Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Minggu, 12 Juni 2011

BULETIN JUNI 2011: GURU SPIRITUAL

“Kita hanya mengetahui semua yang ada, dari pengalaman-pengalaman di dunia material ini, sedangkan di luar itu kita tidak tahu. Sadhu guru vaisnava berasal dari dunia rohani, karena itulah kita mencari informasi darinya.”
(Srila Bhaktisiddhanta Sarasvati Thakura)

MENDEKATI SEORANG GURU
tad viddhi pranipātena
paripraśnena sevayā
upadeksyanti te jñānam
jñāninas tattva-darśinah

“Cobalah mempelajari kebenaran dengan cara mendekati seorang guru spiritual. Bertanya kepada beliau dengan tunduk hati dan mengabdikan diri kepada beliau. Orang yang sudah insaf akan dirinya dapat memberikan pengetahuan kepadamu karena mereka sudah melihat kebenaran itu.” (Bhagavad-gita 4.34)
    Jalan keinsafan diri tentu saja sulit. Karena itu, Krishna menasehati kita agar kita mendekati seorang guru spiritual yang dapat dipercaya dalam garis perguruan dari Tuhan Sendiri. Tidak seorang pun dapat menjadi guru spiritual yang dapat dipercaya tanpa mengikuti prinsip garis perguruan rohani tersebut. Krishna adalah guru spiritual yang asli, dan orang yang termasuk garis perguruan dapat menyampaikan amanat Krishna menurut aslinya kepada muridnya. Tidak ada orang yang menjadi insaf secara rohani dengan membuat proses sendiri.
    Seseorang juga tidak dapat maju dalam kehidupan rohani dengan cara mempelajari buku-buku pengetahuan sendirian. Orang harus mendekati seorang guru spiritual yang dapat dipercaya untuk menerima pengetahuan. Seorang guru spiritual seperti itu harus diterima dengan penyerahan diri sepenuhnya, dan sebaiknya orang mengabdikan diri kepada sang guru spiritual seperti hamba yang rendah, bebas dari kemasyhuran yang palsu. Memuaskan sang guru spiritual yang sudah insaf akan dirinya adalah rahasia kemajuan dalam kehidupan rohani.

BAGAIMANA MENEMUKAN GURU?


    Tuhan Yang Maha Esa bertindak sebagai guru dalam dua cara: Sebagai caitya-guru dari dalam hati, dan dari luar sebagai mahanta-guru, atau penyembah murni. Jika kita tulus, maka Tuhan akan mengungkap mahanta-guru kepada kita. Kita dapat pergi kepada beribu-ribu orang dengan permohonan di tangan kita, tetapi sampai sosok itu dapat menyetujui permohonan kita, kita tidak dapat ke mana-mana. Tuhan Yang Maha Esa adalah sosok itu. Mengapa Dia menerima atau tidak menerima permohonan kita adalah sesuatu yang tidak dapat kita mengerti. Dia bukanlah buruh lapangan yang bekerja di taman pribadi kita. Kita harus sabar dan menunggu. Sementara itu kita harus mempersiapkan diri kita dengan mengembangkan sikap pelayanan dan berusaha keras untuk menghilangkan keinginan yang macam-macam. Jika kita berdoa dengan tulus hati untuk karunia Tuhan, maka Dia dengan senang akan memberikan kita karunia. Melalui karunianya kita akan menemukan seorang guru spiritual yang bonafid.
    Jalan keberuntungan dimulai dengan mengambil perlindungan seorang guru spiritual yang bonafid. Sesuai dengan rencana Tuhan, setiap orang di bumi ini menemukan seorang guru yang sesuai dengan kebutuhan khusus dan kualifikasinya masing-masing. Demikian, Umat Kristen, mereka memiliki Yesus dan umat Muslim, mereka memiliki muhammad. Dan beberapa orang lain yang kurang beruntung berpikir bahwa orang-orang materialistis dengan tradisi formal yang terikat dengan keluarga adalah guru mereka, sebagai hasilnya mereka menjadi terlibat dalam kehidupan keluarga mereka sendiri. Jika kita beruntung, jika kita benar-benar mencari seorang guru yang sejati dengan ketulusan sepenuhnya dan ketekunan, dan jika kita berdoa dengan penuh perasaan kepada Tuhan untuk dapat bertemu dengan guru spiritual yang sejati, maka Tuhan pasti akan menuntun kita dalam kehidupan saat ini kepada seorang guru spiritual yang sejati dengan berlindung kepadanya kita mampu mencapai karunia tertinggi.

SIAPAKAH GURU SPIRITUAL?

    Guru berarti berat. Dengan berlindung pada kaki padma guru spiritual makhluk hidup yang remeh ini akan terbebas dari segala jenis melapetaka. Untuk itulah Krishna menyarankan perlindungan guru spiritual.
    Kata ‘gu’ berarti kegelapan dan kata ‘ru’ berarti, yang menghilangkan kegelapan. Lupa akan identitasnya sendiri, sejak waktu yang tidak diingat lagi, makhluk hidup berkelana di wilayah gelap energi mengkhayalkan – Maya. Oleh karena keterikatan khayalan yang didasari kebodohan, mereka menerima benda-benda material yang sementara dan tidak nyata dengan perasaan yang salah sebagai “aku” dan “milikku” menganggap diri mereka sebagai pemiliknya. Untuk menghilangkan keterikatan khayalan ini, seseorang harus berlindung pada guru spiritual, maka kita akan mendapatkan kebahagian transendental tertinggi. Tetapi siapakah guru spiritual? Srimad-Bhagavatam menyatakan:

sa vai priyatamaś cātmā
yato na bhayam anv api
iti veda sa vai vidvān
yo vidvān sa gurur harih

“Orang yang tekun dalam bhakti tidak merasa takut sedikit pun dalam menghadapi kehidupan material. Ini karena Personalitas Tuhan Yang Maha Esa adalah Roh Yang Utama dan kawan bagi semua orang. Orang yang mengetahui rahasia ini adalah orang yang benar-benar berpendidikan, dan orang yang telah berpendidikan seperti itu dapat menjadi guru spiritual bagi dunia. Seseorang yang merupakan guru spiritual yang benar-benar bonafid, wakil Krishna, tidaklah berbeda dengan Krishna.” (Srimad-Bhagavatam 4.29.51).
    Di dalam percakapan antara Sri Caitanya Mahaprabhu dan Ramananda Raya, Sri Caitanya mengatakan:

kibā vipra,kibā nyāsī,śūdra kene naya
yei krsna-tattva-vettā, sei 'guru' haya

“Apakah seseorang adalah brahmana, sannyasi atau sudra – tanpa memperhatikan apa dia sebenarnya -  dia dapat menjadi seorang guru spiritual jika ia mengetahui ilmu pengetahuan tentang Krishna.” (Sri Caitanya-Caritamrta Madhya-lila 8.128).

    Faktanya kualifikasi atau persyaratan untuk seorang guru spiritual bergantung pada pengetahuannya tentang ilmu pengetahuan tentang Krishna. Itu tidak masalah apakah ia seorang brahmana, ksatriya, sannyasi atau sudra. Perintah yang diberikan Sri Caitanya Mahaprabhu ini sama sekali tidak bertentangan dengan perintah kitab suci (Veda).
     Di dalam Padma Purana dikatakan “seorang brahmana yang ahli dalam segala pengetahuan Veda tidak memenuhi syarat untuk jadi guru spiritual kalau ia tidak menjadi Vaisnava, atau ahli di bidang ilmu pengetahuan tentang Krishna. Tetapi orang yang dilahirkan dalam keluarga dari golongan rendah dapat menjadi seorang guru spiritual kalau ia menjadi Vaisnava atau sadar akan Krishna.”    Jika seseorang terlahir di dalam sebuah keluarga sudra tetapi memiliki semua sifat-sifat seorang guru spiritual, ia harus diterima bukan hanya sebagai seorang brahmana tetapi  sebagai seorang guru spiritual yang berkualifikasi juga.

