Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Rabu, 25 Mei 2011

PENGETAHUAN SEJATI BERKEMBANG DARI SIFAT KEBAIKAN


Mengapa dikatakan bahwa seseorang harus memiliki kualifikasi Brahmana untuk mengerti Veda dengan sebenarnya? Jawabannya adalah bahwa Brahmana berada dalam sifat kebaikan.
 Seperti dinyatakan di dalam Bhagavad-gita (14.17):

Bhagavad-gītā Sloka 14.17

sattvāt sañjāyate jñānam
rajaso lobha eva ca
pramāda-mohau tamaso
bhavato 'jñānam eva ca

"Pengetahuan yang sejati berkembang dari sifat kebaikan; loba berkembang dari sifat nafsu; dan kegiatan yang bukan-bukan, sifat gila dan khayalan berkembang dari sifat kebodohan."

Penjelasan Srila Prabhupada: Oleh karena peradaban sekarang tidak begitu baik bagi para makhluk hidup, maka kesadaran Krishna-lah yang dianjurkan. Melalui kesadaran Krishna masyarakat akan mengembangkan sifat kebaikan. Bila sifat kebaikan dikembangkan, orang akan melihat hal-hal menurut kedudukannya yang sebenarnya. Dalam sifat kebodohan, manusia persis seperti binatang dan tidak dapat melihat dengan jelas. Misalnya, dalam sifat kebodohan, mereka tidak melihat bahwa dengan membunuh seekor binatang, mereka mengambil resiko bahwa mereka akan dibunuh oleh binatang yang sama dalam penjelmaan yang akan datang. Oleh karena orang tidak dididik dengan pengetahuan yang sejati, akhirnya mereka tidak bertanggung jawab. Untuk menghentikan sifat tidak bertanggung jawab tersebut, harus ada pendidikan untuk mengembangkan sifat kebaikan di kalangan rakyat umum. Bila mereka sungguh-sungguh terdidik dalam sifat kebaikan, mereka akan menjadi sopan, dan memiliki pengetahuan sepenuhnya tentang hal-hal menurut kedudukannya yang sebenarnya. Pada waktu itu rakyat akan bahagia dan makmur. Meskipun kebanyakan orang belum berbahagia dan makmur, kalau beberapa persen  mengembangkan kesadaran Krishna hingga mantap dalam sifat kebaikan, maka ada kemungkinan kedamaian dan kemakmuran dapat dinikmati di seluruh dunia. Kalau tidak demikian, bila dunia menekuni sifat-sifat nafsu dan kebodohan, maka tidak mungkin ada kedamaian maupun kemakmuran.

Dalam sifat nafsu, orang kelobaan dan hasrat mereka untuk menikmati indria-indria tidak terhingga. Orang dapat melihat bahwa walaupun seseorang memiliki uang secukupnya dan fasilitas yang memadai untuk kepuasan indria-indria, tidak ada kebahagiaan maupun ketenangan di dalam pikirannya. Itu tidak mungkin, sebab ia berada dalam sifat nafsu. Kalau seseorang sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan, uangnya tidak dapat membantu dirinya; ia harus mengangkat dirinya sampai sifat kebaikan dengan cara berlatih kesadaran Krishna. Bila seseorang sibuk dalam sifat nafsu, dia tidak hanya sedih dalam hatinya, tetapi pekerjaan dan pencahariannya juga penuh kesulitan. Ia harus membuat begitu banyak rencana dan acara untuk memperoleh uang secukupnya guna memelihara kedudukannya sekarang. Ini semua penuh kesengsaraan. Dalam sifat kebodohan, orang menjadi semakin gila. Mereka dibuat sedih oleh keadaannya, hingga berlindung pada mabuk-mabukan, dan dengan demikian mereka semakin merosot ke dalam kebodohan. Masa depan kehidupan mereka sangat gelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar