Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Rabu, 29 Desember 2010

VYASA PUJA SRI SRIMAD SUBHAG SWAMI MAHARAJA (29 DESEMBER 2010)

"Dalam satu kehidupan ini gunakan hanya untuk sadar akan Krishna, 
dan kembali kepada Krishna"


 Prabhu Lokanatha 



Prabhu Sundar Gopala, Tapana Misra, dan Kripa Nidhi bhajan

 artikel tentang Sri Srimad Subhag Swami Maharaj di surat kabar Jawa Pos

ISI ARTIKEL :
LEBIH dari empat dasawarsa, Subhag Swami Maharaj menyebarkan ajaran Hindu ke seluruh dunia. Pria kelahiran Calcutta, India, itu sudah menyentuh hampir setengah belahan bumi. Berbagai negara pernah dia datangi. Mulai Amerika Serikat, Thailand, Indonesia, Nepal, Swiss, Inggris, hingga Kanada.

''Seingat saya, ada lebih dari 20 negara. Mungkin lebih,'' kta Subhag Maharaj sambil tersenyum ketika ditemui Jawa Pos setelah mengisi acara bedah buku Bhagavadgita di aula Bharawira Polwiltabes Surabaya Jumat (16/4).

Puluhan negara telah dia jelajahi untuk mengajarkan kitab yang menjadi sumber dari kitab suci Weda itu. Dia juga telah menjelajah beberapa wilayah Indonesia. Misalnya, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok. Kunjungan ke Surabaya merupakan kunjungan yang kedua.

Menurut dia, Bhagavadgita memiliki arti nyanyian Tuhan. Lewat lagu itulah, Tuhan berbicara kepada manusia. "Dengan itu, manusia akan merasakan kedamaian dan rasa penuh pengetahuan yang abadi," ujarnya sambil tersenyum.

Subhag Maharaj mempelajari Bhagavadgita sejak kecil. Bahkan, sebelum dia mengenyam bangku sekolah. Keluarganya memang termasuk keluarga yang sangat religius. Sang nenek, ayah, dan ibu rajin ke kuil dan banyak menceritakan kisah tentang Tuhan kepadanya.

Kisah-kisah itu membuat dia memiliki cita-cita sejak kecil. Bukan menjadi dokter atau tentara. "Saya selalu ingin jadi orang suci," ungkapnya.

Hal itulah yang akhirnya membuatnya memutuskan masuk di Radha Londanesvsra Temple di London pada 1970 sebagai Brahmacari. Kini, ketika ditanya berapa jumlah kakak atau adiknya, dia akan menjawab ribuan. "Saya bukan lagi milik manusia. Saya milik Tuhan. Karena itu, semua orang adalah saudara saya," tegasnya.

Menurut Subhag Maharaj, jika orang tidak ingat kepada Tuhan, wajah mereka akan terlihat berbeda. Setebal apa pun make-up yang mereka kenakan, sebanyak apa pun perhiasan yang mereka pakai, di wajah mereka terlihat kesedihan. "Kamu tidak akan bisa menyembunyikannya," tuturnya.

Lantas, bagaimana jika Tuhan dijadikan alasan untuk berperang? Menurut dia, mereka yang melakukan itu memang tidak melupakan Tuhan. Namun, mereka melupakan arti cinta Tuhan yang sebenarnya. "Kalau kamu ingat cinta Tuhan, kalau kamu mencintai Tuhan, kamu akan mencintai semuanya (manusia)," jelasnya. (rum/c6/nda)

---

Tentang Subhag Swami Maharaj

- Lahir di Calcutta menjelang Natal 1940

- Menyebarkan ajaran sejak '70-an

- Vegetarian, tidak makan produk hewani, tetap minum susu

- Saat sedih atau sakit, memulihkan diri dengan menyebut nama Krsna, menari atau menyanyi


* foto-foto vyasa puja oleh Sudha Bhajan dasa

Selasa, 28 Desember 2010

DINABANDHU DADA

Cerita pendek Srila Prabhupada

Ada sebuah cerita pendek yang sangat menarik. Seorang anak yang miskin, dia adalah seorang murid di suatu sekolah, dan perayaan hari berpulangnya ayah dari guru di sekolah itu akan berlangsung. Jadi guru itu meminta kepada semua muridnya, “Apa yang akan kau berikan padaku sebagai sumbangan ?” Dulu seorang guru tidak menerima gaji apapun. Tetapi apapun yang diinginkannya, sang murid akan membawakan untuknya apakah itu dari rumah orang tua sang murid, atau dengan cara mengemis. Itulah sistemnya. Sang guru tidak akan mengenakan biaya apapun. Pada umumnya seorang brahmana adalah guru. Itu adalah salah satu profesi seorang brahmana. Setiap orang harus memiliki kehidupannya. Jadi kehidupan brahmana adalah pathana pathana. Dia harus menjadi seorang sarjana terpelajar, dan dia juga menjadikan yang lainnya seorang sarjana terpelajar. Itulah urusan seorang brahmana. Pathana pathana yajana yajana dana pratigrahah. Sat-karma, enam jenis profesi untuk seorang brahmana. Dan seorang Ksatria berprofesi memberikan perlindungan kepada masyarakat dan memungut pajak, dua puluh lima persen, tidak lebih dari itu. Apapun pemasukan anda, berikan dua puluh lima persennya kepada raja ksatria. Hanya itu. Itu termasuk pajak penjualan, pajak ini, pajak itu, begitu banyak pajak, pajak pemasukan. Semua sudah termasuk. Kau memberikan dua puluh lima persen. Dan jika kau tidak memiliki pemasukan, maka tidak ada pajak. Bukan seperti sekarang bahkan jika anda tidak memiliki pemasukan, “Tidak, tahun lalu kau telah memberi begitu banyak pajak. kau juga harus memberi sekarang. Atau properti anda akan dijual.” Tidak seperti itu. Seperti itulah profesi Ksatria. Sama halnya, Vaisya krsi-go-raksya-vanijyam [Bg.18.44], pertanian, perlindungan sapi, dan jika ada kelebihan pangan, maka ia dapat menjualnya, melakukan dagang. Dan Sudra, sederhana mereka hanya membantu.

Jadi seperti itulah guru, kembali ke cerita. sang guru meminta kepada murid-muridnya…Seseorang berkata “Saya akan menyumbangkan pakaian ini,” yang lain berkata ,”Aku beras” seseorang berkata sesuatu, sesuatu, sesuatu. Ada seorang murid yang miskin, dia tidak memiliki harta. Dia sangat miskin. Jadi ketika ia ditanya, dia menjawab “ Saya tidak dapat mengatakan sesuatu sebelum bertanya kepada ibuku.” “Baiklah, kau tanya ibumu dan katakan padaku besok.” Jadi anak itu menanyakannya,”Ibuku tersayang, semua teman kelasku telah menjanjikan guru untuk menyumbangkan ini, itu, ini, itu. Jadi ketika giliranku. Apa yang harus aku janjikan?” Sang ibu berkata, “Anakku sayang, kita sangat miskin, kita tidak bisa memberikan apapun. Tetapi jika Krishna memberikan…Dia adalah Dina-bandhu, teman bagi si miskin. Jadi jika Krishna memberikan sesuatu kepadamu maka kau bisa menyumbang.” “Oh,dimana Krishna? Apa panggilanNya?” “Sekarang panggilanNya adalah Dinabandhu, teman bagi si miskin.” “Dimanakah Dia berada?” “Saya mengerti Dia ada di hutan.” Jadi dia pergi ke hutan dan memanggil “Saudaraku Dinabandhu, saudaraku Dinabandhu, dimana Kau?” Dia mulai menangis. Jadi Krishna datang. Ketika seorang penyembah begitu ingin sekali bertemu denganNya, Krishna datang. Dia begitu baik hati. Kemudian “Kenapa kau memanggil?” “Ibuku….apakah Kau Dinabandhu?” “Ya”. “Jadi ini keadaan saya, tuan. Apa yang dapat saya janjikan?” Jadi Krishna berkata “Kau dapat berjanji akan menyediakan yogurt, dahi. Kau akan menyediakan dahi.” Jadi anak itu menjadi sangat puas. Dan dia datang ke gurunya bahwa “Saudaraku Dinabandhu, dada, Dia akan menyediakan dahi, atau yogurt, untuk segala kebutuhan anda.” “Oh baiklah, bagus sekali.”
Kemudian pada hari perayaan, anak itu datang ke hutan lagi dan memanggil Dinabandhu dada, dan Dia memberinya sebuah pot kecil berisi dahi, yogurt, pot yang kecil. Oh dia hanya anak kecil. Dia tidak tahu apa-apa. Dia membawanya kehadapan gurunya, “Sekarang inilah sumbangan saya. Saudaraku Dinabandhu telah memberikannya. Jadi anda terimalah.” “Ratusan dan ribuan orang akan memberikan bahan makanan dan dahi atau yogurt sebanyak ini ?” Dia menjadi sangat marah. Gurunya marah, dia tidak memperdulikannya dan pot itupun jatuh, dan yogurtnya juga jatuh. Tetapi setelah beberapa saat. ketika ia datang, ia melihat meskipun yogurtnya telah jatuh, potnya tetap penuh. Dan lagi gurunya menjatuhkannya, dan lagi potnya tetap penuh. Dia menjatuhkannya lagi, lagi pot itu tetap penuh. Kemudian ia baru mengerti bahwa ini adalah sesuatu yang rohani.
Purnasya purnam adaya purnam evavasisyate [Srisopanisad mantra pembukaan]. Kau mengambil semuanya; tetap, semuanya masih sama. Itulah Krishna. Bukan karena anda telah mengambil sesuatu, satu dikurangi satu sama dengan kosong. Tidak. Di dalam dunia rohani, satu dikurang satu sama dengan satu. Dan satu ditambah satu sama dengan satu. Ini disebut advaya-jnana. Tidak ada dualitas. kurang dan tambah, adalah dua hal. Tetapi di dunia rohani, apakah tambah atau kurang, adalah sama. Ini harus dimengerti. Ini disebut Mutlak, advaya-jnana.

Minggu, 26 Desember 2010

FOTO-FOTO SRILA PRABHUPADA DI JAKARTA, 1973


Srila Prabhupada bersama perwakilan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Bandara, Jakarta
 Srila Prabhupada memberikan kelas di Gandhi School Jakarta, sekarang Sri Nilacala Ksetra Dhama, Iskcon temple Jakarta berlokasi di sana


Srila Prabhupada memberikan kelas di rumah orang India di Jakarta
 Srila Prabhupada mengunjungi Pura Rawamangun Jakarta 




 Srila Prabhupada memimpin Kirtan diiringi gamelan Bali





Sabtu, 25 Desember 2010

CAN'T, CAN'T, CAN'T

Cerita pendek Srila Prabhupada

Di New York ada sebuah gambar kartun menghiasi koran setempat. Seorang kakek dan istrinya sedang duduk bersama, berhadap-hadapan. Sang istri meminta kepada suaminya yang sudah tua, “Chant, Chant, Chant,” dan sang suami menjawab : “Can’t, Can’t, Can’t.”. Dengan cara yang sama kita meminta kepada semua orang , “mohon ucapkan, ucapkan, ucapkan nama suci Krishna.” Tetapi mereka menjawab “tidak, tidak, tidak.” Inilah ketidakberuntungan mereka. Tetapi bagaimanapun, untuk membuat semua orang yang tidak beruntung itu menjadi beruntung adalah misi kita. Untuk itulah kita pergi ke jalan dan mengucapkannya. Meskipun mereka mengatakan, “Tidak,” kita terus mengucapkannya. Ada sebuah cerita yang sama di bengali. Seorang ibu tua sedang sekarat, dan sang anak memohon kepada ibunya: “Ibu, Sekarang kau ucapkan ‘Hare Krishna, Hare Krishna’”. Kemudian setelah meminta selama dua, tiga kali, sang ibu menjadi terganggu: atha katha nivalta nare (?) So atha katha vibol ta parane (?) dia mengatakan. Tidak Hare Krishna. Tidak Hare Krishna. 
Inilah keadaannya. Kita pergi dari pintu ke pintu: “Mohon ucapkan Hare Krishna.” Hanya ini bentuk propaganda kami. Tetapi ini menjadi sesuatu yang sulit. Kita mengalaminya. Bahkan seorang anak kecil yang tidak berdosa, mereka ikut serta. Baru saja kita pergi ke rumah seorang gentlemen, rumah dari kaviraja. Kita mulai kirtana. Dan seorang anak kecil dengan segera mengikuti….Ya, secara alami. Karena mereka yang Sukrtinah, karena sang anak sama sekali belum terpolusi. Untuk itulah dia dengan segera ikut bergabung dengan Hare Krishna. Inilah keadaannya. Jadi keinginan kami satu-satunya adalah gerakan Kesadaran Krishna, ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, kecerdasan atau kemewahan. Di segala kondisi apapun kau berada, ucapkan Hare krishna. Maka secara bertahap semua akan menjadi jelas dan kau akan mampu untuk mengerti bagaimana Krishna mengarahkan.
mayadhyaksena prakrtih
suyate sa-caracaram
hetunanena kaunteya
jagad viparivartate
[Bg.9.10]

Rabu, 22 Desember 2010

BURUNG DALAM JARING

Cerita pendek Srila Prabhupada
Cerita pertama :
Seorang pemburu menjalarkan jaringnya. Kemudian ada beberapa burung kecil, mereka jatuh ke dalam jaring dan menangis. Mereka terus menangis. Lalu ayah dan ibu mereka datang dan melihat anak-anaknya ada dalam bahaya,“ Mereka terperangkap ke dalam jaring pemburu itu.”
Kemudian sang ibu pun lompat ke dalam jaring untuk menyelamatkan anak-anaknya, dan dia pun terperangkap. Sang ayah melihat kejadian itu, berkata “sekarang jika saya menyelamatkan mereka, saya juga akan terperangkap. Saya akan pergi jauh. Saya akan mengambil sannyasa. Itu saja.
Seperti itu, kau tidak bisa memberikan perlindungan kepada keluargamu, masyarakatmu. Tidak kau tidak dapat melindunginya. Itu tidak mungkin. Mereka semua pasti mati. Mereka pasti akan terperangkap dalam jaring maya. Kau tidak dapat menyelamatkan mereka. Jika kau ingin menyelamatkan mereka, maka bawa mereka ke dalam Kesadaran Krishna. Itu satu-satunya penyelesaian.
Kecuali kau menjadi ahli dalam menyelamatkan anak-anakmu dengan memberi mereka kesadaran Krishna, maka seharusnya jangan menjadi seorang ayah atau ibu.

Cerita kedua:
Duryodhana terkejut dengan keberangkatan Krishna yang begitu tiba-tiba, tetapi ia tetap menjaga wajahnya tetap tegar, berusaha menegaskan bahwa dirinya tidak bergantung pada siapapun. Apakah Krishna membantunya atau tidak, dia akan tetap menghadapi para Pandava dan menang. Ketika sang pangeran itu berhenti menyombongkan diri, Vidura beranjak dari tempat duduknya dan mulai bercerita.
“ Suatu ketika ada seorang pemburu yang memasang jaring di hutan untuk menangkap burung. Dua ekor burung yang besar terperangkap ke dalam jaring itu, tetapi mereka terbang ke langit dengan membawa jaring itu bersama mereka. Sang pemburu melihat hal ini dan mengejar mereka. Ketika ia berlari seorang pertapa melihatnya dan berkata “ Betapa anehnya melihat mereka yang berjalan dengan kakinya di atas tanah harus lari mengejar mereka yang terbang di langit.” Pemburu itu membalas, “ Burung yang bersatu itu mampu membawa jaring saya, tetapi mereka akan jatuh ketika mulai bertengkar.” Benar saja, tdak lama kemudian kedua burung tersebut mulai bertengkar dan mereka jatuh ke atas tanah dan sang pemburu menangkap dan membunuh mereka.
Dengan cara yang sama, saudara yang saling bertengkar akan menjadi dilemahkan oleh kematian. O Duryodhana, saudara-saudara sepupu harus saling menikmati hidup bersama, makan dan bermain bersama tetapi jangan pernah bertengkar.”

BILVAMANGALA THAKURA

Cerita pendek Srila Prabhupada



Bilvamangala Thakur adalah seorang Brahmana yang sangat kaya dari India selatan. Oleh karena pergaulan yang buruk, Bilvamangala Thakur menjadi seorang pemburu pelacur yang sangat gigih, dan dia menghamburkan semua uangnya kepada seorang pelacur yang bernama Cintamani. Suatu malam, pada saat terjadi hujan badai yang sangat buruk, Bilvamangala pergi menemui Cintamani, tetapi pelacur ini berpikir, “Malam ini pasti Bilvamangala tak akan datang. Hujan badai yang buruk sekali.” Namun Bilvamangala tetap datang, meskipun banyak kesulitan. Entah bagaimana ia dapat menyebrangi sungai yang mengamuk, dan ketika ia melihat gerbang rumah dari Cintamani tertutup, entah bagaimana ia mampu melompatinya. Meskipun banyak halangan, ia berhasil sampai di rumah Cintamani, dan pelacur itu, menjadi sangat heran, ia berkata “Bagaimana bisa kau datang malam ini? Oh, kau sangat terikat pada kulit ini ! Jika kau memiliki ketertarikan yang sebesar ini kepada Krishna, pasti itu akan menguntungkanmu.” Bilvamangala kemudian segera meninggalkan rumah pelacur itu dan pergi ke Vrndavana. Faktanya adalah dikehidupan sebelumnya dia telah melakukan pelayanan bhakti sampai ketingkat bhava-bhakti. Dengan demikian pelacur Cintamani menjadi gurunya. Selama di Vrndavana, Bilvamangala Thakur menulis sebuah buku dengan nama Krsna-karnamrta, yang telah direkomendasikan oleh Sri Caitanya Mahaprabhu. Di dalam buku itu, Bilvamangala Thakur menulis : “Jika kita memiliki cinta kasih yang tak tergoyahkan kepadaMu, Tuhanku Bhagavan, maka kita akan dapat mudah melihat bentuk rohani sebagai Kisora-murti, seorang anak muda.”
Nama lain untuk Krishna adalah Kisora. Kata Kisora menunjukan usia sebelum menikah-seperti itu, itu menunjukan kepada seorang anak di usia antara 11 sampai 16 tahun. Sri Krishna selalu dalam bentuk Kisora-murti. Melalui pelayanan bhakti, seseorang dapat melihat Kisora-murti dari Sri Krishna dengan sangat mudah.
Ketika Bilvamangala Thakur pergi ke Vrndavana, dia masih saja terikat kepada wanita. Suatu malam dia tinggal di sebuah rumah milik seorang pedagang yang sangat kaya, dan istri pedagang itu memberitahukan kepada suaminya kalau Bilvamangala Thakur tertarik kepadanya. Wanita itu bertanya kepada suaminya apa yang harus dilakukannya, dan pedagang itu berkata, “Layani dia.” Akhirnya Bilvamangala Thakur mengerti, dan iapun berpikir, “Mata ini adalah musuhku.” Ketika wanita cantik itu mendekatinya, Bilvamangala Thakur berkata, “Ibu, tolong berikan saya penjepit rambut anda. Saya sangat tergila-gila pada kecantikan seorang wanita. Jadi biarkan saya mencongkel mata saya.” Dengan cara ini ia membuat matanya buta. Meskipun ia tidak dapat melihat, di Vrndavana dia diberikan susu oleh Sri Krishna Sendiri.Dengan demikian dia secara pribadi menginsafi Krishna melalui bhakti dan menulis pengalaman pribadinya. Dia menulis,”Mukti bukan lah hal yang sangat penting. Dia selalu melayaniku dengan mencakupkan tangan, berkata, ‘Tuanku yang baik, apa yang dapat saya lakukan untukmu ?’ “ Seperti itulah seorang penyembah tidak terlalu menginginkan mukti karena ia sebenarnya sudah terbebaskan. Jika seseorang memiliki sejuta dollar, mengapa ia harus mendambakan 10 ribu rupiah ?
 

