Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Jumat, 05 Agustus 2011

BAGIAN 6: KELAHIRAN DAN MASA MUDA HANUMAN

Hanuman aslinya adalah putra Vayu, dewa angin. Dan dia juga adalah perbanyakan dari dewa Siva. Semua dewa membantu Ramachandra di dalam pertempuran. Dewa Siva berpikir, “aku juga harus membantuNya.”  Jadi jauh sebelum Ramachandra berinkarnasi, dewa Siva memiliki sebuah aktivitas. Suatu ketika Siva dan Parvati sedang bermain di Kailash, dan mereka melihat seekor monyet. Dewa Siva, dengan melihat pada monyet ini, dia juga mengambil bentuk seekor monyet. Parvati juga mengambil bentuk seekor monyet, dan mereka bermain. Pada saat itu, Dewa Siva memberikan Parvati pembuahan (kehamilan). Kemudian segera ia menjadi Parvati kembali dan berkata, “aku tidak akan melahirkan seekor monyet.” Lalu Siva berkata, “nah kau telah memiliki pembuahan jadi sekarang kau harus melahirkannya.” Parvati berkata, “tidak, tidak ketika kau memberikan pembuahan kau adalah seekor monyet, jadi anakku akan menjadi seekor monyet. Aku sudah memiliki seekor gajah, itu sudah cukup. Aku tidak dapat memiliki ini.” Kemudian Siva berkata, “Baiklah kelau begitu, aku akan membuat beberapa rencana.” Siva kemudian memanggil Vayu, dan Vayu datang ke sana. Jauh sebelumnya Siva telah memberikan sebuah pembuahan dan Agni harus membawanya, dan Agni berkata bahwa ia tidak akan melakukannya lagi. Jadi, Vayu datang, dan Siva berkata, “Vayu, kau tidak melakukan apapun untukkku sampai saat ini, jadi tolong lakukan hal ini untukku. Ambil pembuahan ini dan jaga dia.” Vayu berkata, “Tetapi kau adalah pribadi yang paling panas, dan aku seharusnya menjadi penyejuk segalanya. Angin akan menjadi panas.” Siva berkata, “Kau buatlah beberapa rencana.” Jadi Vayu membawa pembuahan ini, berpikir apa yang harus dilakukan, dan kemudian ia melihat sapta-resi sedang pergi ke suatu tempat. Dia pergi ke hadapan mereka dan bertanya, “Ini adalah sebuah pembuahan dari dewa Siva. Ini harus di jaga sampai Tuhan Yang Maha Esa berinkarnasi sebagai Ramachandra. Itu adalah waktu yang masih lama, tetapi itu harus tetap di simpan. Tolong buatlah beberapa rencana.” Sapta-resi berkata, “Oh kami akan membuat beberapa rencana.” Kemudian mereka pergi ke hulu dari sungai Mandakini dan mereka mengambil daun yang terbuat dari baja, dan menempatkan pembuahan itu di sana. Dengan cara ini itu menjadi terjaga, pembuahan itu asal mulanya dibuahi oleh dewa Siva, dibawa oleh Vayu untuk waktu yang lama, dan Vayu memberikan kepada Anjana, jadi itu adalah anak Vayu dan itu juga adalah Siva amsa, atau expansi (perbanyakan) dari Siva. Kemudian Anjaneya (Hanuman) terlahir.

Begitu ia lahir ia tumbuh menjadi anak berusia enam belas tahun. Itu adalah potensi dari dewa Siva. Kemudian Anjana segera bangun untuk pergi ke surga dan Anjaneya menangkap dan menahan kainnya dan berkata, “Tunggu dulu, kemana kau akan pergi ? Kau telah melahirkan aku, dan sekarang kau ingin pergi? Apa yang harus aku makan?” Wanita itu melihat di sekitar, dan pada saat itu matahari sedang tenggelam, lalu ia berkata, “Buah apapun yang berwarna merah dan matang seperti planet matahari, kau dapat memakannya.” Kemudian wanita itu pergi, dan ia menjadi sangat lapar. Dia berpikir lalu berkata, “Mengapa harus se-merah matahari dan sematang matahari? Mengapa tidak mataharinya saja yang dimakan? Lalu ia melompat naik, dan langsung pergi ke planet matahari dan meloncat ke atas kereta dewa Surya. Dia memanjangkan tangannya dan dia mengambil seluruh planet matahari dan membuatnya menjadi kecil menjadi sebuah bola kecil dan menempatkannya ke dalam mulutnya. Setelah itu, dia melihat Rahu datang. “aku akan memakan matahari,” Rahu berkata. Rahu selalu mengatakan hal ini tetapi ia hanya akan tetap memakannya setengah. Lalu Anjaneya berkata, “Oh kau akan memakan matahari? Tetapi aku sudah terlebih dahulu memakan matahari dan aku akan memakan kau juga.” Kemudian ia menelan Rahu. Dewa Indra sedang duduk di tempat duduknya berdiskusi tentang politik, tetapi tiba-tiba segalanya menjadi gelap. Agni ada di sana, jadi disebabkan oleh cahayanya ia dapat melihat. Indra bertanya kepada Agni, “Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa tidak ada cahaya?” Agni menjawab, seseorang telah membawa pergi matahari.” Indra bertanya “Apa? Seseorang telah membawa pergi matahari?” Agni berkata, “Mengapa anda berpikir siapa yang membawanya? Gunakan saja shabda-viddhi-mu.” Shabda-viddhi artinya bahwa hanya dengan mendengar suara, anda dapat menembakkan senjata anda. Jadi Indra melempar Vajra-nya. Ketika melemparnya ia sudah melompat ke atas gajah putihnya, Airavata, dan ia datang. Anjaneya melihat bahwa segalanya menjadi gelap, kemudian ia melihat gajah putih ini datang.” Oh, aku akan memakan itu juga,” kemudian ia melompat ke atas Airavata. Ketika ia melompat ke atas Airavata, Vajra datang dan mengenai gigi Anjaneya.

Anjaneya dengan cepat menangkap dan menahannya. Indra berpaling dan melihat Anjaneya memegang Vajra dan ia berpikir, “Ini pasti Visnu avatar yang besar. Aku lebih baik diam. Di antara makhluk hidup hanya Indra yang mampu memegang senjata ini, jadi ia pasti inkarnasiNya dengan ekor. Kemudian Indra pulang. Sekarang Anjaneya memiliki matahari, Rahu dan senjata Vajra ini, dan ia pulang ke rumahnya di Kiskenda untuk memakannya. Dia duduk di bawah melihat Vajra ini dan berpikir, “Seharusnya ini aku gigit atau kunyah?” Pada saat itu semua orang menghadap Brahma dan bertanya padanya, “Apa yang terjadi di alam semesta ini?  Rahu hilang, matahari hilang.” Brahma berkata, “Jangan khawatir. Ini adalah potensi Siva, dan sosok ini adalah seorang penyembah agung dari Tuhan Rama.” Brahma hidup untuk waktu yang lama dan begitu banyak Ramayana telah terjadi. Jadi ia tahu bahwa hal ini selalu sama setiap waktu, tetapi aktivitasnya sedikit berbeda di setiap kalpa. Lalu ia berkata, “ Ini adalah Hanuman. Kita semua harus pergi ke sana dan menyentuh kakinya dan memohon padanya. Jika kau melakukan itu kau akan mendapatkan matahari, jika tidak maka tidak ada matahari.” Kemudian semua dewa datang, tiga puluh tiga juta jumlah mereka. Mereka semua datang ke sana dengan mencakupkan tangan. Tolong Anjaneya, buka mulutmu.” Dia kecewa karena Vajra Indra telah mengenai giginya. “Anda telah menghancurkan rahangku. Jika aku membuka mulutku kau hanya akan menghancurkan rahangku yang satu lagi.” Lalu Brahma berkata, “Anakku sayang, aku akan memberikan apapun yang kau suka. Kau dapat hidup lama seperti aku.” Anjaneya tidak merasa puas. Kemudian Agni maju dan berkata, “Api tidak akan membakarmu.” Tetap ia belum puas, lalu Indra maju. “Kau sedang memegang Vajraku, jadi karunia apa yang dapat ku berikan kepadamu? Tetapi aku katakan padamu kau akan terkenal sama sepertiku.” Tetap tidak merasa puas. Kemudian Vayu datang. “Kau akan menjadi cepat sama sepertiku.” Dia tersenyum sedikit. Satu demi satu mereka semua datang dan memberikan karunia. Dan setelah semua datang dan mempersembahkan karunia, tetap Anjaneya belum merasa puas. Brahma berkata, “Jangan khawatir, aku akan menggunakan kekuatan mistikku.” Dan ia membaca pikiran Anjaneya. Anjaneya berpikir, “Mengapa di dunia ini tidak ada buah-buahan?” Brhaspati datang mengetahui keinginannnya dan ia maju dan berkata, “Anjaneya, aku akan memberikan semua buah yang ada di dunia ini, dan aku akan memberikan pengetahuan Ayurveda dengan mana kau akan mengetahui semua buah, tumbuhan, dan semua pohon. Setiap tumbuhan di ciptaan ini, kau akan mengetahuinya, dan apa gunannya hal-hal itu kau juga akan mengetahuinya. Inilah karuniaku padamu.” Kemudian Dhanvantari berbicara, Aku akan ada di bawah perintahmu. Kau tempatkan obat apapun pada seseorang dan ia akan menjadi hidup.” Jadi Anjaneya membuka mulutnya dan dewa matahari ada di sana, dan para dewa sangat puas. Kemudian Brahma memanggilnya, “Hanuman.” Hanuman berarti seseorang yang memiliki kerusakan di giginya. Itulah arti Hanuman. Hanuman juga dikenal dengan Vajranga, yang juga berarti sama. Vajra berarti gigi dan anga berarti hilang satu bagian. Salah satu namanya adalah Marut-suta, putra dewa angin. Dia dikenal sebagai Anjaneya, putra Anjana. Dan terakhir dia dikenal sebagai Mahavira, atau raja yang agung. Ini adalah beberapa
nama-nama yang berbeda dari Hanuman.