HUBUNGAN GURU DAN MURID

    Guru spiritual yang pertama kali memberikan informasi tentang kehidupan rohani disebut vartma-pradarsaka-guru, guru spiritual yang menginisiasi berdasarkan peraturan kitab suci disebut diksa-guru, dan guru spiritual yang memberikan perintah-perintah untuk kemajuan disebut siksa-guru.
    Ketika seorang guru menerima seorang murid adalah wajar bahwa setiap reaksi-reaksi dosa sang murid akan pergi ke sang guru. Seorang murid harus menjadi sangat berhati-hati, “Guruku begitu berkarunia! Dia mengusahakan dirinya sendiri begitu keras untuk membebaskan aku dari sumur gelap ini, dari penjara Durga, Mayadevi. Aku dipenjara, tetapi guruku berusaha begitu keras untuk menarikku keluar. Aku harus menjadi seorang murid yang berguna. Aku harus tidak menempatkan gurudeva-ku dalam masalah. Mengapa ia harus menderita untukku? Dia telah melakukan begitu banyak kebaikan untukku, yang aku tidak dapat membalasnya. Mengapa aku menjadi begitu merosot, melakukan begitu banyak omong kosong, menjadi begitu jatuh, melakukan kegiatan berdosa yang buruk sekali yang akan menempatkan gurudeva-ku dalam masalah?”
    Sang murid harus menjadi sangat serius. Ia harus berpikir, “Tidak! Kewajibanku adalah untuk membantu guruku. Dia harus tidak mendapatkan masalah dariku.” Inilah murid yang sejati. Hal itu seharusnya tidak satu sisi saja. Hal itu bertimbal balik. Guru dan sisya – itu adalah dua sisi; keduanya harus bekerjasama. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, “Guru kita telah datang dengan seutas tali. Dia telah melempar ujung satunya ke dalam sumur, berkata, “Tangkap, pegang itu dengan sangat kuat! Harus tidak ada yang kendur di sana. Maka aku akan menarikmu keluar.” Jika kau tidak mendengar pada perintah ini, jika kau malas dan tidak hati-hati dan tidak memegang tali itu kuat-kuat, jika kau kendur, maka kau akan terjatuh ke bawah. Betapa akan terkejutnya sang guru! “Aku menghabiskan bergalon-galon darah spiritual-ku dan orang ini jatuh!”
    Hal itu seharusnya tidak terjadi. Melainkan, pegang tali itu dengan sangat kuat, tanpa kendur, dan kemudian ia akan menarik kau keluar. Kemudian ia akan bahagia, “Ya! Sekarang aku telah sukses! Aku telah menarik keluar satu jiwa dari penjara Durga!”. Itu bukanlah persoalan yang mudah untuk menjadi seorang guru. Hal itu sangat bahaya. Jika sang guru tidak memiliki potensi, bagaimana ia dapat menahan reaksi-reaksi dosa dari murid-muridnya? Orang seperti itu pasti terjatuh. Dia memiliki brahmacari sebagai muridnya. Mereka memiliki begitu banyak keinginan material, begitu banyak ketertarikan seksual, dan itu harus datang pada sang guru, sebab sang guru memberikan mereka perlindungan. Jika kau datang kepada guru dan sang guru tidak memiliki potensi untuk menahannya, dia akan jatuh. (Sri Srimad Gour Govinda Swami, Sri Krishna Kathamrta Bindu, issue no.249, 14 April 2011).

GARIS PERGURUAN (PARAMPARA)

evam parampara-praptam
imam rajarsayo vidhu
sa kaleneha mahata
yogo nastah parantapa

“Ilmu pengetahuan yang paling utama ini diterima dengan cara sedemikian rupa melalui rangkaian garis perguruan guru-guru kerohanian dan para raja mengerti ilmu pengetahuan tersebut dengan cara seperti itu. Tetapi sesudah beberapa waktu, garis perguruan itu terputus; karena itu, rupanya ilmu pengetahuan yang asli sudah hilang.” (Bhagavad-gita 4.2)
    Di zaman Kali sekarang ini ada empat garis perguruan yang diakui Veda: Brahma, Rudra, Sri, dan Sanaka Sampradaya. Orang yang mengikuti sistem garis perguruan ini, ia dapat menjadi guru bagi seluruh dunia. Sri Caitanya Mahaprabhu menerima guru dari Brahma-Madhva Sampradaya, yaitu Isvara Puri sebagai guru-Nya. Sejak saat itu kata Gaudiya ditambahkan ke dalamnya menjadi Brahma-Madhva-Gaudiya Sampradaya. Sri Caitanya Mahaprabhu adalah Krishna Sendiri dalam inkarnasi-Nya sebagai avatara keemasan, Dia telah memenuhi kekurangan kepercayaan dan filsafat dari empat acarya dalam keempat Sampradaya tersebut dengan memperkenalkan filsafat acintya-bhedabheda-tattva, untuk itulah guru spiritual yang bonafid harus datang dari garis perguruan yang diawali oleh Sri Caitanya Mahaprabhu dan Sri Caitanya Mahaprabhu muncul khususnya untuk menyebarkan pengucapan nama-nama suci Tuhan secara beramai-ramai (Sankirtana):
hare krishna hare krishna
krishna krishna hare hare
hare rama hare rama
rama rama hare hare

Tidak ada komentar:

Posting Komentar