Sabtu, 18 Desember 2010

ARJUNACARYA

Cerita pendek Srila Prabhupada

Arjunacarya menulis sebuah komentar untuk Bhagavad Gita (9.22), dia berpikir, “Bagaimana Tuhan akan datang secara pribadi dan memberikan kebutuhan kita? Oh, ini tidak mungkin. Tuhan pasti mengirimnya melalui perantara.” Jadi dia ingin menghilangkan atau mencoret kata vahamy aham, “Aku yang memikul beban dan memberikannya.” Arjunacarya menulis dengan cara lain “Aku mengirim perantara yang akan memberikannya”

Suatu hari ketika Arjunacarya pergi mandi, dua orang anak tampan membawa bahan-bahan makanan yang sangat nikmat dalam jumlah yang banyak. Dan di India ada suatu cara membawa barang2 bawaan di kedua ujung sebuah bambu. Seimbang seperti halnya timbangan. Jadi dua anak tampan ini membawakan beberapa makanan yang sangat berharga, biji-bijian, ghee, dsb. Istri Arjunacarya ada di sana. anak-anak itu berkata, “Ibuku tercinta, Arjunacarya telah mengirim barang-barang ini untukmu. Mohon terimalah ini.” “Oh, kau anak yang baik, kau anak yang tampan dan dia memberikannya padamu. Seorang Acarya tidaklah kejam. Bagaimana mungkin? Dia memberikan begitu banyak beban padaMu, dan dia tidak berbaik hati sama sekali….?" “ Oh, sebenarnya saya tidak ingin membawanya, lihatlah, dia telah memukul saya, ini tanda bekas pukulan tongkat. Oh, lihatlah.” Istri Arjunacarya menjadi semakin heran, bahwa “Seorang Acarya tidaklah kejam, mengapa ia menjadi begitu kejamnya?” Jadi dengan cara demikian ia berpikir. “Baiklah anak-anakku tercinta, silahkan masuk.” Wanita itu memberi anak-anak perlindungan. Dan “Tidak, saya harus pergi karena Arjunacarya akan datang lagi. Dia akan menghukum kami.” “Tidak,tidak kalian duduk, ambilah beberapa makanan.” Wanita itu memberikan makanan dan akhirnya anak-anak itu pergi. Dan ketika Arjunacarya kembali, ia melihat istrinya sedang makan. Karena ada suatu system di dalam keluarga India bahwa setelah suami makan, barulah sang istri akan makan. Jadi mereka tidak makan bersamaan. Setelah para anggota keluarga – anak-anak dan suami di berikan makanan mewah- kemudian sang istri akan makan.
 

Wanita itu berkata “Acarya, apakah akhir-akhir ini anda telah menjadi begitu kejam?” “Oh, ada apa?” “Dua anak laki-laki, anak-anak yang baik, mereka telah membawa begitu banyak makanan. Kau menyuruhnya membawa makanan itu di atas kepala mereka, mereka menolak untuk membawa, dan kau telah memukul mereka, menghukumnya? Arjunacarya berkata “Tidak. Saya tidak pernah melakukan hal itu. Mengapa saya harus melakukan hal itu?" Kemudian wanita itu menjelaskannya, “Oh, anak laki-laki yang tampan......” Kemudian Arjunacarya mengerti bahwa “Karena saya menginginkan bahwa tidak mungkin Tuhan memberikannya secara langsung. ternyata Tuhan membawakan langsung makanan-makanan ini, dan karena saya telah menghilangkan atau mencoret kata-kata ini, ‘Tuhan tidak memberikannya secara pribadi’, jadi Tuhan telah menunjukan tanda pukulan itu.”
 

Ini adalah sebuah kejadian di India selatan di jaman Yamunacarya. Kisah ini terjadi di sana. Tentu, anda boleh percaya atau tidak, itu adalah hal yang lain. Tetapi Tuhan berkata “Aku secara Pribadi memberikan.” Jadi bagi mereka yang berada dalam Kesadaran Krishna, mereka yang sibuk menjalankan tugas kewajibannya sebagai orang yang sadar akan Krishna, mereka mungkin percaya bahwa sejauh kekhawatiran mereka pada keadaan hidupnya, atau khawatir pada kenyamanan hidup mereka, Tuhan memastikan akan memberikan apa yang dibutuhkan. Dalam hal ini tidak akan ada yang menghalangiNya.  

ALEXANDER DAN PERAMPOK

Cerita pendek Srila Prabhupada


Alexander yang agung menaklukan hampir seluruh dunia ini. Dia juga pernah ke India. Jadi ketika itu ia bertemu dengan seorang perampok.Karena  Alexander adalah seorang raja ia pun menangkap perampok itu. Sang perampok itu berkata :
Perampok    : “Kenapa kau menangkap ku?”
Alexander    : “Karena kau adalah seorang perampok”
Perampok    : “Ohh, kau juga seorang perampok besar”

Ketika Alexander yang agung menuduh perampok itu. Sang perampok menuduh balik Alexander
Alexander    : “Kau telah melakukan hal-hal ini”
Perampok    : “Kau juga telah melakukan hal ini, saya masuk ke sebuah rumah, anda masuk ke sebuah negara. Jadi anda adalah seorang perampok besar.”

Kemudian Alexander melepaskan sang perampok. Ia pun mulai berpikir:
Alexander    :  “Ya apa bedanya aku dengan perampok itu ?”
Dan Sejak saat itu Alexander yang agung berhenti menjajah. Sang perampok telah membuktikan bahwa Alexander adalah seorang perampok besar, hanya karena itu ia disebut ‘Alexander yang agung’. Tetapi urusan keduanya sama. bukan berarti sang perampok adalah jahat dan Alexander orang baik. Alexander juga seorang penjahat. Jika sang perampok memiliki kekuatan besar ia dapat menghukum Alexander. Jadi dengan cara seperti itu Alexander yang agung menjadi diyakinkan.

Seperti itulah peradaban modern saat ini. Masyarakat manusia tidak memiliki konsep hidup yang lain selain melakukan empat kegiatan dasar yaitu; makan, tidur, berketurunan, dan membela diri. Kegiatan ini ada di dalam kehidupan binatang sekalipun. Selama manusia tidak bisa berada di atas empat kegiatan dasar seperti kehidupan binatang itu, ia tidaklah lebih baik dari binatang. Ini tidak bisa disebut sebagai peradaban.

Selasa, 14 Desember 2010

MENJADI TIKUS LAGI

Cerita pendek Srila Prabhupada

Ada sebuah cerita tentang seekor tikus yang mendekati orang suci. Ia berkata
Tikus            : “Tuan, saya datang pada anda untuk minta pertolongan.”
Orang suci    :“Apakah itu”.
Tikus           : “Karena saya seekor tikus, kucing-kucing telah memberi saya banyak masalah, saya tidak bisa hidup dengan damai karena kehadiran kucing-kucing itu.”
Lalu orang suci itu bertanya
Orang suci    : “Kau ingin menjadi apa?”
Tikus            : “Saya ingin menjadi seekor kucing”
Orang suci    : “Baik, jadilah seekor kucing”
Tikus itu pun berubah menjadi seekor kucing, kemudian setelah beberapa waktu ia datang lagi

Tikus            : “Tuan, saya masih saja terganggu.”
Orang suci    : “Kenapa?”
Tikus            : “Anjing-anjing itu telah menggangu saya”
Orang suci    : “Lalu apa yang kau inginkan?”
Tikus            : “Sekarang jadikanlah saya seekor anjing.”
Orang suci    : “Baiklah jadilah kau seekor anjing.”
Setelah berubah menjadi anjing, beberapa waktu kemudian ia kembali lagi

Tikus            : “Mereka masih menggangu saya tuan.”
Orang suci     :”Apa yang kau inginkan?”
Dengan cara seperti itu perubahan demi perubahan terjadi, pada akhirnya ia memohon kepada orang suci itu untuk dijadikan seekor Harimau. Kemudian orang suci itu berkata
Orang suci    : “Baik, jadilah seekor Harimau.”
Lalu ketika tikus itu telah berubah menjadi seekor harimau, matanya mulai menatap ke arah orang suci itu. Orang suci itu berkata
Orang suci    : “Apa maksudmu ini?”
Tikus            : “ Saya harus memakan anda”
Orang suci    :” Oh, kau ingin memakanku? Baiklah punar musiko bhava,,jadilah seekor tikus lagi. Kau telah menjadi seekor Harimau, dan kau ingin memakanku, maka kau kembali menjadi tikus.”

Jadi seperti itulah peradaban kita, bahwa dalam proses bertahap sebuah evolusi kita telah sampai pada bentuk manusia. Bentuk manusia ini dimaksudkan untuk mengerti Tuhan, tetapi mereka telah melupakan Tuhan. Untuk itulah tahapan selanjutnya punar musiko bhava “Jadilah seekor monyet” hal itu sedang menunggu kita.


Minggu, 12 Desember 2010

Tirobhava His Holiness Bhaktisvarupa Damodara Swami Sripad Maharaj (17 Oktober 2010)










quote of the day by Sripad maharaj:
September 14, 1982, USA
"Every ashram is a platform for advancing in Krishna Consciousness"

*foto-foto oleh Susangatha dd

Jumat, 26 November 2010

Harinam Sankirtana, Monas, Jakarta 17-01- 2010










personil....: Prabhu Madhavendu das, Sudhir Krishna das, Raghava Pandit das, Vira Kesava das, Ketu Mala das, Kripa Nidhi das, Sananda das, Abhay Kumar das, Ram Gopal das, Made Pusarkaye, Made Toya, Ketut dan kakaknya........

Selasa, 23 November 2010

jakartamellows


personil...: Prabhu Ketumala das, pandu, bagus, mataji komang
lagu         : Vaisnava Thakura

KARUNIA BAGI YANG MENDERITA

buletin oktober 2010

DERITA MANUSIA

Apa yang Anda lakukan ketika penderitaan datang dan mendera Anda? Anda menangis, berdoa, mencari sahabat, makan banyak, berolah-raga, naik gunung, pergi ke kafe atau ke tempat - tempat hiburan, menyibukkan diri dengan kerja? Kebanyakan dari kita sudah memiliki pola kebiasaan untuk menghadapi penderitaan atau lari dari penderitaan ketika ia datang. Tetapi pola kebiasaan itu tidak cukup membuat penderitaan terpahami secara tuntas. Ketika penderitaan datang, seringkali orang menyalahkan faktor-faktor di luar diri, orang lain atau diri sendiri.
Apa salahnya kalau Anda menderita? Penderitaan adalah sifat hakiki dari eksistensi kita sebagai manusia. Tapi kita sering menolak penderitaan. Kita sering bertanya mengapa aku menderita? Aku merasa penderitaanku paling berat. Mengapa orang lain tidak menderita seberat aku? Kita berpikir kalau aku tidak berbuat ini atau itu mungkin aku tidak menderita. Atau kita sering berpikir kalau aku melakukan ini atau itu, memiliki ini atau itu, barangkali aku akan bahagia.

 Pertanyaan - pertanyaan semacam itu membuat kita makin jauh dari fakta penderitaan. Penderitaan dan kebahagiaan itu seperti ayunan bandul yang terus bergerak. Hari ini menderita, besok bahagia, besok lusa menderita. Begitulah seterusnya. Demikian kebahagiaan dan penderitaan silih berganti. Seolah-olah dualitas ini merupakan kenyataan hidup. Kita dapat melihat dualitas itu semu belaka sebab kenyataannya yang ada hanya penderitaan.

DUNIA FANA PENUH SENGSARA
   
    Di dunia material ini ada golongan – golongan manusia, tetapi bagaimanapun juga, dunia ini bukan tempat yang menyenangkan untuk siapapun juga. Dinyatakan dengan jelas di dalam Bhagavad-gita sloka 9.33  anityam asukham lokam : Dunia ini bersifat sementara dan penuh penderitaan, tidak cocok untuk dihuni oleh orang yang sopan santun dan waras.
    Pada umumnya orang yang berdukacita, orang yang membutuhkan sesuatu, orang cerdas dan orang yang ingin tahu, yang pernah melakukan sejumlah kegiatan saleh memuja, atau mulai memuja Tuhan. Selainnya, orang yang hidup dengan perbuatan buruk, walau bagaimanapun status mereka, tidak dapat mendekati Tuhan karena mereka disesatkan oleh energi ilusif. Karena itu bagi orang saleh, jika suatu petaka terjadi, tidak ada pilihan lain selain berlindung kepada kaki-padma Tuhan. Senantiasa ingat kepada kaki-padma Tuhan berarti mempersiapkan diri mencapai pembebasan dari kelahiran dan kematian. Karena itu, walaupun beberapa kali terjadi ancaman malapetaka, kejadian-kejadian itu disambut dengan senang karena memberi kesempatan kepada mereka untuk ingat kepada Tuhan, yang berarti pembebasan.
    Dalam Bhagavad-gita, Tuhan membenarkan bahwa dunia ini adalah tempat berbahaya yang penuh petaka. Orang yang kurang cerdas mempersiapkan rencana-rencana untuk menyesuaikan malapetaka itu tanpa mengetahui bahwa sifat dasar tempat ini memang penuh petaka. Hendaknya orang menjadi maju dalam keinsafan spiritual, sambil menderita segala jenis dukacita yang tidak dapat dihindari, sebab itulah misi kehidupan manusia. Sang roh melampaui segala jenis petaka material, karena itu malapetaka itu disebut palsu belaka.
    Barangkali orang bermimpi bahwa harimau sedang menelan dirinya, sehingga dia menangis karena petaka itu. Tetapi sebenarnya tidak ada harimau dan tidak ada penderitaan itu; itu hanya soal mimpi saja. Dengan cara yang sama, segala malapetaka hidup dikatakan sebagai mimpi. Kalau seseorang cukup beruntung hingga berhubungan dengan Tuhan melalui pelayanan bhakti, maka itu adalah keuntungan baginya.

MAHARAJA JANAKA BERKUNJUNG KE NERAKA

    Maharaja Janaka adalah ayah dari dewi Sita, dan seorang penyembah agung dari Sri Ramachandra. Cerita berikut ini di ceritakan oleh Ananta Sesa, terdapat dalam Padma Purana (patalakhanda 18.31-77).
    Setelah umur yang panjang Maharaja Janaka melepaskan badannya melalui proses Yoga. Sebuah pesawat terbang rohani mendarat dan Maharaja Janaka menaikinya. Ketika pesawat itu mendekati neraka, kediaman Yamaraja, dewa kematian. Tempat dimana para pendosa mendapatkan penderitaan dari hukuman jutaan jenis neraka. Angin yang menyentuh badan Janaka Maharaja berhembus melewati para pendosa, mereka merasakan kebahagiaan dan semua derita mereka hilang. Mereka meratap agar tetap mendapatkan pergaulan Maharaja Janaka, secara memilukan mereka berbicara kepada Maharaja. “Oh tuan kami mohon jangan pergi, kami yang menderita ini merasakan kebahagiaan karena tersentuh hembusan angin yang menyentuh badanmu.

    Mendengar mereka sang raja menjadi penuh rasa iba dan iapun berpikir. “ jika hanya dikarenakan sentuhan hembusan angin yang menyentuh tubuhku aku memberi kebahagiaan bagi penduduk di sini, maka aku akan tinggal di tempat ini. Ini adalah surga bagiku.” 
    Sang raja pun tinggal di depan pintu gerbang neraka. Setelah beberapa saat, Yamaraja yang memberikan penderitaan kepada pendosa itu, datang ke sana. Ia berkata, “Oh raja anda adalah permata orang-orang saleh, mengapa anda datang kemari ? ini adalah tempat untuk para pendosa. Orang sepertimu yang banyak melakukan perbuatan-perbuatan baik tidak seharusnya datang kemari”

    Yamaraj kemudian berkata “Bagi meraka yang tidak mengingat Sri Rama dengan pikiran, kata – kata dan perbuatannya, aku lempar ke dalam neraka dan direbus di sana. Dan bagi mereka yang mengingat Sri Rama, meninggalkan derita di neraka ini dan segera pergi ke Vaikuntha (dunia rohani).”
    Mendengar kata-kata Yamaraja, dengan rasa belas kasih ia membalas. “Karena rasa kasihan kepada mereka aku sebaiknya tidak pergi ke Vaikuntha, meskipun ditempatkan di tempat seperti ini mereka dapat berbahagia hanya karena angin yang menyentuh tubuhku. Jika kau melepaskan semua orang di neraka ini, maka aku akan bahagia dan akan pergi ke Vaikuntha.” Kemudian Yamaraja menjelaskan tentang sebab-sebab para pendosa itu di tempatkan di neraka. Dengan mata yang dipenuhi airmata, Janaka penyembah agung Sri Rama bertanya, “Bagaimana mereka dapat segera keluar dari neraka dan mendapatkan kebahagiaan ?”. Yamaraja menjawab “ Orang-orang ini tidak pernah memuja Sri Vishnu, mereka tidak pernah mendengar tentang kegiatan-kegiatan Tuhan yang luar biasa. Bagaimana mereka bisa dibebaskan ? Jika anda ingin membebaskan mereka, meskipun mereka adalah pendosa besar, maka berilah petunjuk kegiatan-kegiatan saleh yang anda lakukan, seperti bangun pagi, memuja Tuhan Ramachandra dengan hati yang murni, mengucapkan nama Rama dengan tulus. Maka dengan kegiatan seperti itu mereka dapat keluar dari neraka ini.”
    Kemudian Maharaja Janaka memberikan petunjuk-petunjuk itu kepada mereka. Setelah melakukan hal itu mereka yang menderita di neraka segera terbebas dari penderitaannya dan mendapatkan badan rohani, kemudian melihat para pendosa itu terbebas dari neraka, Maharaja Janaka pergi ke Vaikuntha (dunia rohani).

NAMA SUCI KRISHNA

    Maju secara materi berarti dilahirkan dalam keluarga bangsawan dan memiliki kekayaan melimpah, pendidikan tinggi dan tubuh yang menarik yang rupawan. Semua orang tergila-gila dalam upaya mencari segala kemegahan material tersebut. Ini dikenal sebagai kemajuan peradaban material. Tetapi dampak dari memiliki segala harta material tersebut membuat seseorang sombong secara tak wajar, dan dimabukan oleh benda-benda posesif yang temporer itu. Sebagai akibatnya, orang materialistik yang menyombongkan materi tersebut tidak sanggup mengucapkan nama suci Tuhan dengan pujian kepada-Nya secara tulus, “Oh Govinda, Oh Krishna.” Di dalam sastra dikatakan bahwa melalui pengucapan nama suci Tuhan sekali saja, orang-orang berdosa dapat menghilangkan dosanya dalam jumlah lebih besar dari pada yang mampu dibuatnya. Begitulah kekuatan ucapan nama suci Tuhan. Pernyataan itu sama sekali bukan sesuatu yang berlebihan. Nama suci Tuhan benar-benar memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tetapi nama suci tersebut harus diucapkan secara bermutu juga. Ucapan tersebut bergantung pada kualitas perasaan. Orang yang terdesak mampu mengucapkan nama suci Tuhan dengan penuh perasaan, sedangkan orang yang mengucapkan nama suci Tuhan sambil dirinya berada dalam kondisi makmur secara material tidak akan bisa setulus itu. Orang yang sombong secara material mungkin mengucapkan nama suci Tuhan sewaktu-waktu, tetapi dia tidak mampu mengucapkannya secara bermutu. Kadangkala terlihat bahwa orang yang maju secara spiritual menjadi miskin secara material. Ini bukan sesuatu yang membuat kita patah semangat. Melainkan menjadi miskin seperti itu adalah tanda yang baik, seperti halnya turunnya suhu badan adalah tanda yang baik bagi seseorang yang sedang mengalami demam.
    Dalam mengucapkan nama suci Tuhan orang harus mentolerir suka dan duka yang muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu. Siapapun yang mantap dalam ketabahan hati untuk mencapai tingkat keinsafan rohani yang sudah maju dan dapat mentolerir serangan suka dan duka dengan cara yang sama pasti memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan. Seperti pernyataan Sri Krishna di dalam Bhagavad-gita 2.14 :

matra-sparsas tu kaunteya
sitosna-sukha-duhkha-dah
agamapayino ‘nityas
tams titiksasva bharata

“Wahai putera Kunti, suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang setelah beberapa waktu, bagaikan mulai dan berakhirnya musim dingin dan musim panas. Hal-hal itu timbul dari penglihatan indria, dan seseorang harus belajar cara mentolerir hal-hal itu tanpa goyah, wahai putera keluarga Bharata”.
    Jadi, dengan mentolerir segala penderitaan yang datang ucapkanlah nama suci Tuhan :

hare krishna hare krishna
krishna krishna hare hare
hare rama hare rama
rama rama hare hare

dan berbahagialah.....