Kemudian Brahma memberikannya kalung permata, dan memberitahukannya. “Ini adalah karunia tertinggi yang kau bisa dapatkan. Kau akan menjadi pelayan kekal dari Tuhan Yang Mahaabadi, dan hanya Tuhan yang akan mampu mengenali kalung ini. Maksudnya kau akan dikenali olehNya, dan Dia akan menjadi dikenali olehmu sebagai sosok yang mengenal kalung itu.” Ketika Ramachandra ada pada ujung hutan Dandakaranya, setelah ibu Sita di culik, dan Jatayu wafat lalu di kremasi oleh Ramachandra, Rama dan Laksamana datang ke Kiskenda, sebab seorang resi memberitahukan kepada Ramachandra bahwa di Kiskenda mereka akan mendapat informasi di mana ibu Sita berada. Begitu mereka sampai di Kiskenda, ada seseorang yang sangat sangat tua dengan rambut terikat berjalan di depan Sri Rama, Dia melihatnya dan berkata, “Anda adalah orang suci, atau  seorang raja, atau anda adalah seorang pemburu, atau dewa? Tolong katakan siapakah anda." "Aku pengemis di wilayah ini, dan siapapun yang datang ke sini, aku meminta sesuatu dari mereka. Jadi berdasarkan urusan Anda aku akan menerima permintaanku.
Katakan padaku apakah Kau seorang dewa, raja atau orang suci.” Pengemis itu bertanya. Kemudian Ramachandra melihat Laksamana dan berkata, “Dia ini seorang pengemis yang luar biasa. Permintaannya berdasarkan standar dari pendermanya, lebih tinggi atau lebih rendah” Kemudian Dia melihat pengemis itu, dan Dia melihat sebuah kalung permata di lehernya. Dia berkata, “Anda adalah pengemis yang aneh. Anda memiliki sebuah kalung permata yang sangat bagus, dan masih tetap mengemis. Aku tidak mengerti. Anda memiliki begitu banyak kekayaan. Bagaimana seseorang bisa memiliki kalung seperti itu dan masih tetap mengemis?” Orang tua itu berkata, “Anda mampu melihat kalung hamba?” Ramachandra menjawab, “Ya Aku dapat melihatnya.” Lalu pengemis itu bertanya-tanya, “Apakah Dia mampu melihat kalungku?” Lalu Rama bertanya kepada Laksmana, “Dapatkah kau melihatnya?” Laksmana berkata, “Tidak. Aku tidak melihat apapun.” Ramachandra bertanya, “Bagaimana mungkin Aku dapat melihat kalung itu dan Laksamana tidak dapat melihatnya?” Ketika Ramachandra bertanya kepada pengemis itu, “Pengemis seperti apa anda? Anda memiliki kalung yang indah di leher anda.” Hanuman segera mengenali, bahwa inilah Tuhan pujaanku. Dan ia segera berserah diri kepadaNya.  Demikian dengan cara ini Dia menemui Sugriva, dan Hanuman memiliki begitu banyak perbuatan yang luar biasa lainnya juga, ketika ia masih kecil.

