Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Sabtu, 18 Juni 2011

JAGANATHA DAN PENYEMBAH AGUNGNYA, DASIA BAURI


Dasia Bauri adalah penyembah agung dari Tuhan Jagannath pada abad ke-15 Masehi. Kata Dasia berarti hamba dan Bauri berarti kasta rendah. Dasia Bauri tinggal di sebuah desa kecil bernama Baligaon, yang terletak dekat Puri di Orissa. Dari lahir, ia terikat dengan Tuhan Jagannatha dari hatinya, pikiran dan jiwa, dan dalam usia muda ia selalu menulis lagu dan kisah rohani tentang Tuhan Jagannatha. Dia berasal dari keluarga penenun dan tinggal bersama istrinya yang bernama Malati, yang melayani dengan jujur dan selalu memberikan dukungan untuk suaminya dan tinggal di pondok mungil pada sepetak tanah. Untuk hidup, ia bertenun tradisional, mereka hidup dalam kemiskinan.

Setiap hari di desa tersebut memiliki tradisi membaca teks Bhagavatam dan dijelaskan dalam wacana. Penduduk desa berkumpul untuk acara ini. Tapi didalam acara ini, kasta yang paling rendah tidak boleh ikut di dalam ruangan, dan Dasia Bauri adalah salah satunya. Sementara karena ia tidak diperbolehkan di dalam, dia akan mendengarkan dari kejauhan dengan setia. Pancha Sakha atau lima sahabat adalah penyembah dari Tuhan Jagannath sangat terkenal pada saat itu. Dari mereka, Dasia Bauri menerima Jagannath Dash sebagai guru spiritualnya.

Suatu hari, beberapa penduduk desa pergi ke temple Jagannath Puri, Dasia tidak pantas untuk menemui Beliau sehingga ia menawarkan mereka kelapa untuk dipersembahkan kepada Lord Jagannath atas namanya. Dia bersikeras bahwa mereka harus mempersembahkan di Stamba Aruna (pilar besi monolitik yang berdiri di pintu masuk tetapi di luar temple Puri) itu sendiri dan sampai Tuhan Sendiri menerima persembahan itu, mereka seharusnya tidak meninggalkan persembahan itu...

Teman-temannya merasa lucu mendengarkan bahwa Tuhan Jagannath Sendiri akan menerima kelapa tersebut di pintu masuk temple Puri, namun mereka mencoba memberikannya. Dan lihatlah! Hal itu terjadi persis seperti Dasia inginkan! Mereka terpesona oleh keajaiban tersebut. Ketika mereka pulang Dasia menjadi tokoh yang dipuja dan dihormati.

Suatu hari, Dasia pergi untuk menyaksikan Festival kereta yang sekali saja bagi yang hina seperti dirinya dapat menyaksikan arca Jagannatha. Ketika ia melihat yang dicintainya, ia begitu kebahagiaan rohani sehingga ia tidak bisa lagi mengendalikan diri. Dia bertindak dalam kebahagiaan penuh, menyanyikan kemuliaan-Nya, dan berguling-guling dalam debu! Saat itu susah sekali buat teman-temannya untuk membawa dia kembali ke rumahnya.

Setelah kejadian itu, tidak ada yang berubah. Dia melihat Tuhan Jagannatha berwujud di mana-mana. Setelah istrinya melayani sepiring nasi dan masukkan lentil hijau di dua mangkok. Ketika Dasia duduk untuk sarapan, dia tidak bisa melepaskan pandangannya dalam kegembiraan sama sekali. Baginya dua tempat mangkok tsb seperti mata besar Tuhan Jagannath sendiri. Dia menari seperti orang lupa diri dan sampai dua mangkok itu di pindahkan dia belum tenang.

Segera tersebar berita tentang pengabdianya ini dan bahkan penduduk dari desa-desa tetangga datang untuk melihat penyembah tersebut. Banyak insiden terjadi. Suatu hari, istrinya Malati tidak bisa berangkat ke Puri, ia ingin suaminya menceritakan bagaimana bentuk Tuhan Jagannathi ketika dihias pada kereta kayu tersebut. Dasia membawanya ke kolam Gothagadia di belakang gubuk mereka dan memintanya untuk melihatnya ke perairan dalam. Ada tiga bayangan yang menyilaukan duduk di kereta. Di kolam itu tidak ada yang mandi, mencuci pakaian atau peralatan di dalamnya. Tidak tercemar. Tidak ada yang menangkap ikan juga. Pada suatu hari seorang penduduk desa mencoba untuk melakukannya dan ketika ia mencoba memasak, kuali itu penuh dengan darah. Tidak ada yang berusaha menyentuh air suci sejak saat itu. Hal ini diyakini bahwa ada ular kobra hitam beracun yang ada di dalam air tersebut.

Suatu ketika, Panca Sankha datang untuk mengunjungi Dasia dan mendengar bahwa ia bisa menunjukkan istrinya bentuk Tuhan Jagannath di dalam air. Mereka juga ingin melihat bentuk arca tersebut. Dasia memenuhi dan ada bentuk Tuhan lengkap dengan empat lengan.

Pada suatu hari, keluarga yang taat ini tidak mempunyai makanan di malam hari. Tuhan Jagannath muncul di pintu, menyamar dan meminta makanan. Malati tidak bisa menemukan sesuatu untuk memberi makanan kepada orang lapar dan hanya mendapatkan sedikit sisa makanan. Dia memberikannya, lalu tamunya mengatakan merasa sudah kenyang dan menghilang. Malam itu, raja Puri, yang adalah pelayan pertama Tuhan Jagannath, bermimpi Dasia Bauri tidak punya apa-apa untuk dimakan. Raja mengatur agar makanan dikirim setiap hari ke rumahnya. Bahkan setelah bhoga yang dipersembahkan kepada tiga kepribadian di kuil Puri, yang pertama diberikan adalah kepada Dasia Bauri. tradisi itu tetap hidup untuk waktu yang lama.

Setiap tahun Dasia Bauri akan mengirim sekeranjang penuh mangga matang untuk Tuhan Jagannath dan panda (pendeta) itu akan menemukan kernel di atas altar sebagai bentuk bahwa Beliau memang mengambil dan memakan buah-buahan tersebut. Namaste...

Sumber: Catatan facebook Svarupa Siddhi pada 15 Juni 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar