Ucapkan:

Hare Krishna Hare Krishna Krishna Krishna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Sabtu, 02 Juli 2011

RATHA YATRA (BAGIAN 1)


Makna Rahasia di Balik Ratha-yatra

Oleh: Srila Gour Govinda Swami Maharaj, 11 Juli 1994, Bhubaneswara

Terjadi banyak kesalahpahaman mengenai Sri Jagannath dan Ratha-yatra. Hendaknya kita mengerti tattva yang diuraikan oleh Mahaprabhu, yang dimanifestasikan oleh Mahaprabhu, sebab Mahaprabhu adalah otoritas tertinggi. Siapa itu Jagannath? Tidak ada perbedaan antara Mahaprabhu, Krishna dan Jagannath: “sei Krishna, sei gaura, sei jagannath”. Orang umum tidak mengerti. Mereka menciptakan banyak spekulasi.
Mereka bangga akan pendidikan, kecerdasan dan pengetahuannya. Tapi, orang tidak dapat mengerti Tuhan Yang Maha Esa tanpa karunia Tuhan. Itulah satu-satunya hal yang dibutuhkan. Dan mereka tidak mendengarkan dari seorang sadhu, guru, vaisnava, yang tanpa bantuan mereka tidak ada seorang pun yang bisa mengerti. Hanya seorang penyembah tercinta Jagannath, Krishna dan Mahaprabhu yang akan mengerti. Mahaprabhu adalah seorang acarya. Mahaprabhu datang sebagai seorang acarya, sadhu-guru, dan Dia telah menjelaskan tattva di balik Ratha-yatra. Tidaklah mudah untuk memahaminya—paramo nirmatsaranam satam vedyam.Srimad-Bhagavatam menyebutkan tentang siapa-siapa yang bisa mengerti—yang lainnya barangkali mendengarkan, namun mereka tidak bisa mengerti. Pengertian itu tidak akan memasuki telinga mereka. Saya akan menjelaskan sejarah dan tattva Ratha-yatra berdasarkan bagaimana Mahaprabhu mengungkapnya.

Kemunculan Jagannath
Skanda Purana adalah Purana terbesar di antara delapanbelas Purana. Ada satu khanda yang bernama Utkal-khanda. Di dalam Utkal-khanda kita menemukan segalanya tentang Sri Jagannath dan Purusottama-ksetra, yang juga dikenal sebagai Jagannath-ksetra. Vyasadeva-lah yang menyusunnya. Dalam Skanda Purana Sri Jagannath menyampaikan kepada Maharaj Indrayumna, “Wahai raja, Aku muncul pada hari bulan penuh (purnama) pada bulan Jyestha.” Ini adalah hari saat kita melaksanakan Snana Purnima—upacara memandikan Sri Jagannath. Itu terjadi pada manvantara Svayambhuva, pada bagian pertama Satya-yuga. Sri Jagannath bersabda, “Aku muncul, karena puas dengan pelaksanaan yajnya dan bhakti.” Inilah hari kelahiran Jagannath-deva. Jadi, setiap tahun pada hari tersebut upacara memandikan Jagannath hendaknya diselenggarakan—itulah perintah Sri Jagannath kepada Maharaj Indrayumna. Maharaj Indrayumna adalah seorang penyembah yang agung. Beliau menyelenggarakan seribu korban suci kuda. Karena puas terhadap penyembah-Nya dan yajnya yang dilakukan Maharaj Indrayumna, Sri Jagannath muncul pada bagian kedua manvantara Svayambhuva dan Brahma menyetanakan Arca di kuil.

Sejarah Purba
Jika Anda menghitung periode ini maka Anda akan menemukan tanggal dimulainya pembangunan kuil Jagannath, kapan kuil diresmikan dan kapan Arca disetanakan di simhasana Mereka. Ini terjadi limabelas crore dan tigapuluh empat lakh (153.400.000) tahun silam. Ini menurut otoritas Skanda Purana. Ratha-yatra dimulai pada masa Svarocisa Manu. Terdapat empatbelas Manu dalam satu hari Brahma. Periode pemerintahan mereka disebut manvantara. Manvantara Vaivasvata sedang berjalan saat ini. Svayambhuva adalah Manu pertama, kemudian Svarocisa, dilanjutkan oleh Uttama, Tamasa, Raivata, dan Caksusa. Saat ini sedang berjalan pemerintahan Vaivasvata Manu. Berikutnya akan tiba Savarni, Daksa-savarni, Brahma-savarni, Dharma-savarni, Deva-savarni, Indra-Savarni. Secara keseluruhan empatbelas Manu. Svarocisa Manu adalah Manu kedua dan menurut Skanda Purana Ratha-yatra dimulai saat pemerintahannya. Itu adalah pada Satya-yuga, dan Ratha-yatra terus berlanjut sampai sekarang. Disebutkan bahwa ini akan berlanjut sampai akhir periode parardha [setengah] Brahma. Usia Brahma seratus tahun. Jadi, Ratha-yatra akan terus ada selama setengah usia beliau.