Setelah kegiatan menelan matahari ada kegiatan yang lainnya. Dia biasa mengajak gajah dan harimau bermain bersamanya. Suatu hari dia menangkap dan menahan gajah besar yang bijaksana. Dia memegang gadingnya, dan ia juga memegang ekor harimau, dan mengayunkan mereka disekitarnya. Mereka membuat beberapa suara. Ini adalah kesenangan Hanuman. Dan kemudian ia melihat sebuah asrama. Resi yang tinggal di sini tidak pernah marah didalam hidupnya. Dia terkenal karena pengendalian indria-indrianya. Hanuman berpikir sendiri, “Sekarang, kita akan uji pengendalian indrianya.” Jadi dia menempatkan harimau dan gajah yang diikat bersama di depan asramanya. Hal ini terjadi di pagi hari, selama brahma-muhurta. Jadi sang resi perlahan membuka pintu dan mengambil lota (kendi) untuk mandi. Kemudian ia melihat keluar dan terlihat harimau itu, jadi ia menutup pintunya dengan cepat. Saat itu ia sedang sembelit, tetapi ketika ia melihat harimau ini tiba-tiba ia merasakan panggilan alam (B.A.B). Jadi dia harus keluar. Tetapi apa yang dapat ia lakukan? Di sana ada harimau di luar pintunya. Dia melihat keluar pintunya lagi, dan sekarang ia melihat gajah juga, jadi ia dengan cepat menutup pintu lagi. Dia harus Buang Air Besar (B.A.B). Tapi bagaimana ia dapat B.A.B di dalam? Dia harus pergi keluar jendela, di sana ada sebuah pohon diluar jendela, dia melihat ke atas dan melihat Hanuman di atas pohon. “Jadi anda adalah penyebab kenakalan ini. Kemarilah !!” Hanuman berpikir, “Dia menjadi marah, aku harus pergi.” Lalu dia turun, dan ia menjadi kecil dan memasuki jendela itu. Sang resi memberinya sebuah kutukan yang membuat kekuatannya terbatas. “Mengapa kau mengutukku seperti itu?” Hanuman bertanya. “Hal ini baik untukmu. Kau miliki kekuatanmu menjadi terkendali sehingga kau hanya dapat menggunakannya untuk pelayanan kepada Tuhan. Dan ketika pelayanan itu datang, Tuhan akan mengatur seseorang untuk mengingatkanmu.” Kemudian Hanuman berkata, “Aku tidak akan pernah mengikat seekor gajah dan harimau lagi. Dan pastinya aku tidak akan menempatkannya di depan asramamu. Aku akan menempatkannya di tempat lain.” Kemudian ia pulang, dan ia tidak bermain selama seminggu. Ketari bertanya,” Hanuman, mengapa tidak ada komplain dari seseorang selama seminggu? Apakah kau menjadi anak yang baik?” Hanuman berkata, “Aku tidak ingin memberikan masalah pada orang lain.” Kemudian mereka mendengar suara, suara yang lembut. Ketari berkata, “Apa ini? Itu Narada Muni datang!” Hanuman bertanya, “Siapa orang ini?” Ketari menjawab, “Dia adalah roh yang sangat agung. Dia tidak memerlukan sambutan apapun. Kau pergilah ke padanya dan kau akan mengetahui keagungan orang ini.” Dengan segera Hanuman melompat dan Narada sedang dalam perjalanan melewati kediaman mereka, untuk melihat beberapa resi, jadi Hanuman melompat kehadapannya dan mempersembahkan pranam. “Narada Muni, aku dengar bahwa kau adalah orang yang sangat agung, jadi kau harus memberikanku karunia. Tanpa memberikanku karunia kau tidak diizinkan pergi.” Narada berkata, “Karunia apa yang kau inginkan?” Hanuman berkata, “Para dewa sudah memberikanku begitu banyak karunia. Aku tidak dapat berpikir yang lain lagi, jadi kau saja yang pikirkan sebuah karunia, dan berikan kepadaku.” Narada berpikir, “Karunia apa yang tidak dimiliki Hanuman?” Lalu ia berkata, “Kau akan menjadi ahli dalam bermusik.” Hanya itu karunia yang tersisa untuk diberikan. Hanuman mendapatkan karunia itu dan Narada berkata, “Jadi aku telah memberikanmu karunia, sekarang aku pergi.” Hanuman berkata, “Sebentar, sebentar.” Apa yang kau inginkan?” Narada bertanya, “Bagaimana aku mengetahui bahwa aku adalah yang paling ahli dalam bermusik?” Hanuman bertanya. “Ayahku memberitahukanku bahwa kau adalah yang paling ahli dalam bermusik, jadi kau harus menolongku hari ini. Berikan karunia yang membuat aku lebih ahli darimu.” Lalu Narada berkata, “Baiklah, aku akan duduk di suatu tempat dan mendengarkanmu.” Hanuman bertanya, “apakah aku harus mulai bernyanyi?”. “Ya” Narada Muni menempatkan Vinanya di sebuah batu, dan ia duduk di tanah. Lalu Hanuman memilih irama yang mampu melelehkan batu, dan ia mulai menyanyikannya. Batu itu meleleh, dan vina itu berada di dalam cairan. Dia terus bernyanyi dan vina itu mengambang di atas batu yang mencair. Narada sedang menutup matanya dan menikmati, ia berkata, “Baiklah Hanuman, kau adalah musisi terbaik. Kau dapat berhenti bernyanyi sekarang.” Hanuman berkata, “Bukalah matamu dan katakan padaku jika aku harus berhenti bernyanyi.” Narada berkata, “Apa maksudmu?” Hanuman menjawab, “Bukalah matamu” Lalu Narada Muni membuka matanya dan melihat di sekitar. Dia tidak memperhatikan vinanya mengambang di atas batu air. “Ya, kau dapat berhenti bernyanyi.” Kemudian Hanuman berhenti bernyanyi, dan batu yang mencair itu menjadi keras, dan vina itupun tersangkut. Narada berkata, “Aku pergi” dan ia mengambil vinanya, tetapi vina itu tidak dapat bergerak. “Apa yang telah kau lakukan Hanuman?” Hanuman berkata, “Aku hanya menyanyikan sebuah lagu, kau yang memintaku menyanyikan sebuah lagu, dan kau juga yang memberikanku kemampuan ini. Sekarang kau komplain. Aku telah menjadi anak yang baik selama seminggu.” Narada berkata, “Seminggu tidak melakukan apapun berarti bahwa sebelumnya kau telah melakukan kenakalan terlalu banyak.” Kemudian Hanuman memberitahukannya semua tentang apa yang telah ia lakukan, menelan matahari dan lain-lain, dan Narada menjadi puas. Lalu ia berkata, “Sekarang, apapun itu, kau tolong nyanyikan irama itu lagi, jadi aku bisa mendapatkan vinaku kembali.” Hanuman berkata, “Yah, aku tidak tahu…” Narada Muni berkata, “Tolong lakukanlah!!” “Tidak,aku tidak mau,” Hanuman berkata lalu ia melompat ke atas dan masuk kedalam istana. Narada Muni masuk ke sana dan memanggil, “Hey Hanuman, datanglah dan keluarkan vinaku ! aku harus pergi.” Kemudian Ketari keluar, dan ketika ia melihat Narada Muni, Ketari menyentuh kakinya. “Apa yang telah dilakukan putraku, dia memberikanmu sedikit masalah?” Narada berkata, “Oh tidak, bukan masalah, hanya saja vinaku tersangkut di batu.” Ketari berkata, “Oh tidak dia memulai kenakalannya lagi. Hanuman, keluarkan vina Narada dari batu!” Lalu Hanuman berkata, “Aku ingin kaki Narada Muni menyentuh setiap kamar di istana ini, itulah mengapa aku melakukan hal ini. Sekarang ia telah menyentuh semua ruangan dan aku akan melepas vinanya. Debu dari kaki padmanya sangatlah jarang bahwa apa gunanya dengan hanya memilikinya di satu bagian kerajaan kita? Kita harus memilikinya di semua tempat.” Narada berkata, “Kau sudah diberikan karunia, karena kau adalah pelayan kekal Sri Rama.” Jadi Hanuman pergi dan bernyanyi untuk Narada, yang dengan cepat mengambil vinanya dan pergi.

Dengan cara ini, Hanuman memiliki begitu banyak kegiatan yang luar biasa. Lalu ia memberitahukan Ketari, “Aku ingin mendapatkan pendidikan. Aku telah mendapatkan begitu banyak karunia, tetapi aku memerlukan pendidikan juga, aku memerlukan vidya. Aku sangat-sangat ingin mendapatkan vidya.” Ketari berkata, “Tetapi siapa yang dapat memberikanmu vidya? Kau memiliki begitu banyak karunia, tetapi kau juga memiliki kelakukan yang tidak terkendali. Aku tidak dapat menemukan guru untukmu, sebab kau begitu kuat, dan juga nakal.” Hanuman berkata, “Ini artinya kau tidak ingin melaksanakan kewajiban seorang ayah. Kau tidak memberikanku pendidikan apapun.” Ketari berkata, “Aku harus memberikanmu pendidikan, tetapi kau harus melakukan satu hal. Kau pergi ke dewa matahari. Dia adalah yang paling kuat. Beberapa saat yang lalu dia tertekan olehmu, tetapi aku tidak dapat memikirkan orang lainnya. Jadi kau pergilah padanya.” Hanuman pergi untuk menjumpai dewa matahari, dan ketika dewa matahari melihat Hanuman datang, ia berkata, “Ini Hanuman lagi. Apa yang dilakukannya di sini? Dia telah tumbuh dewasa sekarang, jadi ia pasti telah berhenti memainkan kenakalannya.” Hanuman datang dan memberikan sembah sujudnya. Dewa matahari berkata, “Apa yang kau lakukan di sini sekarang? Siapa yang akan kau telan?” Hanuman menolak, “Tidak, tidak, semua hal itu karena aku berada dalam kebodohan. Aku masih memiliki begitu banyak kebodohan, tetapi aku ingin mendapatkan sedikit pengetahuan. Aku dengar bahwa kau adalah pandit yang hebat, jadi mohon ajari aku. Aku datang untuk bergabung dengan guru-kulamu.” Jadi dewa matahari melihat ke bawah. Dia memiliki tempat duduk yang besar di depan keretanya. Di sana, ada enam juta resi sedang duduk, dan mereka secara teratur mengucapkan Yajur-veda, Rg-veda, Sama-veda, dan Atharva-veda kepada dewa matahari. Jadi ia melihat kalau di sana ada tempat duduk yang kosong, tetapi semua tempat sudah terisi, lalu ia berkata, “Maaf, tetapi tidak ada izin masuk.” Hanuman berkata, “jika di sana tidak ada tempat duduk maka aku akan berdiri dan belajar darimu.” Dewa matahari berkata, “Tetapi aku harus tetap bergerak, Jika kau berdiri di hadapanku maka aku tidak akan mampu untuk bergerak dan tidak akan ada musim-musim. Aku akan ada dalam masalah.” Hanuman berkata, “Maka aku akan berpindah dan belajar,” Dewa matahari berkata, “Baiklah. Tetapi kau harus menghadap diriku dan bergerak mundur, dengan cara ini kau harus mendengarkan dariku, dan apapun yang aku katakan kau harus  mempelajarinya. Aku tidak akan mengulanginya.: Jadi Hanuman ada di sana di depan dewa matahari, dan ia berjalan mundur. Indria-indrianya sangat terkendali bahwa ia mampu mengikuti orbit matahari. Dalam 60 orbit dia mempelajari segalanya, Rg, Sama, Yajur, dan Atharva. Dewa matahari membicarakannya, dia mendengarkannya dan dengan segera ia mengetahuinya. Kemudian ia berkata, “Sekarang aku telah mengakhiri. Semua yang kau katakan telah aku dengar dan aku mengingatnya.” Dewa matahari berkata, “Bagus, tetapi kau harus memberikanku sedikit dakshina.” Hanuman berkata, “Baiklah apa yang kau inginkan? Kau menginginkan mehkota Indra? Kau katakan apa saja dan aku akan mendapatkannya untukmu dalam beberapa detik.” Dewa matahari berkata, “Tidak, aku tidak meginginkan itu semua. Hanya satu guru-dakshina aku perlukan darimu. Aku memiliki teman monyet, kau harus menjadi menterinya. Kau harus selalu melindungi hidupnya.” Hanuman berkata, “Oh? Kau memiliki teman monyet, dan aku harus melindunginya? Ini hanyalah pujian untukku. Aku akan melakukannya, aku akan melindunginya seperti hidupku sendiri.” Kemudian dewa matahari memberitahukannya siapa monyet itu. Itu adalah Sugriva, dan ia adalah putra dari dewa matahari. Bagaimana Sugriva menjadi putra dari dewa matahari adalah sebuah kisah yang luar biasa.

Ada seorang wanita yang dikenal sebagai Narayani, dan suaminya dipanggil Ugra-tapas. Yang artinya “pertapaan yang keras,” tetapi ia tidak pernah melakukan pertapaan apapun. Dia hanya sibuk dalam kenikmataan indria-indria. Dia menjadi begitu penyakitan dan lumpuh bahwa ia harus dipikul di dalam keranjang. Narayani akan membawanya di dalam keranjang sehingga ia dapat pergi ke tempat-tempat berbeda dan mendapatkan kenikmatan indria. Ugra-tapas memberitahu Narayani, “Kau harus membawaku kepada pelacur hari ini.” Jadi wanita itu membawanya. Ketika Ugra-tapas di dalam keranjang dan Narayani sedang membawanya, ada seorang resi yang bernama Resi Bishmanda, dan ia telah ditempatkan di atas trisula oleh sorang raja karena kesalahpahaman, dan sedang menderita dalam kondisi seperti itu. Dia memiliki tri-kala-jnah, pengetahuan akan masa lalu, sekarang, dan masa depan, dan ketika dia melihat Ugra-tapas ia mengetahui bahwa Ugra-tapas akan pergi ke sebuah tempat pelacuran, dan bahwa ia lumpuh dan dibawa oleh istrinya. Lalu ia menjadi kecewa, dan lupa akan rasa sakitnya. Dia memanggil, “Hey Ugra-tapas, apa yang kau lakukan? Namamu adalah Ugra-tapas, dan seperti apa hidupmu? Dan sekarang kau meminta istrimu untuk membawamu kepada seorang pelacur ketika kau lumpuh. Manusia macam apa kau ini? Kau harus mati dengan segera. Ketika matahari terbit esok hari kau akan mati.” Ketika Narayani mendengar hal ini ia berkata, “Ketika matahari akan terbit besok suamiku akan mati? Maka aku kutuk bahwa matahari tidak akan terbit.” Wanita itu mengutuk matahari. Jadi matahari menjadi tidak bergerak. Kusir kereta dewa matahari Aruna sedang bersiap, mengumpulkan kuda-kuda dan sebagainya, kemudian ia melihat ke belakang dan melihat matahari telah menjadi statis. “Oh? Ini adalah hari libur untukku. Aku tidak pernah dapat hari libur apapun, sebab tidak akan pernah ada kesempatan. Biarkan aku sedikit bersenang-senang. “Jadi ia pergi dan bertanya pada para resi yang duduk di atas kereta dewa matahari, "Bagaimana bisa matahari tidak bergerak lagi?” “Ini adalah kutukan dari seorang wanita suci,” mereka menjawab. Aruna bertanya, “Berapa lama kutukan ini berlangsung?”. “paling tidak satu hari.” “Oh itu bagus,” Aruna berkata, “Satu hari itu bagus. Aku dapat bersenang-senang dengan baik.” Lalu Aruna mendapatkan liburan satu hari. Dia berpikir, “Bagaimana aku dapat menikmati hari ini? Hal ini tidak pernah terjadi di dalam ciptaan sebelumnya, dan mungkin tidak akan pernah terjadi lagi. Matahari tidak pernah libur. Aku hanya memiliki satu hari, jadi aku harus mendapatkan kenikmatan tertinggi.” Jadi ia mengambil sebuah buku, seperti buku panduan turis untuk ke planet-planet surga, dan ia menemukan bahwa Indra sedang melaksanakan pesta spesial dan makan malam untuk menghormati beberapa peronalitas agung, dan Menaka sedang menari di festival itu. “Oh aku harus pergi dan melihat hal itu,” dia berkata. Tetapi di pesta ini, hanya tamu-tamu undangan yang diizinkan masuk. Kau harus membawa sebuah undangan, dan kau harus berpakaian dengan design khusus. Itu hanya undangan untuk teman-teman dekat Indra. Jadi ia berpikir, “Bagaimana aku akan pergi? Aku tahu, aku juga akan menjadi seorang penari.” Jadi ia berubah menjadi seorang wanita, Aruna menjadi Aruni. Dan Aruni ini begitu cantik, sebab ia selalu duduk bersama matahari dan ia berinar begitu terang. Dia datang di depan istana Indra. Penjaga gerbang berkata, “Hey, siapa kau?” “Aku asisten make-up Menaka,” Wanita itu berkata. “Ia lupa memberikan garis di matanya, jadi aku harus melakukannya. Hanya aku yang cukup ahli melakukannya.” “Baiklah, kau dapat masuk.” Kemudian Aruni masuk. Menaka sedang menari di satu sisi dan Aruni sedang bersembunyi. Kemudian Indra sedang melihat di keramaian, dan tiba-tiba ia melihat Aruni. “Dia lebih cantik dari Menaka,” ia berkata. Lalu ia segera membatalkan pestanya, dan mulai menunjukan kepada orang-orang untuk keluar. Aruni sedang ingin pergi, tetapi indra menangkapnya dan berkata, “tunggu dulu! Siapa dirimu? Aruni berkata, “Aku asisten make-upnya Menaka. Tinggalkan aku! aku ingin pergi.” Tidak kau tidak akan pergi, kau tetap tinggal,” Indra berkata. “Aku tinggal di mana?”Arunia bertanya. Indra menjawab, “denganku”.  “Tidak, aku tidak akan tinggal bersamamu. Aku tahu riwayatmu,” Aruni berkata. Indra berkata, “Tidak, tidak aku akan menempatkanmu di sebelah Indrani.” Aruni menolak, “Bahkan jika kau menyimpan aku lebih dari Indrani, aku tidak dapat di sini sebab aku adalah seorang laki-laki.” Indra berkata, “Jangan main-main denganku, aku tahu kau adalah seorang wanita.” Aruni berkata, “Tidak aku bukan wanita! Aku laki-laki! Aku hanya merubah diriku menjadi bentuk ini.” Indra berkata, “Bahkan, kau adalah wanita tercantik yang pernah aku lihat.” Aruni berkata, “Jika kau menghamiliku, siapa yang akan mengeluarkan bayinya? Aku adalah kusir kereta dewa matahari.” Indra berkata, “apapun dan siapapun dirimu, dan apapun yang akan terjadi, aku akan menikmati dirimu.” Aruni setuju, dan segera ada sebuah kehamilan, dan seorang dewa telah lahir. Kemudian Aruni berlari, sebab itu sudah berlarut-larut, dan dewa matahari perlahan mendapatkan gerakkannya kembali. Pada saat-saat akhirnya Aruna melompat ke atas keretanya  dan memegang tali kendalinya. Dewa matahari berkata, “Apa kau yakin memegangnya dengan benar. Ke mana kau pergi?” “Oh tidak ke mana-mana,” Aruna menjawab. “Katakan padaku,” Dewa matahari berkata. “Oh, aku pergi ke planet  Indra.” “Apa yang telah dilakukannya padamu?” Dewa matahari bertanya. Aruna menjawab “Dia memberikanku kehamilan.” “Bagaimana bisa dia memberikanmu kehamilan?” Dewa mattahari bertanya, Aruna menjawab “sudah terlambat sekarang, kita hanya memiliki beberapa saat.” Dewa matahari berkata, “Tidak apa-apa beberapa saat. Itu hanya membutuhkan satu saat saja. Biarkan aku melihat bentuk yang cantik itu.” Aruna menolak, “tidak, tidak. Ini akan menyebabkan masalah lagi”, Dewa matahari berkata, “Tidak aku harus melihatnya. Kau adalah pelayanku.” Aruna berkata, “Baiklah,” dan ia menjadi Aruni. Di saat berikutnya ada kehamilan yang lain lagi. Jadi inilah kehidupan para dewa. Hanya beberapa saja dari mereka yang memikirkan Visnu. Sebagian terbesar dari mereka memikirkan Visnu hanya ketika para raksasa datang, dan kemudin ketika para raksasa pergi mereka kembali kepada kenikmatan indria-indria mereka. Disebutkan di dalam Visnu Purana bahwa seseorang yang mendengar kisah ini kehilangan ketertarikan untuk pergi ke planet-planet surga. Jadi sekarang dua bayi sedang menangis. Hal ini tidak biasanya cara kelahiran seperti ini terjadi di planet –planet surga, jadi semua dewa merasa terganggu dalam kenikmatan indria-indria mereka. Mereka semua pergi menemui Brahma dan Brahma mendekati Indra, berkata, “Kau adalah penyebab dari masalah ini. Sekarang kau yang menyelesaikan masalah ini.” “Aku tidak bisa memiliki bayi di planet-planet surga,” Indra berkata, “Kita harus memberikannya kepada seseorang.” Kemudian ia teringat raja Varanasa, Riksharaja, yang tidak memiliki anak. Dia sedang menjalankan pertapaan untuk memuaskan Indra sehingga ia bisa mendapatkan anak. Karunia dari para dewa biasanya sesuatu yang para dewa tidak inginkan di planet-planet surga, jadi mereka menjauhkannya. Jadi Riksharaja sedang berdiri pada satu kaki untuk mendapatkan seorang anak, dan Indra datang dan berkata, “Mengapa kau berdiri pada satu kaki? Ini dua bayi yang dapat kau miliki.” Jadi ia mendapatkan dua anak, Bali dan Sugriva. Bali adalah putra Indra, dan Sugriva adalah putra dari dewa Matahari. Dan dewa Matahari mendapatkan keuntungan guru-dakshina dari Hanuman bahwa ia akan selalu melindungi Sugriva. Dengan cara ini, ketika Bali diangkat menjadi raja setelah Riksharaja, Sugriva menjadi perdana menterinya, dan Hanuman menjadi penasehat atau menteri dari Sugriva......(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar