesuai dengan kelahirannya. Di sana penuh dengan darah, nanh, dan urin.
14. Puyoda : Untuk seseorang yang hidup bagaikan binatang.
15. Pranarodha : Untuk seseoran yang membunuh tanpa ampun banyak binatang di hutan.
16. Visasana : Untuk seseorang yang membunuh binatang atas nama korban suci.
17. Lalabhaksa : Untuk seseorang yang memaksa istrinya untuk meminum air maninya.
18. Sarameyadana : Untuk seseorang yang meracuni orang lain.
19. Avici : Untuk seseorng yang mendapatkan kehidupannya dengan melakukan kesaksian palsu.
20. Ayahpana : Untuk seseornag yang ketagihan untuk minum-minuman yang memabukan.
21. Ksarakardama : Untuk seseorang yang tidak sopan dengan tidak menghormati orang yang lebih tua.
22. Rhaksogana-bhojana : Untuk seseorang yang mengorbankan manusia kepada Bhairava.
23. Sulaprota : Untuk seseorang yang membunuh hewan peliharaan.
24. Dandasuka : Untuk seseornag yang menyebabkan masalah kepada orang lain.
25. Avata-nirodhana : Untuk seseorang yang memenjarakan makhluk lain di dalam goa.
26. Paryavartana : Untuk seseorang yang tidak menjamin tamunya dan menyebabkan kekhawatiran.
27. Sucimukha : Untuk seseorang yang tergila-gila dengan kekayaan atau mereka yang tenggelam dalam pikiran untuk mengumpulkan uang.
Selanjutnya Sukadeva Goswami menjelaskan kepada Maharaja Pariksit bahwa di wilayah kekuasaan Yamaraja (dewa kematian) terdapat beratus-ratus dan beribu-ribu planet-planet neraka. Orang yang tidak saleh semuanya masuk ke dalam berbagai planet tersebut berdasarkan tingkat dosa yang dibuatnya. Sedangkan orang-orang saleh memasuki sistem planet para dewa (surga). Tetapi baik orang-orang yang saleh maupun tidak saleh akan terlahir kembali di bumi ini setelah hasil dari perbuatannya, baik yang saleh maupun yang tidak saleh habis. ( Srimad Bhagavatam 5.26.37).
Kita sebaiknya berdoa kepada kaki padma Sri Guru, sehingga kita terhindar dari sifat-sifat yang tidak baik , terhindar dari segala bencana alam dan selalu berlindung kepada Srimad Bhagavatam dimana keagungan sifat-sifat Tuhan dan para penyembahNya disebutkan. Dengan bermeditasi pada sifat-sifat tersebut, kita dapat menyucikan kesadaran kita. Dan proses yang paling mudah dilakukan dan cocok untuk zaman ini adalah dengan mengucapkan nama-nama suci Tuhan :
HARE KRISHNA HARE KRISHNA
KRISHNA KRISHNA HARE HARE
HARE RAMA HARE RAMA
RAMA RAMA HARE HARE
Jumat, 04 Maret 2011
PERJALANAN WAKTU, 1 HARI DI SURGA = 6 BULAN DI BUMI
Teori relativitas Einstein menyatakan bahwa tidak ada waktu yang absolut, yang ada adalah bahwa masing-masing dari kita di setiap planet dipengaruhi oleh waktu secara unik, tergantung dari lokasi dan kecepatan di mana kita bergerak di dalam alam semesta ini. Hal yang mengejutkan bahwa konsep yang sangat maju dari limu fisika inipun ditemukan di dalam kitab suci Veda. Pemahaman ilmiah orang-orang India ribuan tahun yang lalu mengenai alam semesta ternyata sudah sangat maju.
Di dalam Srimad Bhagavatam (9.3.29-36) terdapat ungkapan cerita mengenai kerja teori relativitas. Yaitu mengenai seorang raja yang bernama Kakudmi dan anak perempuannya yang benama Revati. Tatkala sang raja merencanakan perkawinan anak perempuannya itu, beliau memutuskan untuk bertemu dewa Brahma, agar dengan pengaruh beliau, sang raja yakin seorang suami yang ideal bisa didapatkan. Dewa Brahma adalah dewa yang menduduki kedudukan sebagai pencipta alam semesta ini. Jangka hidup beliau melingkupi jangka umur seluruh alam semesta. Tempat tinggal beliau adalah Brahmaloka atau satyaloka, planet tertinggi di amal semesta.
Raja Kakudmi mengajak anaknya Revati pergi ke Brahmaloka, dimana beliau bertemu dewa Brahma yang saat itu sedang mendengarkan pertunjukan musik oleh para Gandharva dan tidak memiliki waktu untuk berbicara dengannya. Raja Kakudmi menunggu dan pada akhir pertunjukan beliau mendekati dewa Brahma, bersujud dan menyampaikan permohonannya. Setelah dewa Brahma mendengarkan permohonan raja Kakudmi, dewa Brahma tertawa dengan keras dan berkata, "Oh raja, mereka semua yang anda pikir sebagai calon suami bagi putri anda, sudah meninggal lama, lama sekali. 27 catur yuga telah berlalu atau jutaan tahun telah lewat semenjak anda meninggalkan kerajaan anda. Mereka semua sudah meninggal dan dilupakan, begitu juga anak-anak, cucu-cucu beserta keturunan-keturuanan yang lainnya". Ketika sang raja mendengar penjelasan itu, beliau kembali ke kerajaan beliau dan menemukannya sudah kosong dan menemukan keturunan-keturunan beliau sudah lama meninggalkan kerajaan itu karena ancaman yang dilakukan oleh musuh-musuh mereka.
Pada saat Kakudmi masih berada di Brahmaloka, dewa Brahma menasehati agar putrinya diberikan di dalam pernikahan kepada Sri Balarama. Menurut Veda, Sri Balarama adalah perbanyakan (ekspansi) dari Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, yang membantu Beliau di dalam misi-Nya menyucikan alam semesta. Siapapun yang mendengar dan membicarakan tentangNya disucikan.
Setelah sang raja kembali kepada kerajaannya dulu, raja Kakudmi memberika putri beliau yang canti, Revati kepada Sri Balarama di dalam suatu pernikahan. Tetapi karena Revati berasal dari yuga atau zaman sebelumnya, secara fisik tubuhnya lebih tinggi dari Sri Balarama, sehingga Sri Balarama harus menggunakan bajakNya untuk membuat Revati setinggi DiriNya. Dan sang raja sendiri meninggalkan kehidupan duniawi dan pergi ke Badrikasrama di pegunungan Himalaya, untuk memuaskan Nara-Narayana.
Di dalam cerita di atas raja Kakudmi mengalami suatu pengaruh waktu yang sesuai dengan teori relativitas Einstein. Raja Kakudmi mengalami prinsip yang dinyatakan dalam teori relativitas. Pada perjalanannya ke Brahmaloka, waktu mempengaruhi sang raja berbeda dengan rakyat dan kerajaan beliau di bumi, sampai pada lewatnya beberapa generasi dari keturunan beliau.
Jika kita mampu bepergian di dalam waktu sama seperti yang dialami raja Kakudmi, yaitu pergi dari rumah dan tiba-tiba muncul kembali di tempat yang sama tetapi beberapa tahun berikutnya, kita akan melihat segala sesuatu telah berubah, sehingga kita dipaksa melihat kehidupan kita sepenuhnya di dalam perspektif pemahaman yang berbeda. Selama perjalanan waktu yang dilalui, banyak negara sudah muncul dan hancur; seluruh dinasti dan keturunan hidup dan mati; cara hidup, kebanggaan populer datang dan pergi; bencana geologi dan ekologi terjadi berulang-ulang. Menyaksikan perubahan-perubahan ini, secara alamiah kita akan bertanya. " APAKAH YANG ADA DI DALAM KEHIDUPAN INI YANG PANTAS UNTUK DIKEJAR, SESUATU YANG TIDAK LENYAP OLEH WAKTU ???"
Rabu, 02 Maret 2011
VIMANA : MISTERI U.F.O INDIA KUNO
Buletin Maret 2011
U.F.O (Unidentified Flying Object)
Benda Terbang Aneh (disingkat BETA; identik dengan makna dari istilah bahasa Inggris: Unidentified Flying Object disingkat UFO) atau sering kali disebut sebagai benda terbang tak dikenal adalah istilah yang digunakan untuk seluruh fenomena penampakan benda terbang yang tidak bisa diidentikasikan oleh pengamat dan tetap tidak teridentifikasi walaupun telah diselidiki.
Banyak teori beredar mengenai asal-usul UFO (BETA), salah satunya yang paling populer berpendapat bahwa mereka ini sebenarnya adalah pesawat luar angkasa dari planet lain yang mengunjungi bumi.
MISTERI UFO INDIA KUNO
Selama ini UFO disebut sebagai kendaraan milik alien. Namun muncul satu lagi dugaan bahwa UFO berasal dari India. Dugaan itu berasal dari manuskrip atau kitab-kitab kuno yang ditemukan di India. Apa yang kita ketahui tentang pesawat terbang orang India kuno datangnya dari sumber-sumber India kuno yang mencakup penulisan teks yang datangnya dari turun-temurun. Kebanyakan teks ini adalah sah dan asli melihat sebagian besar belum lagi diterjemahkan dari bahasa Sanskrit lama.
Maharaja India Ashoka telah mendirikan sebuah organisasi “Sembilan Lelaki Misterius” yang merupakan kumpulan ilmuwan terkenal India. Ashoka telah merahasiakan pekerjaan mereka karena beliau merasa bahwa penemuan ilmiah yang terbaru itu akan terpasung dari sumber India kuno itu sendiri dan justru akan disalahgunakan untuk tujuan peperangan yang kejam yang mana tidak diinginkan oleh Ashoka sendiri. “Sembilan lelaki misteri” telah menulis sembilan buah buku yang saling berkaitan antara satu sama lain. Salah satunya adalah buku bertajuk “Rahasia- Rahasia Gravitasi” amat dikenal di kalangan sejarawan tetapi tidak dianggap oleh mereka sebagai sesuatu yang berkaitan dengan gravitasi bumi.
Buku itu dianggap masih ada, tersimpan di dalam sebuah perpustakaan rahasia di India, Tibet, atau di suatu tempat (mungkin juga berada di sekitar Amerika Utara).
KEBERADAAN VIMANA (UFO) DI DALAM RAMAYANA
Satu dari epik terkenal India yaitu Ramayana, mempunyai satu cerita terperinci tentang satu penjelajahan ke bulan dengan menggunakan Vimana (atau “Astra”). Malah epik Ramayana menceritakan dengan terperinci maklumat satu pertempuran di atas bulan dengan sebuah pesawat “Asvin” (atau Atlantean).
Ini adalah suatu bukti mengenai anti-gravitasi dan teknologi kapal angkasa telah digunakan oleh masyarakat kuno India.
Untuk benar - benar memahami teknologi tersebut, kita harus meninjau kembali ke masa lampau, ke Kerajaan Rama di India Utara dan Pakistan. Tujuh buah kota besar yang teragung dalam Kerajaan Rama yang terkenal dengan nama “Tujuh Kota-Kota Rishi” dalam teks klasik Hindu. Menurut penjelasan teks India kuno, masyarakat ketika itu mempunyai mesin terbang yang dipanggil sebagai “Vimana!”
Epiks India kuno telah menjelaskan sebuah Vimana sebagai satu pesawat yang mempunyai dua dek dan berbentuk bulatan dengan terdapatnya lubang pada bagian bawah pesawat dan menara pada bagian atasnya. Berdasarkan kepada keterangan tersebut kita mungkin akan mengaitkannya dengan piring terbang alias UFO. Vimana dikatakan mempunyai kemampuan untuk terbang dengan kecepatan angin dan mengeluarkan bunyi bermelodi. Terdapat sekurang-kurangnya 4 jenis pesawat Vimana; sebagian berbentuk piring dan yang lain berbentuk silinder panjang (kapal angkasa berbentuk kerucut).
Merujuk pada Dranaparva yang merupakan bagian dari epiks Mahabarata dan Ramayana, Vimana digambarkan berbentuk seperti sebuah bentuk bujur dan mempunyai kecepatan yang hebat seperti angin kuat, yang dihasilkan oleh bahan merkuri. Di dalam satu sumber lain di India yaitu Samaranganasutradhara telah menjelaskan bagaimana kenderaan ini dibentuk. Pada jaman tersebut telah dikenal pemakaian bahan merkuri sebagai bahan bakar Vimana, melihat gambaran yang dijelaskan oleh buku itu. Banyak ilmuwan Rusia terheran-heran saat menemukan catatan berupa panduan mengemudikan kendaraan yang tertera di bebeperapa dinding gua di turki dan Gurun Gobi.
Dari ukiran dan relief yang terdapat pada potongan tanah liat dan kaca, digambarkan bagaimana sebuah kendaraan kosmik melaju.
Pesawat terbang antar planet itu dilambangkan dengan segitiga yang di dalamnya terdapat simbol merkuri. Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang India purba telah mampu mengirim utusan dengan kendaraaan ini dan menjelajahi wilayah Asia, Atlantis, sampai ke Amerika Selatan.
Di Mohenjodaro (Pakistan) terdapat manuskrip yang menjelaskan tentang peperangan Ramayana yang menggunakan segala bentuk persenjataan dan kendaraan terbang semcam itu.
Bayangkan betapa teknologi laser, jet, dan roket telah ada di kerajaan Ramayana sejak jaman dulu. Simak bait-bait yang tertulis dalam kitab Mahawira dan Bhawabhuti yang berasal dari abad ke-8 masehi:
“Sebuah kendaraan udara, Pushpaka membawa banyak orang ke ibukota ayodhya. Langit dipenuhi berbagai kendaraan terbang. Gelap bagaikan malam, namun terlihat dari cahaya mereka yang kekuningan.”
Malangnya Vimana, seperti kebanyakan ciptaan ilmiah lainnya, telah digunakan untuk tujuan peperangan.
KEHIDUPAN DI PLANET LAIN
Berikut adalah percakapan Srila Prabhupada dan murid-murid beliau, yang menegaskan bahwa ada kehidupan di planet lain.
Srila Prabhupada : Bahkan di matahari dan bulan terdapat makhluk hidup. Apa pendapat para ilmuwan?
Dr. Singh : Mereka berkata di sana tidak ada kehidupan.
Srila Prabhupada : Itu tidak masuk akal. Ada kehidupan di sana.
Dr. Singh : Mereka berkata tidak ada kehidupan di bulan karena mereka tidak menemukan apapun di sana.
Srila Prabhupada : Mengapa mereka percaya itu? Planet bulan ditutupi oleh debu, tetapi di dalam debu itu makhluk hidup dapat hidup. Setiap atmosfer cocok untuk kehidupan – atmosfer apapun itu. Untuk itu Veda menjelaskan makhluk hidup sebagai sarva gatah, yang artinya “yang ada di semua keadaan”. Makhluk hidup bukanlah material. Meskipun terkurung di dalam badan material, ia bukanlah material. Tetapi ketika kita berbicara tentang atmosfer yang berbeda, kita menghubungkannya dengan kondisi material yang berbeda.
Karandhara : Mereka mengatakan bahwa atmosfer bulan tidak cocok untuk kehidupan, tetapi semua yang dapat mereka simpulkan bahwa itu tidak cocok untuk kehidupan seperti yang mereka ketahui saja.
Srila Prabhupada : Veda mengatakan bahwa makhluk hidup tidak ada hubungannya dengan hal-hal material. Ia tidak dapat dibakar, dipotong, dikeringkan, dibasahi. Ini didiskusikan di dalam Bhagavad Gita.
Dr. Singh : Para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka tentang kehidupan di planet ini, berpikir bahwa hal itu pasti berlaku di planet-planet lainnya juga.
Srila Prabhupada : Ya. Mereka berpikir terutama tentang diri mereka sendiri, Secara terbatas mereka berpikir, dalam hubungannya dengan keadaan mereka sendiri. Inilah yang kita sebut “Filosofi Dr. Kodok”. Suatu ketika ada seekor kodok di dalam sebuah sumur, dan ketika seorang teman memberitahunya tentang keberadaan Samudra Atlantik, ia bertanya kepada temannya itu. “Oh, Apakah Samudra Atlantik ini ?”, “itu adalah kumpulan air yang sangat luas”, temannya menjawab. “Seberapa Luas? apakah duakali dari ukuran sumur ini?”, “Oh, Tidak jauh, jauh lebih luas,” Temannya membalas. “Seberapa besar luasnya? Sepuluh kali lebih luas?. Dengan cara ini, sang kodok terus menghitung. Tetapi apakah ada kemungkinan atau pemahaman tentang luas dari samudra besar itu dengan cara seperti ini? Kemampuan kita, pengalaman kita, dan tenaga kita untuk berspekulasi selalu terbatas. Spekulasi-spekulasi para ilmuwan hanya memberikan peningkatan pada filosofi kodok semacam itu,
Karandhara : Dasar dari apa yang mereka sebut dengan “kesatuan ilmiah” adalah mereka berbicara hanya tentang apa yang dapat mereka alami secara langsung.
Srila Prabhupada : Kau mungkin bisa berbicara tentang pengalaman anda, dan saya bisa berbicara tentang pengalaman saya. Tetapi mengapa saya harus menerima pengalaman anda? Kau mungkin adalah orang bodoh, mengapa saya harus menjadi orang yang bodoh juga? Kau mungkin seekor kodok, dan saya seekor ikan paus. Kenapa saya harus menerima sumur anda sebagai segala-galanya? Kau mempunyai metodemu sendiri tentang mencari pengetahuan ilmiah, dan saya juga punya sendiri.
Dr. Singh : Karena para ilmuwan belum mendeteksi keberadaan air di permukaan bulan, mereka menyimpulkan bahwa tidak ada kehidupan dapat selamat di sana.
Srila Prabhupada : Mereka belum melihat seluruh permukaan bulan. Mungkin seseorang datang ke sini dari planet yang lain, jatuh di gurun arab dan kembali pulang. Dapatkah ia pada kesimpulan lengkap tentang sifat alami dari seluruh bumi? Pengetahuannya tidak akan lengkap.
Karandhara : Mereka memiliki peralatan yang dapat mendeteksi air. Mereka berkata telah mendarat di bulan, dan mereka telah berkesimpulan bahwa bulan tidak memiliki air dan oleh karena itu tidak ada kehidupan.
Srila Prabhupada : Bahkan seperti halnya di matahari, tampak tidak ada air di sana, tetapi di sana ada makhluk hidup. Bagaimana sebatang kaktus tumbuh di gurun, yang nampak tidak ada air?
Karandhara : Pohon itu mendapatkan air dari atmosfer.
Srila Prabhupada : Ya, karena atmosfer mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan: tanah, air, api, udara dan ether. Di setiap benda material, semua elemen ini ada. Sebagai contoh, di dalam badan saya ada air, meskipun anda tak dapat melihatnya. Begitu - juga, anda tidak melihat api di dalam badan saya, tetapi badan saya tetap hangat. Darimana rasa hangat ini datang? Anda tidak melihat api apapun. apakah anda melihat ada api membakar tubuh saya? Lalu dari mana datangnya rasa hangat? Apa jawabannya?
Mungkin seseorang dapat pergi ke planet lain dan menetap, apakah keuntungannya ? Selama kita berada di dunia material ini, apakah di planet ini atau di planet yang lain, penderitaan yang sama – kelahiran, kematian, usia tua dan penyakit – akan mengikuti kita. Kita tidak bisa melepaskan diri kita dari semua penderitaan itu. Dan cara yang ampuh untuk menghilangkan penderitaan kita adalah dengan mengucapkan nama-nama suci Tuhan :
hare krishna hare krishna
krishna krishna hare hare
hare rama hare rama
rama rama hare hare
sumber :
• Kehidupan berasal dari kehidupan, AC Bhaktivedanta Swami Prabhupada
• misteridunia.wordpress.com
Langganan:
Postingan (Atom)