Uraian Veda
Kata ratha ini ditemukan dalam kitab-kitab Veda. Di dalam kitab-kitab Upanisad disebutkan:

atmanam rathinam viddhi    sariram ratham eva ca
buddhim tu sarathim viddhi    manah pragraham eva ca

"Sang jiva atau roh bagaikan seseorang yang duduk di atas sebuah ratha atau kereta, badan adalah kereta itu sendiri, kecerdasan adalah kusir dan pikiran adalah tali kekang."

inidriyani hayan ahur    visayams tesu gocaran
atmendriya-mano-yuktam    bhoktety ahur manisinah

"Orang bijak mengenal indera-indera sebagai kuda-kuda ratha ini dan obyek-obyek indera adalah jalan yang mereka lintasi. Sang roh diikat pada indera-indera oleh pikiran, mengalami kebahagiaan dan kesedihan."

yas tvavijnanavan bhavati    ayuktena manasa sada
tasyendriyany avasyani    dustasva iva saratheh

"Orang yang tidak mampu membedakan bagaikan orang yang telah kehilangan tali kekang; indera-inderanya tak terkendali, bagaikan kuda-kuda liar sang kusir."

yas tu vijnanavan bhavati    yuktena manasa sada
tasyendriyany avasyani    sad-asva iva saratheh


"Tetapi orang yang memiliki kebijaksanaan sebagai hasil dari pengalaman, yang pikirannya senantiasa memegang tali kekang, telah menundukkan indera-inderanya bagaikan kuda-kuda terlatih milik sang kusir."

vijnana-sarathir yas tu    manah pragrahavan narah
so dhvanah param apnoti  tad-visnoh paramam padam

 "Bagi orang yang menjadikan pengetahuan keinsafan tentang Yang Mutlak sebagai kusirnya dan yang mengendalikan pikirannya, ia sampai di ujung jalan ikatan material dan mencapai tujuan tertinggi—kediaman Sri Visnu, Personalitas Tuhan Yang Maha Esa."

Kita dapat melihat bahwa kata “ratha” ini sudah sangat tua usianya, karena dapat kita temukan dalam kitab-kitab Upanisad, yang merupakan bagian tertinggi dari kitab-kitab Veda. Badan ini adalah sebuah ratha atau kereta. Atma—sang roh—adalah rathi—penumpang yang duduk di atas ratha. Ia adalah pemilik ratha. Buddhi, kecerdasan, adalah sarathi, kusir kereta. Pikiran adalah tali kekang yang terikat pada kuda-kuda, dan indera-indera adalah kuda-kuda tersebut. Orang yang mengendarai kereta kuda memasang penutup mata pada kedua sisi mata kuda-kudanya. Mengapa? Dengan cara ini maka kuda-kuda tersebut tidak akan melihat ke sana-kemari. Mereka akan melihat lurus ke depan. Kusir memegang tali kekang dengan erat. Indera-indera adalah kuda tersebut. Dan obyek-obyek kenikmatan indera adalah: sabda, sparsa, rupa, rasa, gandha—suara, sentuhan, wujud, rasa, dan bau. Obyek-obyek ini akan menyeret kereta dan kusirnya. Mata akan menyeret ke arah wujud yang indah, telinga akan menyeret ke arah suara yang merdu, dan hidung akan menyeret ke arah aroma yang enak. Lalu bagaimana keadaan ratha ini? Ia akan diseret ke sana-kemari. Kusir kereta, yaitu kecerdasan, harus sangat ahli. Kecerdasan murni datang dari Krishna. Apabila pikiran Anda mantap pada kaki-padma Krishna, maka Anda akan memiliki kecerdasan yang murni. Maka itu akan menjadi kusir kereta yang ahli. Ia akan memegang tali kekang dengan erat, sehingga kuda-kuda tidak bisa pergi ke sana-kemari. Ia tidak akan membiarkan kuda-kuda melihat obyek-obyek kenikmatan indera. Hanya akan melihat wujud mahatampan Krishna, man mana bhava. Pikiran yang terkendali artinya pikiran yang mantap di kaki-padma Bhagavan Visnu, atau Krishna. Maka indera-indera yang kedudukannya lebih rendah, kuda-kuda tersebut, akan terkendalikan. Kuda-kuda tersebut berada di bawah kendali kusir. Vijnana-sarathir yas tu manah pragrahavan—apabila pikiran sudah terkendali, maka indera-indera terkendali. Jadi, dhvanah param apnoti tad-visnoh paramam padam—maka kereta akan berjalan tenang dan tujuannya adalah kediaman tertinggi Sri Visnu. Apabila kuda-kuda itu sangat liar dan sarathi Anda tidak ahli, jika ia tidak mampu memegang erat tali kekang, jika ia tidak memasang penutup mata pada kuda-kuda tersebut—maka kuda-kuda itu akan melihat ke segala arah dan menyeret kereta ke sana-kemari. Maka Anda tidak akan sampai di tujuan. Jadi, kata ratha ini bukan kata baru. Kata ini adalah kata yang sangat purba di dalam kitab-kitab Veda..........................(BERSAMBUNG)

Sumber: Catatan facebook Uddhava Das pada 22 Juni 2011 "Makna rahasia Dibalik Ratha Yatra Sri Jagannath"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar